Aku menemukan perbedaan lain lagi di sini. Kalau semalam bukan aku yang tidur terakhir di rumah ini, sekarang juga bukan aku yang pertama bangun, melainkan Si Leader grup ini. Dia bangun pagi dan sepertinya bersiap berolah raga sama sepertiku.
“Mbak Sheyki mau kemana?” tanya dia menyapaku.
“Aku mau berolahraga sebentar” jawabku.
“Olahraga kemana? Memang sudah tahu rute di daerah sini?” kata dia memastikan.
“Enggak, sih! Tapi, aku tidak bisa menghilangkan kebiasaanku untuk berolahraga pagi!” jawabnya.
“Wah, kita sama! Ya sudah, ayo kita olahraga bersama!” katanya mengajakku.
“Ah tidak, aku takut ada yang melihat! Aku olahraga sendiri saja!” jawabku menolak karena bagaimanapun mereka adalah penyanyi yang sedang naik daun untuk saat ini.
“Yakin?” katanya.
Aku mengangguk dan mulai melangkahkan kakiku untuk berlari sambil menikmati udara ibu kota di pagi hari. Setelah lelah berlari, aku juga lelah mengingat. Betul saja, aku lupa arah jalan pulang ke rumah mereka. Terlebih, aku tidak mengenal siapapun di sini kecuali mereka. Aku juga tidak punya seseorang yang harus aku hubungi sekaligus aku tidak tahu bagaimana cara naik transportasi umum di sini.
“Ah, padahal sebentar lagi ada meeting!” kataku mengeluh karena waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi.
Aku tidak mungkin datang terlambat saat meeeting pertamaku bersama mereka. Akhirnya, aku memutuskan untuk memesan ojek online untuk mengantarkanku ke gedung agensi. Kali ini aku sadar bahwa aku datang menggunakan baju olahraga lagi, tetapi dengan kejadian yang berbeda.
“Mbak Sheyki, mau nge-gym?” sapa Pak Abdul yang juga baru datang.
“Bukan, Pak! Saya mau meeting pertama!” jawabku sambil malu karena pakaianku.
“Oh, meeeting! Sepertinya Mbak Sheyki hobi sekali memakai pakaian olahraga ya?” katanya sedikit memberikan komentar tentang pakaianku.
“Memangnya aneh ya, meeting memakai pakaian olahraga? Kukira ini trend bagus sekarang!” kata Vino yang tiba-tiba muncul di belakangku bersama keenam member lainnya dengan memakai pakaian olahraga juga.
“Terserah kalian, deh!” kata Pak Abdul sambil sedikit tertawa geli melihat tingkah anak muda seperti kami.
Aku juga sempat kaget melihat mereka semua memakai baju olahraga. Bahkan kupikir, memakai baju olahraga ke kantor memang menjadi trend anak muda di ibu kota. Akan tetaapi, rupanya aku salah. Ketika seorang wanita masuk ke ruangan yang sudah disiapkan untuk meeting kami dengan memakai pakaian rapi dan tetap modis.
“Apa sebentar lagi akan ada shooting yang membutuhkan pakaian olahraga? Kenapa kalian memakai baju olahraga?” tanya dia kepada semua member sebelum meeting dimulai.
“Tidak juga! Kami hanya ingin berolahraga bersama saja sebentar lagi!” kata Vino dengan santai.
Kemudian dia memperkenalkan diri bahwa namanya adalah Ansana. Karena wajahnya yang cantik dan body ramping, membuatnya nampak lebih muda dariku. Akan tetapi ternyata dia tiga tahun lebih tua dariku. Sejauh dia mengenalkan dirinya, aku bisa langsung tahu bahwa dia adalah wanita yang cerdas. Bisa juga dilihat dari posisinya yang menjadi produser bagian movie untuk ketujuh member ini. Maka dari itu dia hadir pada saat meeting pertama, karena dia ingin tahu rencanaku dalam membuat naskah drama untuk ketujuh member Grup Purple ini.
“Jadi, bagaimana rencana naskah yang akan Mbak Sheyki buat?” tanya Ansana.
“Saya ingin naskahnya memiliki karakter tokoh yang kuat dan sesuai dengan karakter mereka. Jadi, sebelum membuat naskahnya, saya ingin mengenal karakter ketujuh member ini terlebih dahulu!” jawabku.
“Bagaimana caranya Mbak akan mengenal karakter mereka?” tanyanya lagi.
“Kalau diijinkan saya ingin ikut mereka satu persatu untuk setidaknya mengenal atau mereka bisa menceritakan kisahnya sedikit pada saya biar saya bisa mengenal mereka” jawabku dengan sangat profesional.
“Tentu boleh!” jawab Vino dengan mudah.
“Maksudnya, Mbak ingin mengikuti mereka di kegiatannya? Apakah itu tidak terlalu mengganggu?” tanyanya lagi padaku.
“Tidak, saya tidak akan mengganggu mereka! Jika memang ada kesempatan mereka boleh bercerita pada saya, kalau pun tidak, saya sendiri yang akan mengamatinya!” jawabku.
“Emm...boleh juga sih! Karena waktunya juga tidak banyak! Jadi, mari kita membuat pekerjaannya lebih mudah!” kata Mas Keyjo mengijinkan.
Begitupun dengan member lainnya yang rupanya dengan semangat untuk mendukung rencanaku dalam membuatkan naskah drama untuk mereka.
“Jadi, siapa yang pertama?” tanya Mas Joni.
“Terserah kalian saja! Saya hanya perlu ikut yang kalian mau!” jawabku yang tidak ingin menyusahkan setiap klien-ku.
“Bagaimana kalau hari ini Mbak Sheyki melihat kami semua dulu? Sebentar lagi kami ada latihan dance!” kata Juki menyarankan.
“Boleh!” jawabku dengan singkat.
Pada dasarnya, aku memang tidak banyak menuntuk klien-ku untuk setiap kegiatannya. Tugasku setiap waktu hanya menulis biografi seseorang. Bedanya kali ini, aku hanya perlu membuat naskah cerita yang hanya perlu mengamati karakter mereka.
Setelah selesai meeting, mereka bertujuh meninggalkan ruangan dan aku hanya berjalan di belakangnya. Kalau kubandingkan dengan tingkah mereka selama semalam menginap bersama di dorm, aku melihat mereka seolah bisa menjadi teman dekatku. Akan tetapi, sekarang aku sadar batasan mereka dan aku.
Kurasa mereka hebat bisa bekerja seprofesional ini di usia yang masih sangat muda. Sepertinya juga, aku tidak akan pernah menyesal dengan keputusanku untuk bekerja bersama mereka. Walaupun dalam waktu yang tidak lama, tetapi aku ingin menikmatinya dan berjanji akan membuatkan naskah yang bagus untuk mereka. Namun, bukan berarti aku melupakan alasan pertamaku untuk mengambil keputusan ini.
Aku tetap akan berusaha untuk bertemu lagi dengan seseorang itu, tetapi aku juga harus profesional dengan pekerjaanku sekarang. Aku hanya tidak ingin mereka mendapatkan naskah yang buruk disaat pertama kali mereka berakting.
“Hah, capek juga!” kata Vino yang langsung duduk sembari minum isotonik di sebelahku.
“Minum air mineral setelah latihan lebih baik!” kataku sambil mengambilkan satu untuknya karena kebetulan di sebelahku ada banyak air mineral botol.
“Begitukah? Oke!” katanya menerima air mineral pemberianku.
“Mbak Sheyki, apakah sebentar lagi ada acara?” tanya Juki yang menghampiri kami berdua.
“Tidak ada, kok! Kenapa? Kamu mau jadi yang pertama untuk kuwawancarai?” tanyaku penasaran.
“Halah, baru juga sehari sudah ngomongin kerjaan! Aku mau mengajak Mbak makan siang karena semalam sudah membantu mengerjakan tugas kuliahku!” jawabnya.
“Wah, kalau begitu bantu aku juga!” kata Vino dengan nada merajuk.
“Memangnya kamu juga mahasiswa?” tanyaku bercanda.
“Yup, aku mahasiswa S2!” kayanya.
“Aku juga mahasiswa S2!” jawab Maxime ikut nimbrung diantara kami.
“Ok! Datanglah kapan pun kalian membutuhkan bantuanku!”jawabku mengiyakan.
“Kamu sendiri tidak mau melanjutkan S2 kah?” tanya Maxime padaku.
“Emm...mau! Tapi....”
“Tapi?” kata Vino penasaran karena aku tidak melanjutkan perkataanku.
“Nanti saja!” jawabku singkat.
“Ah, jadi bagaimana? Ayo kita makan bersama Mbak!” kata Juki melanjutkan perkataannya.
“Astaga, baru saja aku melihat tujuh pangeran tampan, kenapa sekarang kembali lagi seperti ini?” kataku yang tidak habis pikir dengan tingkah mereka yang lucu.
“Emang sekarang kenapa?” tanya Juki dengan muka polosnya.
“Kalian hebat! Akan kupastikan membuat sesuatu yang hebat juga untuk kalian!” jawabku.
“Jadi, Mbak nggak mau makan siang denganku hari ini?” tanya Juki memastikan lagi.“Ya, begitulah!” jawabku sambil melihat ponselku yang mendapat panggilan dari teman kuliahku dulu.Sudah lama aku tidak berhubungan dengan teman sekampusku dulu. Dikarenakan aku sudah tidak lagi masuk ke dunia penelitian sains. Dulunya, aku adalah lulusan biologi yang sering terjun ke banyak penelitian. Sampai pada akhirnya, aku mengalami tragedi yang membuatku sulit untuk tetap berada di sana sehingga aku memiliih menjadi penulis seperti sekarang.“Ya, Halo!” jawabku sambil keluar dari ruangan latihan mereka agar suaraku tidak mengganggu mereka.“Halo! Eh, bantuin dong!” katanya tiba-tiba meminta bantuanku.“Astaga, baru juga nelpon! Ada apa?” tanyaku.Aku memang paling tidak bisa menolak seseorang yang membutuhkan bantuanku. Menurutku, selama aku bisa membantu pasti akan kubantu. Padahal dis
Di saat Mas Yogi fokus menyalakan komputerku, dia sekalian membantu merakit kursi yang akan kutempati. Di saat itulah Juki, Vino, dan Maxime datang mengunjungi ruanganku juga sambil membawa makanan.“Hai, hai!” kata Vino masuk lebih dulu.“Kalian sedang apa?” tanya Juki.“Mas Yogi membantuku menyalakan komputerku!” jawabku.“Kalian sendiri sedang apa ke sini?” tanya Mas Yogi sambil sibuk dengan alat-alatnya.“Makan siang, lah!” jawab mereka berbarengan.“Untukku?” kataku memastikan.“Kalau mereka sudah di sini, ya berarti itu juga untukmu!” jawab Mas Yogi yang selalu blak-blakan.“Kami juga membawakan untuk semuanya kok!” kata Juki.Katanya mereka biasa makan di tempat mana saja, tetapi kali ini mereka ingin makan di ruanganku yang sempit ini. Aku tidak tahu mengapa, sepertinya mereka bertujuh ini membawa sihir padaku. Setiap
Pada saat pemilihan nomor urut yang akan kulihat karakternya, mereka tidak satupun mengatakannya padaku. Katanya, curang kalau bersiap-siap lebih dulu. Jadi, mereka ingin aku juga menilai karakter mereka tanpa mengetahui lebih dulu siapa orangnya.Pagi ini, Sang Leader menghubungi ponselku dan mengatakan akan ada supir yang akan menjemputku ke dorm. Aku pun langsung tahu bahwa Mas Joni mendapatkan urutan pertama. Benar juga, aku tidak punya banyak waktu untuk menyiapkan apapun dan hanya membawa satu buku dan alat tulis untuk mencatat hal yang penting.“Selamat datang di rumahku!” kata Mas Joni menyambutku di depan pintu rumahnya.“Wah, ini baru pertama kalinya aku masuk ke rumah seorang pria muda secara pribadi!” jawabku.“Aku tidak tahu harus menemuimu di mana karena katanya Mbak Sheyki tidak mau dipublikasi. Jadi, sejauh ini, rumahku adalah tempat aman!” katanya.“It’s ok! Sesuai keinginan kalian ju
Kemarin aku memang tidak bisa mengetahui banyak tentang leader dari grup mereka, tetapi kali ini aku bisa menyiapkannya. Aku banyak mencari tahu tentang yang kukenal lebih dekat dari member berikutnya. Aku membaca segala artikel tentangnya yang ternyata seorang Muhabi bisa dibilang penyemangat untuk member lainnya.Memang terlihat darinya, bahkan aku mengakuinya. Pertama kali aku bertemu dengannya, dia bisa menyambut orang baru dengan senyuman menggembirakan. Paginya, aku sudah bersiap untuk bertemu dengannya, tetapi ternyata yang datang pagi itu bukan dirinya, ternyata Mas Yogi.“Loh, bukannya sekarang waktunya Mas Muhabi?” tanyaku heran.“Dia tiba-tiba ada masalah keluarga, jadi dia memintaku untuk menggantikannya hari ini!” jawabnya dengan wajah yang datar.“Kenapa dia tidak mengatakan sendiri padaku?” tanyaku.“Mungkin dia tidak ingin mengecewakanmu karena jadwalnya tiba-tiba batal. Ya sudah, ayo
Kemarin aku memang tidak bisa mengetahui banyak tentang leader dari grup mereka, tetapi kali ini aku bisa menyiapkannya. Aku banyak mencari tahu tentang yang kukenal lebih dekat dari member berikutnya. Aku membaca segala artikel tentangnya yang ternyata seorang Muhabi bisa dibilang penyemangat untuk member lainnya.Memang terlihat darinya, bahkan aku mengakuinya. Pertama kali aku bertemu dengannya, dia bisa menyambut orang baru dengan senyuman menggembirakan. Paginya, aku sudah bersiap untuk bertemu dengannya, tetapi ternyata yang datang pagi itu bukan dirinya, ternyata Mas Yogi.“Loh, bukannya sekarang waktunya Mas Muhabi?” tanyaku heran.“Dia tiba-tiba ada masalah keluarga, jadi dia memintaku untuk menggantikannya hari ini!” jawabnya dengan wajah yang datar.“Kenapa dia tidak mengatakan sendiri padaku?” tanyaku.“Mungkin dia tidak ingin mengecewakanmu karena jadwalnya tiba-tiba batal. Ya sudah, ayo
Seperti biasa aku masih harus melihat karakter mereka satu persatu, tetapi kali ini aku tidak diberitahu lagi siapa giliran berikutnya. Aku hanya bisa menunggu di dorm untuk giliran member berikutnya. Karena kulihat jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi dan mereka tidak juga datang, maka aku memutuskan untuk melihat taman sebelah dorm yang belum pernah kukunjungi selama tinggal di sini.Kulihat di pojok samping dorm terdapat tempat nyaman dan ada beberapa peralatan lukis yang cukup lengkap. Tentu aku yang suka melukis menjadi sangat bersemangat melihat peralatan itu. Meskipun tidak selengkap milikku yang di rumah, tetapi aku senang bisa menemukan alat lukis lengkap dengan satu kanvas kosong.Karena hanya cat berwarna hitam yang lebih banyak, aku jadi berpikiran melukis sesuatu yang banyak menggunakan warna hitam. Tidak ada yang spesifik, aku hanya memikirkan malam itu. Malam di saat aku berdiri di gedung agensi dengan melihat atap rumah sakit bersama pria yang membawa git
Aku kembali sendirian ketika sudah pulang dan meninggalkan keheningannya bersamaku. Hari sudah sangat malam, tetapi mataku belum saja mengantuk dan betah menatap pesan yang dikirim temanku. Aku sangat ingin menolak dengan alasan yang menyibukkan, tetapi dalam hati kecilku, aku ingin kesana walau sebentar saja.Keesokan paginya, karena Vino sudah mengatakan bahwa hari ini adalah gilirannya maka aku hanya menunggunya datang hari ini. Kemudian dia mengirimkan pesan bahwa yang menjemputku hari ini adalah supirnya dan dia memintaku untuk ke tempat pemotretannya saat ini.“Mana yang lain?” tanyaku penasaran karena hanya dia sendiri di sana.“Tidak ada! Sekarang kan giliranku, kenapa mencari yang lain?” kata dia sambil fokus memilih baju.“Bukankah kalian biasa bekerja bersama?” tanyaku lagi.“Khusus hari ini kita bergantian untuk melaksanakan sesi foto ini!” jawabnya sambil mencoba bajunya di depan cermin.
Hari sudah mulai gelap, lampu redup di dalam ruangan juga sudah menyala. Sayangnya, keheningan semakin menenggelamkan percakapan kami sebelumnya. Mas Yogi terus menatap ponselnya yang aku pun tidak tahu apa yang sedang dia baca sampai menghiraukanku.“Hari sudah malam, Mas pulang saja! Aku akan menunggu Vino di sini!” kataku yang lama-lama sungkan karena membuatnya menemaniku terlalu lama.“Aku sudah meminta Vino untuk segera datang. Bilang sudah menuju kemari” jawabnya.Aku kaget mendengar jawabannya karena dia memasang muka serius begitu hanya untuk menghubungi Vino melalui pesan chat. Jujur Mas Yogi adalah member yang sifatnya paling dingin di antara yang lain.“Sheyki!” kata Vino yang datang langsung menghampiri kami berdua.“Karena Vino sudah di sini, aku pulang dulu!” kata Mas Yogi tanpa ekspresi.“Untung ada Mas Yogi ya, kamu kenapa tidak bilang kalau acaranya bakal cepat selesai?&
Hari ini aku menjadi yang pertama kali bangun di saat yang lain masih belum bangun. Aku bahkan mendahului kokok ayam pagi kali ini, hanya karena tidak ingin terlambat bangun. Lima belas menit setelah aku selesai bersiap, kulihat mereka masih belum juga bangun. Aku pun terpaksa mengetuk pintu kamar Mas Joni karena aku tahu dia paling mudah untuk dibangunkan.Akan tetapi, rupanya aku salah. Dia tidak juga membuka pintunya setelah lama kuketuk. Justru Mas Keyjo yang lebih dulu bangun karena mendengar suara ketukanku di pintu kamar Mas Joni.“Astaga, mereka juga belum bangun?” tanya Mas Keyjo sambil dengan mata sayu-sayu.“Iya, tolong Mas bangunkan mereka ya! Mereka biasanya sarapan pagi nggak? Haruskah kubuatkan sandwich?” tanyaku.“Iya, buatkan saja! Nanti kubantu setelah membangunkan mereka!” jawabnya.Aku pun ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi mereka. Kemudian, Mas Keyjo menyusulku ke dapur untuk membantu mem
Dokter Azmi menungguku selagi aku mengambil tas di ruanganku. Dia juga sempat bertanya tempat apa yang ingin aku kunjungi pertama kali bersamanya.“Taman bermain?” tanyaku memberikan penawaran.“Kita berdua?” kata dia terkejut dengan saranku.“Aneh, ya? kalau gitu terserah Pak Dokter, deh!” jawabku.“Sepertinya kita terlalu tua untuk pergi ke taman bermain berdua. Ya sudah, aku saja yang menentukan!” katanya mengajakku.“Mas Yogi, aku berangkat dulu, ya!” kataku berpamitan padanya yang masih belum menutup pintunya dan mendengarkan semua pembicaraanku.“Iya!” jawabnya singkat dan datar.Dokter Azmi tidak memberitahuku tempat dia membawaku. Sepanjang perjalanan dia fokus menyetir dan tiba di sebuah pantai dengan pemandangan sore yang indah.“Wah!” kataku terpana dengan keindahan lautnya.“Sheyki lebih suka duduk di tempat makan sambil
Ini adalah minggu ke tiga aku di sini dan aku harusnya sudah menyelesaikan menentukan karakter ketujuh member grup ini. Akan tetapi, mereka memiliki jadwal yang sangat padat sehingga aku kesulitan untuk menentukan karakter tiga orang lagi. Salah satu cara agar mudah, aku harus ikut ke mana pun mereka pergi untuk melihat aktifitas mereka.Hari ini mereka latihan untuk penampilan besok di acara penghargaan bergengsi. Padahal baru kemarin mereka menyelesaikan satu movie, sekarang mereka tidak ada lagi kesempatan beristirahat dan langsung mengerjakan pekerjaan berikutnya. Meskipun pekerjaanku hanya memperhartikan mereka saja, tetapi ini juga menjadi melelahkan bagiku.“Sheyki, sini, deh!” panggil Vino setelah latihan.“Iya, kenapa?” tanyaku mendekat padanya.Vino menarik tanganku untuk duduk bersebelahan dengannya di depan piano. Dia tidak peduli member lainnya yang melihatnya menarik tanganku.“Oh, dia mau pamer kalau dia
Proses pembuatan movie grup band mereka sudah selesai dan mereka mendapatkan jatah satu hari libur kali ini sebelum kembali ke rutinitas. Tidak hanya mereka, semua staff termasuk aku mendapat jatah bebas tugas satu hari. Akan tetapi, percuma saja hari libur yang diberikan tetap membuat aku dan ketujuh bujang ini tidak bisa bebas pergi. Mereka tidak memiliki kebebasan beraktifitas karena akan merusak popularitas mereka, sedangkan aku juga tidak bisa pergi karena tidak memiliki teman selain mereka.Kali ini ketua agensi memberiku tempat khusus staff jadi berbeda tempat menginap dengan mereka. Walaupun berada di lingkungan yang sama, tetapi tempatku benar-benar terpisah dengan mereka. Aku jadi tidak punya teman untuk diajak mengobrol karena semua staff pergi menikmati liburan gratis yang diberikan oleh agensi.Jadi, untuk mengisi jadwal yang kosong, aku memulai hari dengan berolahraga di sekitar tempat penginapanku. Seperti biasa aku bertemu dengan Sang Leader yang rutin
Setelah kejadian yang menghebohkan di gedung astronomy kemarin, mereka bertujuh memutuskan untuk tinggal lagi bersama di dorm mulai malam ini. Karena satu kamar sudah kupakai, jadi terpaksa member paling muda memilih untuk tidur bersama member lainnya. Suasana dorm yang hening pun kembali riuh gembira di saat ada mereka.Tok...tok...tok.Terdengar seseorang mengetuk pintu kamarku dari luar.“Keluarlah sebentar!” kata Vino dari luar.“Ya? Ada apa?” tanyaku yang sudah berganti pakaian tidurku.“Wah, suasana di sini sungguh berbeda saat kami semua tinggal bersama seorang wanita!” kata Mas Habi sambil geleng-geleng kepala melihatku.“Ini juga yang pertama kalinya aku tinggal bersama pria, terlebih bertujuh!” kataku pasrah menerima kenyataan yang tidak pernah kusangka sebelumnya.“Kamu tahu, kita semua pernah berandai-andai memikirkan bagaimana jika kita punya member wanita dan
Hari sudah mulai gelap, lampu redup di dalam ruangan juga sudah menyala. Sayangnya, keheningan semakin menenggelamkan percakapan kami sebelumnya. Mas Yogi terus menatap ponselnya yang aku pun tidak tahu apa yang sedang dia baca sampai menghiraukanku.“Hari sudah malam, Mas pulang saja! Aku akan menunggu Vino di sini!” kataku yang lama-lama sungkan karena membuatnya menemaniku terlalu lama.“Aku sudah meminta Vino untuk segera datang. Bilang sudah menuju kemari” jawabnya.Aku kaget mendengar jawabannya karena dia memasang muka serius begitu hanya untuk menghubungi Vino melalui pesan chat. Jujur Mas Yogi adalah member yang sifatnya paling dingin di antara yang lain.“Sheyki!” kata Vino yang datang langsung menghampiri kami berdua.“Karena Vino sudah di sini, aku pulang dulu!” kata Mas Yogi tanpa ekspresi.“Untung ada Mas Yogi ya, kamu kenapa tidak bilang kalau acaranya bakal cepat selesai?&
Aku kembali sendirian ketika sudah pulang dan meninggalkan keheningannya bersamaku. Hari sudah sangat malam, tetapi mataku belum saja mengantuk dan betah menatap pesan yang dikirim temanku. Aku sangat ingin menolak dengan alasan yang menyibukkan, tetapi dalam hati kecilku, aku ingin kesana walau sebentar saja.Keesokan paginya, karena Vino sudah mengatakan bahwa hari ini adalah gilirannya maka aku hanya menunggunya datang hari ini. Kemudian dia mengirimkan pesan bahwa yang menjemputku hari ini adalah supirnya dan dia memintaku untuk ke tempat pemotretannya saat ini.“Mana yang lain?” tanyaku penasaran karena hanya dia sendiri di sana.“Tidak ada! Sekarang kan giliranku, kenapa mencari yang lain?” kata dia sambil fokus memilih baju.“Bukankah kalian biasa bekerja bersama?” tanyaku lagi.“Khusus hari ini kita bergantian untuk melaksanakan sesi foto ini!” jawabnya sambil mencoba bajunya di depan cermin.
Seperti biasa aku masih harus melihat karakter mereka satu persatu, tetapi kali ini aku tidak diberitahu lagi siapa giliran berikutnya. Aku hanya bisa menunggu di dorm untuk giliran member berikutnya. Karena kulihat jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi dan mereka tidak juga datang, maka aku memutuskan untuk melihat taman sebelah dorm yang belum pernah kukunjungi selama tinggal di sini.Kulihat di pojok samping dorm terdapat tempat nyaman dan ada beberapa peralatan lukis yang cukup lengkap. Tentu aku yang suka melukis menjadi sangat bersemangat melihat peralatan itu. Meskipun tidak selengkap milikku yang di rumah, tetapi aku senang bisa menemukan alat lukis lengkap dengan satu kanvas kosong.Karena hanya cat berwarna hitam yang lebih banyak, aku jadi berpikiran melukis sesuatu yang banyak menggunakan warna hitam. Tidak ada yang spesifik, aku hanya memikirkan malam itu. Malam di saat aku berdiri di gedung agensi dengan melihat atap rumah sakit bersama pria yang membawa git
Kemarin aku memang tidak bisa mengetahui banyak tentang leader dari grup mereka, tetapi kali ini aku bisa menyiapkannya. Aku banyak mencari tahu tentang yang kukenal lebih dekat dari member berikutnya. Aku membaca segala artikel tentangnya yang ternyata seorang Muhabi bisa dibilang penyemangat untuk member lainnya.Memang terlihat darinya, bahkan aku mengakuinya. Pertama kali aku bertemu dengannya, dia bisa menyambut orang baru dengan senyuman menggembirakan. Paginya, aku sudah bersiap untuk bertemu dengannya, tetapi ternyata yang datang pagi itu bukan dirinya, ternyata Mas Yogi.“Loh, bukannya sekarang waktunya Mas Muhabi?” tanyaku heran.“Dia tiba-tiba ada masalah keluarga, jadi dia memintaku untuk menggantikannya hari ini!” jawabnya dengan wajah yang datar.“Kenapa dia tidak mengatakan sendiri padaku?” tanyaku.“Mungkin dia tidak ingin mengecewakanmu karena jadwalnya tiba-tiba batal. Ya sudah, ayo