Di saat Mas Yogi fokus menyalakan komputerku, dia sekalian membantu merakit kursi yang akan kutempati. Di saat itulah Juki, Vino, dan Maxime datang mengunjungi ruanganku juga sambil membawa makanan.
“Hai, hai!” kata Vino masuk lebih dulu.
“Kalian sedang apa?” tanya Juki.
“Mas Yogi membantuku menyalakan komputerku!” jawabku.
“Kalian sendiri sedang apa ke sini?” tanya Mas Yogi sambil sibuk dengan alat-alatnya.
“Makan siang, lah!” jawab mereka berbarengan.
“Untukku?” kataku memastikan.
“Kalau mereka sudah di sini, ya berarti itu juga untukmu!” jawab Mas Yogi yang selalu blak-blakan.
“Kami juga membawakan untuk semuanya kok!” kata Juki.
Katanya mereka biasa makan di tempat mana saja, tetapi kali ini mereka ingin makan di ruanganku yang sempit ini. Aku tidak tahu mengapa, sepertinya mereka bertujuh ini membawa sihir padaku. Setiap bertemu dengan mereka, aku jadi seolah nyaman dan tenang. Padahal kami belum lama bertemu dengan mereka.
“Bolehkah kalian makan seperti ini di sini?” tanyaku heran karena melihat mereka baik-baik saja makan di tempat yang sempit bahkan sampai ada yang makan duduk di lantai.
“Bolehlah, memangnya kenapa?” jawab Mas Habi yang duduk di lantai.
“Dia mungkin berpikir kita selalu makan di tempat mewah” kata Mas Keyjo yang sambil makan dengan lahap.
“Kami itu makan di mana pun kami mau! Di tempat mewah, di tempat romantis, bahkan di tempatmu seperti ini!” kata Maxime menambahkan.
“Oh ya, apa kegiatanmu setelah ini?” tanya Vino.
“Menonton video kalian!” jawabku santai.
“Hah? Untuk apa?” tanya Mas Joni.
“Ya, karena aku merasa belum mengenal kalian!” jawabku.
“Daripada kamu membuang waktumu, lebih baik kamu ikut kegiatan mereka saja!” jawab Mas Yogi memberikan saran padaku.
“Nah, ide bagus! Kamu mau ikut nggak?” tanya Vino.
“Aku bahkan rela nyasar disaat olahraga demi tidak keluar berolahraga bersama Mas Joni! Ini kamu malah ngajak aku!” kataku mengeluh.
“Kamu nyasar?” tanya Mas Habi kaget.
“Lain kali nggak masalah kalau kamu ikut bersama kami. Toh, memang kamu ada project yang memang harus kamu kerjakan bersama kami!” kata Mas Joni menegaskan.
“Coba sini, aku pinjam ponselmu!” kata Vino tiba-tiba.
Tanpa banyak bicara, aku langsung memberikan ponselku. Aku tidak ingin mengharapkan sesuatu dari mereka, tapi mereka dengan senang hati menulis nomor ponsel pribadinya di ponselku.
“Kamu boleh menelepon kami dan jangan pernah kesasar lagi!” kata Mas Muhabi.
“Benar, Mbak Sheyki juga boleh memanggilku dan Mas Maxime kalau ada gangguan di luar! Aku dan dia pemegang sabuk hitam bela diri!” kata Si Bontot menyombongkan keahliannya.
“Aku juga bisa kok!” jawabku.
“Bisa apa?” tanya Mas Keyjo penasaran.
“Bela diri!” jawabku.
“Wah, benarkah? Baru tahu ada wanita hebat penulis naskah sekaligus bisa membela dirinya sendiri!” kata Mas Habi kagum padaku.
“Mbak tahu nggak, kita pakai baju olahraga ke sini, karena Mbak! Vino sejak pagi sudah bilang kalau Mbak mungkin akan pergi ke sini memakai baju olahraga karena tidak ingin terlambat! Jadi, bagaimana kalau kita sekalian latihan?” kata Maxime memberikan idenya.
“Ah, begitukah? Ok!” kataku mengiyakan.
Aku tidak tahu bahwa akan seperngertian ini padaku. Kukira memakai baju olahraga ke kantor adalah trend saat ini, ternyata itu karena mereka perhatian padaku. Padahal bagiku ini sudah sangat memalukan karena harus meeting pertama dengan pakaian seperti ini. Sebagai gantinya, aku menuruti kemauan mereka untuk latihan bersamaku.
“Jadi, bagaimana?” tanyaku pada mereka.
“Coba Mbak Sheyki tunjukkan dulu pada kami!” kata Juki yang sepertinya memang suka tantangan.
“Jangan, deh! Kasihan kalau sampai terkilir!” kata Vino mencemaskanku.
Tanpa banyak bicara langsung aku tunjukkan satu tendangan yang sudah lama aku tidak lakukan. Aku mendaratkan tendanganku pada sebuah samsak yang digantung di tempat gym mereka. Ketika itu, tatapan mereka bertujuh langsung kaget melihatku bisa melakukannya dengan baik.
“Wah, kurasa kamu bisa membuat kami semua jatuh cinta padamu!” kata Mas Habi sambil bercanda padaku.
“Gawat! Kalau begitu segera pilihlah sekarang, sebelum aku menaruh harapan lebih dalam!” kata Mas Keyjo juga bercanda.
“Hmm...tidak bisakah aku mendapatkan kalian semuanya?” kataku juga bercanda pada mereka.
“Tidak boleh! Harus satu!” kata Juki yang masih terlalu polos sampai tidak bisa menangkap bahan bercandaan kami.
“Ya ampun, memangnya kalau aku memilihmu, kamu mau? Kamu mau denganku yang belum kamu ketahui asal-usulnya ini?” kataku pada Juki.
“Memangnya kamu kenapa? bagaimana asal-usulmu?” tanya Mas Joni serius.
“Emm...intinya tidak mudah aku menjadikanku sampai seperti Sheyki yang kalian kenal saat ini. Meskipun kalau dibandingkan dengan keberhasilan kalian, aku memang tidak ada apa-apannya!” kataku mulai mengenalkan diriku padaku.
Kebiasaanku adalah tidak akan menceritakan tentang hidupku kepada siapapun orang yang tidak tertarik mendengarkannya. Untuk itu, aku selalu menjelaskan sedikit demi sedikit pada mereka.
“Bagaimana Sheyki yang dulu?” tanya Mas Joni penasaran lagi.
“Sheyki yang dulu tidak punya teman seperti kalian! Sekarang, dia sudah punya walaupun hanya sekedar teman kerja!” jawabku tidak ingin mengungkit lagi masa laluku.
Aku tahu setiap orang pasti punya titik terendah hidupnya masing-masing dan aku tidak ingin aku merasa paling sedih dihadapan tujuh pria ini.
“Kami sudah membawakanmu makanan, mengajakmu main, mengijinkan tinggal di dorm kami, masa hanya dianggap teman kerja?” tanya Vino si tukang merajuk mirip member termuda.
“Vino benar! Aku dan Yogi bahkan sudah susah-susah memasakkan makanan untuk menyambutmu!” kata Mas Keyjo yang ikut-ikutan seolah mereka semua menerimaku sebagai teman di sini.
“Berjanjilah kalian tidak akan pernah menunjukkaan pada dunia kalau kalian memiliki teman sepertiku, baru aku akan menganggap kalian seperti temanku!” jawabku.
“Yah, mau bagaimana lagi kalau itu maumu! Padahal aku ingin berteriak keras kalau aku punya teman penulis hebat di sini!” kata Mas Habi menerimaku dengan tulus sebagai temannya.
“Benar, tidak peduli kamu tidak ingin ditunjukkan, kamu tetap boleh memanggil aku dan Juki kalau membutuhkan bantuan!” kata Maxime yang tiba-tiba jadi sangat perhatian.
“Mas Yogi, berikanlah sedikit kata-katamu! Kalau aku, selama dia mau berteman denganku yang tangannya perusak ini, aku tidak masalah kalau dia ingin jadi teman yang tidak ditunjukkan!” kata Mas Joni juga menerimaku.
“Aku bahkan sudah membantunya menyalakan komputer, merakit kursinya, haruskah aku berkata-kata lagi? Selama kamu tidak meminta tukar ruangan denganku, aku akan terus memasakkan makanan untukmu seperti aku membuatkan makanan untuk mereka!” katanya dengan ciri khas sikapnya.
Melihat reaksi mereka yang sangat baik padaku, aku jadi merasa beruntung pada Tuhan karena telah mendatangkan orang-orang baik padaku.
“Kalian juga boleh meminta bantuanku kapan saja dan di mana saja!” jawabku membalas kebaikan mereka.
“Kalau begitu bantulah tugasku semuanya!” kata Juki mulai lagi.
“Haha, ok!” jawabku mengiyakan.
Kami pun mengobrol banyak sampai pada akhirnya, mereka memaksaku untuk ikut mobil mereka dan mengantarku kembali ke dorm. Bahkan mereka sudah memutuskan urutan untuk membantuku dalam proses pembuatan naskah yang baik untuk mereka.
Pada saat pemilihan nomor urut yang akan kulihat karakternya, mereka tidak satupun mengatakannya padaku. Katanya, curang kalau bersiap-siap lebih dulu. Jadi, mereka ingin aku juga menilai karakter mereka tanpa mengetahui lebih dulu siapa orangnya.Pagi ini, Sang Leader menghubungi ponselku dan mengatakan akan ada supir yang akan menjemputku ke dorm. Aku pun langsung tahu bahwa Mas Joni mendapatkan urutan pertama. Benar juga, aku tidak punya banyak waktu untuk menyiapkan apapun dan hanya membawa satu buku dan alat tulis untuk mencatat hal yang penting.“Selamat datang di rumahku!” kata Mas Joni menyambutku di depan pintu rumahnya.“Wah, ini baru pertama kalinya aku masuk ke rumah seorang pria muda secara pribadi!” jawabku.“Aku tidak tahu harus menemuimu di mana karena katanya Mbak Sheyki tidak mau dipublikasi. Jadi, sejauh ini, rumahku adalah tempat aman!” katanya.“It’s ok! Sesuai keinginan kalian ju
Kemarin aku memang tidak bisa mengetahui banyak tentang leader dari grup mereka, tetapi kali ini aku bisa menyiapkannya. Aku banyak mencari tahu tentang yang kukenal lebih dekat dari member berikutnya. Aku membaca segala artikel tentangnya yang ternyata seorang Muhabi bisa dibilang penyemangat untuk member lainnya.Memang terlihat darinya, bahkan aku mengakuinya. Pertama kali aku bertemu dengannya, dia bisa menyambut orang baru dengan senyuman menggembirakan. Paginya, aku sudah bersiap untuk bertemu dengannya, tetapi ternyata yang datang pagi itu bukan dirinya, ternyata Mas Yogi.“Loh, bukannya sekarang waktunya Mas Muhabi?” tanyaku heran.“Dia tiba-tiba ada masalah keluarga, jadi dia memintaku untuk menggantikannya hari ini!” jawabnya dengan wajah yang datar.“Kenapa dia tidak mengatakan sendiri padaku?” tanyaku.“Mungkin dia tidak ingin mengecewakanmu karena jadwalnya tiba-tiba batal. Ya sudah, ayo
Kemarin aku memang tidak bisa mengetahui banyak tentang leader dari grup mereka, tetapi kali ini aku bisa menyiapkannya. Aku banyak mencari tahu tentang yang kukenal lebih dekat dari member berikutnya. Aku membaca segala artikel tentangnya yang ternyata seorang Muhabi bisa dibilang penyemangat untuk member lainnya.Memang terlihat darinya, bahkan aku mengakuinya. Pertama kali aku bertemu dengannya, dia bisa menyambut orang baru dengan senyuman menggembirakan. Paginya, aku sudah bersiap untuk bertemu dengannya, tetapi ternyata yang datang pagi itu bukan dirinya, ternyata Mas Yogi.“Loh, bukannya sekarang waktunya Mas Muhabi?” tanyaku heran.“Dia tiba-tiba ada masalah keluarga, jadi dia memintaku untuk menggantikannya hari ini!” jawabnya dengan wajah yang datar.“Kenapa dia tidak mengatakan sendiri padaku?” tanyaku.“Mungkin dia tidak ingin mengecewakanmu karena jadwalnya tiba-tiba batal. Ya sudah, ayo
Seperti biasa aku masih harus melihat karakter mereka satu persatu, tetapi kali ini aku tidak diberitahu lagi siapa giliran berikutnya. Aku hanya bisa menunggu di dorm untuk giliran member berikutnya. Karena kulihat jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi dan mereka tidak juga datang, maka aku memutuskan untuk melihat taman sebelah dorm yang belum pernah kukunjungi selama tinggal di sini.Kulihat di pojok samping dorm terdapat tempat nyaman dan ada beberapa peralatan lukis yang cukup lengkap. Tentu aku yang suka melukis menjadi sangat bersemangat melihat peralatan itu. Meskipun tidak selengkap milikku yang di rumah, tetapi aku senang bisa menemukan alat lukis lengkap dengan satu kanvas kosong.Karena hanya cat berwarna hitam yang lebih banyak, aku jadi berpikiran melukis sesuatu yang banyak menggunakan warna hitam. Tidak ada yang spesifik, aku hanya memikirkan malam itu. Malam di saat aku berdiri di gedung agensi dengan melihat atap rumah sakit bersama pria yang membawa git
Aku kembali sendirian ketika sudah pulang dan meninggalkan keheningannya bersamaku. Hari sudah sangat malam, tetapi mataku belum saja mengantuk dan betah menatap pesan yang dikirim temanku. Aku sangat ingin menolak dengan alasan yang menyibukkan, tetapi dalam hati kecilku, aku ingin kesana walau sebentar saja.Keesokan paginya, karena Vino sudah mengatakan bahwa hari ini adalah gilirannya maka aku hanya menunggunya datang hari ini. Kemudian dia mengirimkan pesan bahwa yang menjemputku hari ini adalah supirnya dan dia memintaku untuk ke tempat pemotretannya saat ini.“Mana yang lain?” tanyaku penasaran karena hanya dia sendiri di sana.“Tidak ada! Sekarang kan giliranku, kenapa mencari yang lain?” kata dia sambil fokus memilih baju.“Bukankah kalian biasa bekerja bersama?” tanyaku lagi.“Khusus hari ini kita bergantian untuk melaksanakan sesi foto ini!” jawabnya sambil mencoba bajunya di depan cermin.
Hari sudah mulai gelap, lampu redup di dalam ruangan juga sudah menyala. Sayangnya, keheningan semakin menenggelamkan percakapan kami sebelumnya. Mas Yogi terus menatap ponselnya yang aku pun tidak tahu apa yang sedang dia baca sampai menghiraukanku.“Hari sudah malam, Mas pulang saja! Aku akan menunggu Vino di sini!” kataku yang lama-lama sungkan karena membuatnya menemaniku terlalu lama.“Aku sudah meminta Vino untuk segera datang. Bilang sudah menuju kemari” jawabnya.Aku kaget mendengar jawabannya karena dia memasang muka serius begitu hanya untuk menghubungi Vino melalui pesan chat. Jujur Mas Yogi adalah member yang sifatnya paling dingin di antara yang lain.“Sheyki!” kata Vino yang datang langsung menghampiri kami berdua.“Karena Vino sudah di sini, aku pulang dulu!” kata Mas Yogi tanpa ekspresi.“Untung ada Mas Yogi ya, kamu kenapa tidak bilang kalau acaranya bakal cepat selesai?&
Setelah kejadian yang menghebohkan di gedung astronomy kemarin, mereka bertujuh memutuskan untuk tinggal lagi bersama di dorm mulai malam ini. Karena satu kamar sudah kupakai, jadi terpaksa member paling muda memilih untuk tidur bersama member lainnya. Suasana dorm yang hening pun kembali riuh gembira di saat ada mereka.Tok...tok...tok.Terdengar seseorang mengetuk pintu kamarku dari luar.“Keluarlah sebentar!” kata Vino dari luar.“Ya? Ada apa?” tanyaku yang sudah berganti pakaian tidurku.“Wah, suasana di sini sungguh berbeda saat kami semua tinggal bersama seorang wanita!” kata Mas Habi sambil geleng-geleng kepala melihatku.“Ini juga yang pertama kalinya aku tinggal bersama pria, terlebih bertujuh!” kataku pasrah menerima kenyataan yang tidak pernah kusangka sebelumnya.“Kamu tahu, kita semua pernah berandai-andai memikirkan bagaimana jika kita punya member wanita dan
Proses pembuatan movie grup band mereka sudah selesai dan mereka mendapatkan jatah satu hari libur kali ini sebelum kembali ke rutinitas. Tidak hanya mereka, semua staff termasuk aku mendapat jatah bebas tugas satu hari. Akan tetapi, percuma saja hari libur yang diberikan tetap membuat aku dan ketujuh bujang ini tidak bisa bebas pergi. Mereka tidak memiliki kebebasan beraktifitas karena akan merusak popularitas mereka, sedangkan aku juga tidak bisa pergi karena tidak memiliki teman selain mereka.Kali ini ketua agensi memberiku tempat khusus staff jadi berbeda tempat menginap dengan mereka. Walaupun berada di lingkungan yang sama, tetapi tempatku benar-benar terpisah dengan mereka. Aku jadi tidak punya teman untuk diajak mengobrol karena semua staff pergi menikmati liburan gratis yang diberikan oleh agensi.Jadi, untuk mengisi jadwal yang kosong, aku memulai hari dengan berolahraga di sekitar tempat penginapanku. Seperti biasa aku bertemu dengan Sang Leader yang rutin
Hari ini aku menjadi yang pertama kali bangun di saat yang lain masih belum bangun. Aku bahkan mendahului kokok ayam pagi kali ini, hanya karena tidak ingin terlambat bangun. Lima belas menit setelah aku selesai bersiap, kulihat mereka masih belum juga bangun. Aku pun terpaksa mengetuk pintu kamar Mas Joni karena aku tahu dia paling mudah untuk dibangunkan.Akan tetapi, rupanya aku salah. Dia tidak juga membuka pintunya setelah lama kuketuk. Justru Mas Keyjo yang lebih dulu bangun karena mendengar suara ketukanku di pintu kamar Mas Joni.“Astaga, mereka juga belum bangun?” tanya Mas Keyjo sambil dengan mata sayu-sayu.“Iya, tolong Mas bangunkan mereka ya! Mereka biasanya sarapan pagi nggak? Haruskah kubuatkan sandwich?” tanyaku.“Iya, buatkan saja! Nanti kubantu setelah membangunkan mereka!” jawabnya.Aku pun ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi mereka. Kemudian, Mas Keyjo menyusulku ke dapur untuk membantu mem
Dokter Azmi menungguku selagi aku mengambil tas di ruanganku. Dia juga sempat bertanya tempat apa yang ingin aku kunjungi pertama kali bersamanya.“Taman bermain?” tanyaku memberikan penawaran.“Kita berdua?” kata dia terkejut dengan saranku.“Aneh, ya? kalau gitu terserah Pak Dokter, deh!” jawabku.“Sepertinya kita terlalu tua untuk pergi ke taman bermain berdua. Ya sudah, aku saja yang menentukan!” katanya mengajakku.“Mas Yogi, aku berangkat dulu, ya!” kataku berpamitan padanya yang masih belum menutup pintunya dan mendengarkan semua pembicaraanku.“Iya!” jawabnya singkat dan datar.Dokter Azmi tidak memberitahuku tempat dia membawaku. Sepanjang perjalanan dia fokus menyetir dan tiba di sebuah pantai dengan pemandangan sore yang indah.“Wah!” kataku terpana dengan keindahan lautnya.“Sheyki lebih suka duduk di tempat makan sambil
Ini adalah minggu ke tiga aku di sini dan aku harusnya sudah menyelesaikan menentukan karakter ketujuh member grup ini. Akan tetapi, mereka memiliki jadwal yang sangat padat sehingga aku kesulitan untuk menentukan karakter tiga orang lagi. Salah satu cara agar mudah, aku harus ikut ke mana pun mereka pergi untuk melihat aktifitas mereka.Hari ini mereka latihan untuk penampilan besok di acara penghargaan bergengsi. Padahal baru kemarin mereka menyelesaikan satu movie, sekarang mereka tidak ada lagi kesempatan beristirahat dan langsung mengerjakan pekerjaan berikutnya. Meskipun pekerjaanku hanya memperhartikan mereka saja, tetapi ini juga menjadi melelahkan bagiku.“Sheyki, sini, deh!” panggil Vino setelah latihan.“Iya, kenapa?” tanyaku mendekat padanya.Vino menarik tanganku untuk duduk bersebelahan dengannya di depan piano. Dia tidak peduli member lainnya yang melihatnya menarik tanganku.“Oh, dia mau pamer kalau dia
Proses pembuatan movie grup band mereka sudah selesai dan mereka mendapatkan jatah satu hari libur kali ini sebelum kembali ke rutinitas. Tidak hanya mereka, semua staff termasuk aku mendapat jatah bebas tugas satu hari. Akan tetapi, percuma saja hari libur yang diberikan tetap membuat aku dan ketujuh bujang ini tidak bisa bebas pergi. Mereka tidak memiliki kebebasan beraktifitas karena akan merusak popularitas mereka, sedangkan aku juga tidak bisa pergi karena tidak memiliki teman selain mereka.Kali ini ketua agensi memberiku tempat khusus staff jadi berbeda tempat menginap dengan mereka. Walaupun berada di lingkungan yang sama, tetapi tempatku benar-benar terpisah dengan mereka. Aku jadi tidak punya teman untuk diajak mengobrol karena semua staff pergi menikmati liburan gratis yang diberikan oleh agensi.Jadi, untuk mengisi jadwal yang kosong, aku memulai hari dengan berolahraga di sekitar tempat penginapanku. Seperti biasa aku bertemu dengan Sang Leader yang rutin
Setelah kejadian yang menghebohkan di gedung astronomy kemarin, mereka bertujuh memutuskan untuk tinggal lagi bersama di dorm mulai malam ini. Karena satu kamar sudah kupakai, jadi terpaksa member paling muda memilih untuk tidur bersama member lainnya. Suasana dorm yang hening pun kembali riuh gembira di saat ada mereka.Tok...tok...tok.Terdengar seseorang mengetuk pintu kamarku dari luar.“Keluarlah sebentar!” kata Vino dari luar.“Ya? Ada apa?” tanyaku yang sudah berganti pakaian tidurku.“Wah, suasana di sini sungguh berbeda saat kami semua tinggal bersama seorang wanita!” kata Mas Habi sambil geleng-geleng kepala melihatku.“Ini juga yang pertama kalinya aku tinggal bersama pria, terlebih bertujuh!” kataku pasrah menerima kenyataan yang tidak pernah kusangka sebelumnya.“Kamu tahu, kita semua pernah berandai-andai memikirkan bagaimana jika kita punya member wanita dan
Hari sudah mulai gelap, lampu redup di dalam ruangan juga sudah menyala. Sayangnya, keheningan semakin menenggelamkan percakapan kami sebelumnya. Mas Yogi terus menatap ponselnya yang aku pun tidak tahu apa yang sedang dia baca sampai menghiraukanku.“Hari sudah malam, Mas pulang saja! Aku akan menunggu Vino di sini!” kataku yang lama-lama sungkan karena membuatnya menemaniku terlalu lama.“Aku sudah meminta Vino untuk segera datang. Bilang sudah menuju kemari” jawabnya.Aku kaget mendengar jawabannya karena dia memasang muka serius begitu hanya untuk menghubungi Vino melalui pesan chat. Jujur Mas Yogi adalah member yang sifatnya paling dingin di antara yang lain.“Sheyki!” kata Vino yang datang langsung menghampiri kami berdua.“Karena Vino sudah di sini, aku pulang dulu!” kata Mas Yogi tanpa ekspresi.“Untung ada Mas Yogi ya, kamu kenapa tidak bilang kalau acaranya bakal cepat selesai?&
Aku kembali sendirian ketika sudah pulang dan meninggalkan keheningannya bersamaku. Hari sudah sangat malam, tetapi mataku belum saja mengantuk dan betah menatap pesan yang dikirim temanku. Aku sangat ingin menolak dengan alasan yang menyibukkan, tetapi dalam hati kecilku, aku ingin kesana walau sebentar saja.Keesokan paginya, karena Vino sudah mengatakan bahwa hari ini adalah gilirannya maka aku hanya menunggunya datang hari ini. Kemudian dia mengirimkan pesan bahwa yang menjemputku hari ini adalah supirnya dan dia memintaku untuk ke tempat pemotretannya saat ini.“Mana yang lain?” tanyaku penasaran karena hanya dia sendiri di sana.“Tidak ada! Sekarang kan giliranku, kenapa mencari yang lain?” kata dia sambil fokus memilih baju.“Bukankah kalian biasa bekerja bersama?” tanyaku lagi.“Khusus hari ini kita bergantian untuk melaksanakan sesi foto ini!” jawabnya sambil mencoba bajunya di depan cermin.
Seperti biasa aku masih harus melihat karakter mereka satu persatu, tetapi kali ini aku tidak diberitahu lagi siapa giliran berikutnya. Aku hanya bisa menunggu di dorm untuk giliran member berikutnya. Karena kulihat jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi dan mereka tidak juga datang, maka aku memutuskan untuk melihat taman sebelah dorm yang belum pernah kukunjungi selama tinggal di sini.Kulihat di pojok samping dorm terdapat tempat nyaman dan ada beberapa peralatan lukis yang cukup lengkap. Tentu aku yang suka melukis menjadi sangat bersemangat melihat peralatan itu. Meskipun tidak selengkap milikku yang di rumah, tetapi aku senang bisa menemukan alat lukis lengkap dengan satu kanvas kosong.Karena hanya cat berwarna hitam yang lebih banyak, aku jadi berpikiran melukis sesuatu yang banyak menggunakan warna hitam. Tidak ada yang spesifik, aku hanya memikirkan malam itu. Malam di saat aku berdiri di gedung agensi dengan melihat atap rumah sakit bersama pria yang membawa git
Kemarin aku memang tidak bisa mengetahui banyak tentang leader dari grup mereka, tetapi kali ini aku bisa menyiapkannya. Aku banyak mencari tahu tentang yang kukenal lebih dekat dari member berikutnya. Aku membaca segala artikel tentangnya yang ternyata seorang Muhabi bisa dibilang penyemangat untuk member lainnya.Memang terlihat darinya, bahkan aku mengakuinya. Pertama kali aku bertemu dengannya, dia bisa menyambut orang baru dengan senyuman menggembirakan. Paginya, aku sudah bersiap untuk bertemu dengannya, tetapi ternyata yang datang pagi itu bukan dirinya, ternyata Mas Yogi.“Loh, bukannya sekarang waktunya Mas Muhabi?” tanyaku heran.“Dia tiba-tiba ada masalah keluarga, jadi dia memintaku untuk menggantikannya hari ini!” jawabnya dengan wajah yang datar.“Kenapa dia tidak mengatakan sendiri padaku?” tanyaku.“Mungkin dia tidak ingin mengecewakanmu karena jadwalnya tiba-tiba batal. Ya sudah, ayo