Home / Romansa / It's Ok! Let's Go! / Berawal dari Teori Yang Salah

Share

Berawal dari Teori Yang Salah

Author: Chakhok
last update Last Updated: 2021-07-26 11:32:25

“Jadi, Mbak nggak mau makan siang denganku hari ini?” tanya Juki memastikan lagi.

“Ya, begitulah!” jawabku sambil melihat ponselku yang mendapat panggilan dari teman kuliahku dulu.

Sudah lama aku tidak berhubungan dengan teman sekampusku dulu. Dikarenakan aku sudah tidak lagi masuk ke dunia penelitian sains. Dulunya, aku adalah lulusan biologi yang sering terjun ke banyak penelitian. Sampai pada akhirnya, aku mengalami tragedi yang membuatku sulit untuk tetap berada di sana sehingga aku memiliih menjadi penulis seperti sekarang.

“Ya, Halo!” jawabku sambil keluar dari ruangan latihan mereka agar suaraku tidak mengganggu mereka.

“Halo! Eh, bantuin dong!” katanya tiba-tiba meminta bantuanku.

“Astaga, baru juga nelpon! Ada apa?” tanyaku.

Aku memang paling tidak bisa menolak seseorang yang membutuhkan bantuanku. Menurutku, selama aku bisa membantu pasti akan kubantu. Padahal disetiap aku susah, seingatku aku tidak pernah kedatangan temanku untuk membantuku.

“Aku butuh penjelasanmu tentang teori yang kamu temukan waktu itu!”

“Teori? Teori yang mana?” tanyaku bingung.

“Penjelasan tentang bagian anatomi manusia yang waktu itu!”

“Ah, mana aku ingat! Lagian kamu cari sendiri juga banyak kok di internet!” kataku malas membuka teori-teori lama itu.

“Duh, aku butuh yang punyamu! Please, tolong carikan ya!” katanya memohon padaku.

“Ok! Nanti ya!” jawabku.

“Sekarang! Aku butuh sekarang!”

Temanku yang satu ini memang begini. Dia tidak pernah tahu kondisi temannya, yang jelas keinginannya harus segera terpenuhi. Aku pun tidak enak hati untuk tidak membantunya karena aku paling tidak bisa mendengar suara seseorang yang terus memohon padaku. Jadi, terpaksa aku mencoba mencarinya sambil melihat koleksi buku-buku yang ada di perpustakaan gedung agensi ini,

Setelah kutelusuri isi perpustakaan, aku tidak menyangka koleksi buku tentang kedokteran juga ada di sini. Bahkan menurutku ini lebih lengkap daripada perpustakaan di kampusku. Aku tidak ingat teori yang waktu itu dari buku yang mana, tetapi aku bisa mencari jawaban lain dari buku koleksi di sini. Karena kondisi perpustakaan harus hening, jadi aku berusaha sekecil mungkin menjelaskan pada temanku.

“Heh, aku tidak bisa mendengar suaramu!”

“Ya memang tidak boleh keras-keras! Aku sedang di perpustakaan!” jawabku sambil berbisik.

“Bisakah keluar dulu lalu jelaskan padaku lagi?” katanya masih memaksa.

“Astaga! Sebentar!”

Aku menemukan satu ruangan lagi di dalam perpustakaan yang kukira itu tempat lebih sepi jadi aku bisa menjelaskan dengan sedikit keras pada temanku.

“Nah gitu, dong! Kamu yakin itu benar?” tanya dia memastikan.

“Kalau salah, berarti salahmu! Salahmu bertanya pada seseorang yang sudah lama meninggalkan biologi!” jawabku sambil mengakhiri panggilannya.

“Teorimu memang salah!” kata seseorang yang tiba-tiba muncul di depanku sambil memberikanku catatan selembar kertas berisi penjelasan yang benar.

Seketika aku diam tidak bisa mengatakan apapun setelah melihat seseorang yang muncul tepat di depanku. Dia adalah Dokter Azmi yang selama ini aku ingin lihat. Aku tidak menyangka pertemuan pertamaku berada di ruangan sempit seperti ini.

“Ah, maaf! Kalau begitu kujelaskan lagi pada temanku!” kataku yang kembali menelepon temanku dan mengatakan kebenarannya.

Setelah menelepon, aku kembali untuk berterima kasih padanya. Dengan sangat pelan aku melangkah karena aku berada di posisi yang sangat gugup saat ini.

“Terima kasih, Pak Dokter!” jawabku mendekatinya yang sedang duduk tenang sambil membaca buku.

“Iya, sama-sama! Tidak kusangka juga koleksi bukuku di sini ada yang mau membacanya selain aku!” jawabnya.

“Ah, jadi koleksi di sini punya Pak Dokter?” kataku memulai percakapan dengannya.

“Betul! Aku suka mengoleksi buku medis di sini, karena kupikir kalau kukoleksi sendiri, mungkin tidak akan berguna! Tapi, kalau kukoleksi di sini, bisa berguna seperti sekarang!” jawabnya.

“Pantas saja!” jawabku pelan.

“Oh ya, bagaimana kamu bisa tau namaku?” tanya dia penasaran.

“Adakah yang tidak kenal dengan dokter terkenal seperti Pak Dokter?” kataku yang menjawabnya dengan pertanyaan.

“Apakah kamu punya masalah dengan hidupmu sampai harus menontonku berulang hingga hapal namaku?” kata dia yang lagi-lagi menjawab dengan pertanyaan.

“Benar! Aku adalah pasien dokter yang secara online sudah dokter sembuhkan!” jawabku jujur.

“Kalau begitu mari kenalan secara langsung! Aku Azmi! Siapa namamu?” tanya dia mengulurkan tangannya untuk berkenalan denganku.

“Sheyki!” jawabku singkat sambil berjabat tangan dengannya.

“Kamu hebat Sheyki sudah mampu menyembuhkan hidupmu! Terima kasih sudah berjuang!” jawabnya dengan lembut sampai terdengar manis sekali di telingaku.

Benar kata orang, mendengarkan suara seseorang yang disukai memang berbeda. Aku bahkan tidak pernah sebahagia ini sebelumnya.

“Kalau begitu sampai ketemu lagi ya!” katanya menyampaikan salam perpisahannya.

“Emm...tunggu, Pak Dokter!” kataku menghentikannya.

Aku tidak tahu harus bicara tentang apalagi, tetapi aku tidak ingin melihatnya secepat itu meninggalkanku. Seolah aku tidak rela percakapan pertamaku dengannya terjadi sesingkat ini.

“Aku tahu kamu banyak pertanyaan, tapi simpan dulu pertanyaanmu! Sampai ketemu lagi!” katanya sambil tersenyum padaku.

“Akankah kita ketemu lagi?” tanyaku ragu-ragu.

“Kenapa tidak?” kata dia.

“Haruskah aku datang ke rumah sakit tempat Pak Dokter?” tanyaku lagi.

“Emm...aku tidak akan melarangmu untuk mendapatkan pertolonganku! Tapi, aku lebih suka pertemuann yang seperti ini!” jawabnya sambil tersenyum lalu pergi meninggalkanku di ruangan itu sendirian.

Dia seperti telah mengisi penuh hormon bahagiaku sampai-sampai aku dibuatnya sedikit mabuk. Aku berjalan dengan semangat sampai aku salah ruangan saat menuju ke ruangan kerjaku. Aku memencet password pada pintu yang salah dan membuat pintu itu tidak terbuka.

“Ada perlu denganku?” tanya Mas Yogi yang datang dan berada di belakangku.

“Ah, enggak kok, Mas!” jawabku sambil tersenyum dan masih belum menyadari kesalahanku.

“Kalau begitu kenapa kamu mau membuka pintu ruanganku?” tanya dia dengan sikap dinginnya.

“Loh, ini...” aku terkejut dengan pintu yang ternyata bukan pintuku.

“Kurasa hanya aku yang punya nama ruangan ‘Genius Lab’ di sini” katanya sambil menunjuk nama ruangannya yang dia tempel di pintunya.

“Ii..iya maaf!” kataku sedikit malu dan langsung ke dalam ruanganku.

Aku tidak percaya dua kesalahan hari ini bisa membuatku sangat senang sekaligus sangat malu. Dua pria yang berbeda itu membuatku bahagia sekaligus malu dalam satu hari bersamaan. Di tambah lagi, aku tidak bisa menyalakan komputerku yang ada di dalam ruanganku. Aku terbiasa menggunakan laptop bukan seperangkat elektronik bagus seperti yang ada di sini.

Akhirnya, karena tidak mau membuat kesalahan, aku terpaksa meminta bantuan kepada Mas Yogi. Maksudku sekalian saja aku membuat alasan yang mengharuskan aku ada perlu dengan dirinya.

“Mas Yo...” aku membuka pintunya tanpa mengetuk dan aku melihat dirinya sedang merebah di sofa sambil memegang pundaknya.

“Maaf, kurasa aku telah mengganggumu!” kataku hendak keluar dari ruangannya.

“Tapi, kamu sudah terlanjur menerobos pintuku!” jawabnya sedikit lemas.

“Iya juga, sih! Aku ingin meminta bantuanmu untuk menyalakan komputerku, tapi sepertinya Mas sedang capek!” kataku merasa tidak enak karena sudah mengganggunya.

Dia mengumpulkan energinya kembali dan beranjak dari sofanya untuk menuju ke ruanganku. Dia juga tidak bicara banyak saat membantuku dan melakukan apa yang dia tahu untuk menyalakan komputerku.

Related chapters

  • It's Ok! Let's Go!   Mulai Mengenal Mereka

    Di saat Mas Yogi fokus menyalakan komputerku, dia sekalian membantu merakit kursi yang akan kutempati. Di saat itulah Juki, Vino, dan Maxime datang mengunjungi ruanganku juga sambil membawa makanan.“Hai, hai!” kata Vino masuk lebih dulu.“Kalian sedang apa?” tanya Juki.“Mas Yogi membantuku menyalakan komputerku!” jawabku.“Kalian sendiri sedang apa ke sini?” tanya Mas Yogi sambil sibuk dengan alat-alatnya.“Makan siang, lah!” jawab mereka berbarengan.“Untukku?” kataku memastikan.“Kalau mereka sudah di sini, ya berarti itu juga untukmu!” jawab Mas Yogi yang selalu blak-blakan.“Kami juga membawakan untuk semuanya kok!” kata Juki.Katanya mereka biasa makan di tempat mana saja, tetapi kali ini mereka ingin makan di ruanganku yang sempit ini. Aku tidak tahu mengapa, sepertinya mereka bertujuh ini membawa sihir padaku. Setiap

    Last Updated : 2021-08-04
  • It's Ok! Let's Go!   Mengenal Sang Leader

    Pada saat pemilihan nomor urut yang akan kulihat karakternya, mereka tidak satupun mengatakannya padaku. Katanya, curang kalau bersiap-siap lebih dulu. Jadi, mereka ingin aku juga menilai karakter mereka tanpa mengetahui lebih dulu siapa orangnya.Pagi ini, Sang Leader menghubungi ponselku dan mengatakan akan ada supir yang akan menjemputku ke dorm. Aku pun langsung tahu bahwa Mas Joni mendapatkan urutan pertama. Benar juga, aku tidak punya banyak waktu untuk menyiapkan apapun dan hanya membawa satu buku dan alat tulis untuk mencatat hal yang penting.“Selamat datang di rumahku!” kata Mas Joni menyambutku di depan pintu rumahnya.“Wah, ini baru pertama kalinya aku masuk ke rumah seorang pria muda secara pribadi!” jawabku.“Aku tidak tahu harus menemuimu di mana karena katanya Mbak Sheyki tidak mau dipublikasi. Jadi, sejauh ini, rumahku adalah tempat aman!” katanya.“It’s ok! Sesuai keinginan kalian ju

    Last Updated : 2021-08-20
  • It's Ok! Let's Go!   Penebar Semangat

    Kemarin aku memang tidak bisa mengetahui banyak tentang leader dari grup mereka, tetapi kali ini aku bisa menyiapkannya. Aku banyak mencari tahu tentang yang kukenal lebih dekat dari member berikutnya. Aku membaca segala artikel tentangnya yang ternyata seorang Muhabi bisa dibilang penyemangat untuk member lainnya.Memang terlihat darinya, bahkan aku mengakuinya. Pertama kali aku bertemu dengannya, dia bisa menyambut orang baru dengan senyuman menggembirakan. Paginya, aku sudah bersiap untuk bertemu dengannya, tetapi ternyata yang datang pagi itu bukan dirinya, ternyata Mas Yogi.“Loh, bukannya sekarang waktunya Mas Muhabi?” tanyaku heran.“Dia tiba-tiba ada masalah keluarga, jadi dia memintaku untuk menggantikannya hari ini!” jawabnya dengan wajah yang datar.“Kenapa dia tidak mengatakan sendiri padaku?” tanyaku.“Mungkin dia tidak ingin mengecewakanmu karena jadwalnya tiba-tiba batal. Ya sudah, ayo

    Last Updated : 2021-09-14
  • It's Ok! Let's Go!   Penebar Semangat

    Kemarin aku memang tidak bisa mengetahui banyak tentang leader dari grup mereka, tetapi kali ini aku bisa menyiapkannya. Aku banyak mencari tahu tentang yang kukenal lebih dekat dari member berikutnya. Aku membaca segala artikel tentangnya yang ternyata seorang Muhabi bisa dibilang penyemangat untuk member lainnya.Memang terlihat darinya, bahkan aku mengakuinya. Pertama kali aku bertemu dengannya, dia bisa menyambut orang baru dengan senyuman menggembirakan. Paginya, aku sudah bersiap untuk bertemu dengannya, tetapi ternyata yang datang pagi itu bukan dirinya, ternyata Mas Yogi.“Loh, bukannya sekarang waktunya Mas Muhabi?” tanyaku heran.“Dia tiba-tiba ada masalah keluarga, jadi dia memintaku untuk menggantikannya hari ini!” jawabnya dengan wajah yang datar.“Kenapa dia tidak mengatakan sendiri padaku?” tanyaku.“Mungkin dia tidak ingin mengecewakanmu karena jadwalnya tiba-tiba batal. Ya sudah, ayo

    Last Updated : 2021-10-16
  • It's Ok! Let's Go!   Suami Idaman

    Seperti biasa aku masih harus melihat karakter mereka satu persatu, tetapi kali ini aku tidak diberitahu lagi siapa giliran berikutnya. Aku hanya bisa menunggu di dorm untuk giliran member berikutnya. Karena kulihat jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi dan mereka tidak juga datang, maka aku memutuskan untuk melihat taman sebelah dorm yang belum pernah kukunjungi selama tinggal di sini.Kulihat di pojok samping dorm terdapat tempat nyaman dan ada beberapa peralatan lukis yang cukup lengkap. Tentu aku yang suka melukis menjadi sangat bersemangat melihat peralatan itu. Meskipun tidak selengkap milikku yang di rumah, tetapi aku senang bisa menemukan alat lukis lengkap dengan satu kanvas kosong.Karena hanya cat berwarna hitam yang lebih banyak, aku jadi berpikiran melukis sesuatu yang banyak menggunakan warna hitam. Tidak ada yang spesifik, aku hanya memikirkan malam itu. Malam di saat aku berdiri di gedung agensi dengan melihat atap rumah sakit bersama pria yang membawa git

    Last Updated : 2021-10-16
  • It's Ok! Let's Go!   Tempat Spesial

    Aku kembali sendirian ketika sudah pulang dan meninggalkan keheningannya bersamaku. Hari sudah sangat malam, tetapi mataku belum saja mengantuk dan betah menatap pesan yang dikirim temanku. Aku sangat ingin menolak dengan alasan yang menyibukkan, tetapi dalam hati kecilku, aku ingin kesana walau sebentar saja.Keesokan paginya, karena Vino sudah mengatakan bahwa hari ini adalah gilirannya maka aku hanya menunggunya datang hari ini. Kemudian dia mengirimkan pesan bahwa yang menjemputku hari ini adalah supirnya dan dia memintaku untuk ke tempat pemotretannya saat ini.“Mana yang lain?” tanyaku penasaran karena hanya dia sendiri di sana.“Tidak ada! Sekarang kan giliranku, kenapa mencari yang lain?” kata dia sambil fokus memilih baju.“Bukankah kalian biasa bekerja bersama?” tanyaku lagi.“Khusus hari ini kita bergantian untuk melaksanakan sesi foto ini!” jawabnya sambil mencoba bajunya di depan cermin.

    Last Updated : 2021-10-21
  • It's Ok! Let's Go!   Teman Spesial

    Hari sudah mulai gelap, lampu redup di dalam ruangan juga sudah menyala. Sayangnya, keheningan semakin menenggelamkan percakapan kami sebelumnya. Mas Yogi terus menatap ponselnya yang aku pun tidak tahu apa yang sedang dia baca sampai menghiraukanku.“Hari sudah malam, Mas pulang saja! Aku akan menunggu Vino di sini!” kataku yang lama-lama sungkan karena membuatnya menemaniku terlalu lama.“Aku sudah meminta Vino untuk segera datang. Bilang sudah menuju kemari” jawabnya.Aku kaget mendengar jawabannya karena dia memasang muka serius begitu hanya untuk menghubungi Vino melalui pesan chat. Jujur Mas Yogi adalah member yang sifatnya paling dingin di antara yang lain.“Sheyki!” kata Vino yang datang langsung menghampiri kami berdua.“Karena Vino sudah di sini, aku pulang dulu!” kata Mas Yogi tanpa ekspresi.“Untung ada Mas Yogi ya, kamu kenapa tidak bilang kalau acaranya bakal cepat selesai?&

    Last Updated : 2021-10-21
  • It's Ok! Let's Go!   Secret Holiday

    Setelah kejadian yang menghebohkan di gedung astronomy kemarin, mereka bertujuh memutuskan untuk tinggal lagi bersama di dorm mulai malam ini. Karena satu kamar sudah kupakai, jadi terpaksa member paling muda memilih untuk tidur bersama member lainnya. Suasana dorm yang hening pun kembali riuh gembira di saat ada mereka.Tok...tok...tok.Terdengar seseorang mengetuk pintu kamarku dari luar.“Keluarlah sebentar!” kata Vino dari luar.“Ya? Ada apa?” tanyaku yang sudah berganti pakaian tidurku.“Wah, suasana di sini sungguh berbeda saat kami semua tinggal bersama seorang wanita!” kata Mas Habi sambil geleng-geleng kepala melihatku.“Ini juga yang pertama kalinya aku tinggal bersama pria, terlebih bertujuh!” kataku pasrah menerima kenyataan yang tidak pernah kusangka sebelumnya.“Kamu tahu, kita semua pernah berandai-andai memikirkan bagaimana jika kita punya member wanita dan

    Last Updated : 2021-10-21

Latest chapter

  • It's Ok! Let's Go!   Kegiatan di belakang Panggung

    Hari ini aku menjadi yang pertama kali bangun di saat yang lain masih belum bangun. Aku bahkan mendahului kokok ayam pagi kali ini, hanya karena tidak ingin terlambat bangun. Lima belas menit setelah aku selesai bersiap, kulihat mereka masih belum juga bangun. Aku pun terpaksa mengetuk pintu kamar Mas Joni karena aku tahu dia paling mudah untuk dibangunkan.Akan tetapi, rupanya aku salah. Dia tidak juga membuka pintunya setelah lama kuketuk. Justru Mas Keyjo yang lebih dulu bangun karena mendengar suara ketukanku di pintu kamar Mas Joni.“Astaga, mereka juga belum bangun?” tanya Mas Keyjo sambil dengan mata sayu-sayu.“Iya, tolong Mas bangunkan mereka ya! Mereka biasanya sarapan pagi nggak? Haruskah kubuatkan sandwich?” tanyaku.“Iya, buatkan saja! Nanti kubantu setelah membangunkan mereka!” jawabnya.Aku pun ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi mereka. Kemudian, Mas Keyjo menyusulku ke dapur untuk membantu mem

  • It's Ok! Let's Go!   Dinner Singkat Bareng Pak Dokter

    Dokter Azmi menungguku selagi aku mengambil tas di ruanganku. Dia juga sempat bertanya tempat apa yang ingin aku kunjungi pertama kali bersamanya.“Taman bermain?” tanyaku memberikan penawaran.“Kita berdua?” kata dia terkejut dengan saranku.“Aneh, ya? kalau gitu terserah Pak Dokter, deh!” jawabku.“Sepertinya kita terlalu tua untuk pergi ke taman bermain berdua. Ya sudah, aku saja yang menentukan!” katanya mengajakku.“Mas Yogi, aku berangkat dulu, ya!” kataku berpamitan padanya yang masih belum menutup pintunya dan mendengarkan semua pembicaraanku.“Iya!” jawabnya singkat dan datar.Dokter Azmi tidak memberitahuku tempat dia membawaku. Sepanjang perjalanan dia fokus menyetir dan tiba di sebuah pantai dengan pemandangan sore yang indah.“Wah!” kataku terpana dengan keindahan lautnya.“Sheyki lebih suka duduk di tempat makan sambil

  • It's Ok! Let's Go!   Lagu Kenangan Menenangkan

    Ini adalah minggu ke tiga aku di sini dan aku harusnya sudah menyelesaikan menentukan karakter ketujuh member grup ini. Akan tetapi, mereka memiliki jadwal yang sangat padat sehingga aku kesulitan untuk menentukan karakter tiga orang lagi. Salah satu cara agar mudah, aku harus ikut ke mana pun mereka pergi untuk melihat aktifitas mereka.Hari ini mereka latihan untuk penampilan besok di acara penghargaan bergengsi. Padahal baru kemarin mereka menyelesaikan satu movie, sekarang mereka tidak ada lagi kesempatan beristirahat dan langsung mengerjakan pekerjaan berikutnya. Meskipun pekerjaanku hanya memperhartikan mereka saja, tetapi ini juga menjadi melelahkan bagiku.“Sheyki, sini, deh!” panggil Vino setelah latihan.“Iya, kenapa?” tanyaku mendekat padanya.Vino menarik tanganku untuk duduk bersebelahan dengannya di depan piano. Dia tidak peduli member lainnya yang melihatnya menarik tanganku.“Oh, dia mau pamer kalau dia

  • It's Ok! Let's Go!   Satu Hari Bebas Tugas

    Proses pembuatan movie grup band mereka sudah selesai dan mereka mendapatkan jatah satu hari libur kali ini sebelum kembali ke rutinitas. Tidak hanya mereka, semua staff termasuk aku mendapat jatah bebas tugas satu hari. Akan tetapi, percuma saja hari libur yang diberikan tetap membuat aku dan ketujuh bujang ini tidak bisa bebas pergi. Mereka tidak memiliki kebebasan beraktifitas karena akan merusak popularitas mereka, sedangkan aku juga tidak bisa pergi karena tidak memiliki teman selain mereka.Kali ini ketua agensi memberiku tempat khusus staff jadi berbeda tempat menginap dengan mereka. Walaupun berada di lingkungan yang sama, tetapi tempatku benar-benar terpisah dengan mereka. Aku jadi tidak punya teman untuk diajak mengobrol karena semua staff pergi menikmati liburan gratis yang diberikan oleh agensi.Jadi, untuk mengisi jadwal yang kosong, aku memulai hari dengan berolahraga di sekitar tempat penginapanku. Seperti biasa aku bertemu dengan Sang Leader yang rutin

  • It's Ok! Let's Go!   Secret Holiday

    Setelah kejadian yang menghebohkan di gedung astronomy kemarin, mereka bertujuh memutuskan untuk tinggal lagi bersama di dorm mulai malam ini. Karena satu kamar sudah kupakai, jadi terpaksa member paling muda memilih untuk tidur bersama member lainnya. Suasana dorm yang hening pun kembali riuh gembira di saat ada mereka.Tok...tok...tok.Terdengar seseorang mengetuk pintu kamarku dari luar.“Keluarlah sebentar!” kata Vino dari luar.“Ya? Ada apa?” tanyaku yang sudah berganti pakaian tidurku.“Wah, suasana di sini sungguh berbeda saat kami semua tinggal bersama seorang wanita!” kata Mas Habi sambil geleng-geleng kepala melihatku.“Ini juga yang pertama kalinya aku tinggal bersama pria, terlebih bertujuh!” kataku pasrah menerima kenyataan yang tidak pernah kusangka sebelumnya.“Kamu tahu, kita semua pernah berandai-andai memikirkan bagaimana jika kita punya member wanita dan

  • It's Ok! Let's Go!   Teman Spesial

    Hari sudah mulai gelap, lampu redup di dalam ruangan juga sudah menyala. Sayangnya, keheningan semakin menenggelamkan percakapan kami sebelumnya. Mas Yogi terus menatap ponselnya yang aku pun tidak tahu apa yang sedang dia baca sampai menghiraukanku.“Hari sudah malam, Mas pulang saja! Aku akan menunggu Vino di sini!” kataku yang lama-lama sungkan karena membuatnya menemaniku terlalu lama.“Aku sudah meminta Vino untuk segera datang. Bilang sudah menuju kemari” jawabnya.Aku kaget mendengar jawabannya karena dia memasang muka serius begitu hanya untuk menghubungi Vino melalui pesan chat. Jujur Mas Yogi adalah member yang sifatnya paling dingin di antara yang lain.“Sheyki!” kata Vino yang datang langsung menghampiri kami berdua.“Karena Vino sudah di sini, aku pulang dulu!” kata Mas Yogi tanpa ekspresi.“Untung ada Mas Yogi ya, kamu kenapa tidak bilang kalau acaranya bakal cepat selesai?&

  • It's Ok! Let's Go!   Tempat Spesial

    Aku kembali sendirian ketika sudah pulang dan meninggalkan keheningannya bersamaku. Hari sudah sangat malam, tetapi mataku belum saja mengantuk dan betah menatap pesan yang dikirim temanku. Aku sangat ingin menolak dengan alasan yang menyibukkan, tetapi dalam hati kecilku, aku ingin kesana walau sebentar saja.Keesokan paginya, karena Vino sudah mengatakan bahwa hari ini adalah gilirannya maka aku hanya menunggunya datang hari ini. Kemudian dia mengirimkan pesan bahwa yang menjemputku hari ini adalah supirnya dan dia memintaku untuk ke tempat pemotretannya saat ini.“Mana yang lain?” tanyaku penasaran karena hanya dia sendiri di sana.“Tidak ada! Sekarang kan giliranku, kenapa mencari yang lain?” kata dia sambil fokus memilih baju.“Bukankah kalian biasa bekerja bersama?” tanyaku lagi.“Khusus hari ini kita bergantian untuk melaksanakan sesi foto ini!” jawabnya sambil mencoba bajunya di depan cermin.

  • It's Ok! Let's Go!   Suami Idaman

    Seperti biasa aku masih harus melihat karakter mereka satu persatu, tetapi kali ini aku tidak diberitahu lagi siapa giliran berikutnya. Aku hanya bisa menunggu di dorm untuk giliran member berikutnya. Karena kulihat jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi dan mereka tidak juga datang, maka aku memutuskan untuk melihat taman sebelah dorm yang belum pernah kukunjungi selama tinggal di sini.Kulihat di pojok samping dorm terdapat tempat nyaman dan ada beberapa peralatan lukis yang cukup lengkap. Tentu aku yang suka melukis menjadi sangat bersemangat melihat peralatan itu. Meskipun tidak selengkap milikku yang di rumah, tetapi aku senang bisa menemukan alat lukis lengkap dengan satu kanvas kosong.Karena hanya cat berwarna hitam yang lebih banyak, aku jadi berpikiran melukis sesuatu yang banyak menggunakan warna hitam. Tidak ada yang spesifik, aku hanya memikirkan malam itu. Malam di saat aku berdiri di gedung agensi dengan melihat atap rumah sakit bersama pria yang membawa git

  • It's Ok! Let's Go!   Penebar Semangat

    Kemarin aku memang tidak bisa mengetahui banyak tentang leader dari grup mereka, tetapi kali ini aku bisa menyiapkannya. Aku banyak mencari tahu tentang yang kukenal lebih dekat dari member berikutnya. Aku membaca segala artikel tentangnya yang ternyata seorang Muhabi bisa dibilang penyemangat untuk member lainnya.Memang terlihat darinya, bahkan aku mengakuinya. Pertama kali aku bertemu dengannya, dia bisa menyambut orang baru dengan senyuman menggembirakan. Paginya, aku sudah bersiap untuk bertemu dengannya, tetapi ternyata yang datang pagi itu bukan dirinya, ternyata Mas Yogi.“Loh, bukannya sekarang waktunya Mas Muhabi?” tanyaku heran.“Dia tiba-tiba ada masalah keluarga, jadi dia memintaku untuk menggantikannya hari ini!” jawabnya dengan wajah yang datar.“Kenapa dia tidak mengatakan sendiri padaku?” tanyaku.“Mungkin dia tidak ingin mengecewakanmu karena jadwalnya tiba-tiba batal. Ya sudah, ayo

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status