Saat melihat wajah Ameena di ponsel Aldi, Atiqah terbelalak, karena wajah mereka memang agak mirip. Walaupun dari segi usia, Atiqah lebih tua, hampir 10 tahunan bedanya.Tapi wajah Atiqah terlihat awet muda, tak ada yang menyangka, si cantik ini sudah berusia 35 tahun, wajahnya bak masih 25 tahunan dan...belum pernah menikah!Satu hal yang bikin Aldi juga diam-diam mulai suka, sifat Atiqah yang dewasa dan keibuan mengingatkannya dengan Bianti.“Atiqah, jangan-jangan ibumu turunan Arab, kalau Om Sahroni kan asli Indonesia!” cetus Aldi spontan, sambi menatap wajah cantik Atiqah.“Entah Aldi, aku tak enak bertanya ke bundaku di Bandung. Nanti aku tanyakan pada kerabat ibuku di Palembang, semoga keluarga beliau masih ada. Lagian aku tak pernah liat wajah ibunda kandungku.” sahut Atiqah.Akhirnya keduanya sepakat akan ke Palembang dua hari dari sekarang. Setelah Atiqah akan minta izin cuti selama 2 minggu pada atasannya.“Aku temani yaa…ini musim hujan, nanti aku jemput pakai mobilku!” tan
Perjalanan dari Bandara Juanda ke Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang tak lama, tak sampai dua jam, Aldi dan Atiqah ini sudah dalam perjalanan menuju ke kampung di mana dulu ibunya tinggal.“Kita kan cari tahu di sana dulu Di, kan mendiang ayahku tinggal di sana. Ibu angkatku bilang ada kerabat yang tinggal di sana, namanya Handoyo, dulu pernah jadi pejabat, tapi bangkrut setelah kalah pilkada!” cerita Atiqah, Aldi pun menganguk.Anehnya Aldi puya perasaan seolah-olah dia 'sedang pulang kampung' ke tempat yang mereka datangi.Atiqah dan Aldi sama sekali tak tahu, orang yang mereka cari, ternyata Handoyo yang memiliki anak perempuan bernama Desy.Gibran pernah punya story panjang Desi, selain peranh di gampar Handoyo, beberapa tahun kemudian, Gibran pernah menolong keluarga Desy dan...keduanya sempat CLBK. Tapi keduanya tak berjodoh.Kini keduanya ke sana untuk mencari Handoyo tersebut, yang dikatakan ibu angkat Atiqah sepupu jauhnya dengan mendiang Om Sahroni.Setelah sampai,
Aldi dan Atiqah mencari penginapan setelah pulang dari rumah Desy Handoyo, karena sudah hampir senja. Mereka memutuskan besok akan ziarah ke makam Bunda Aina, ibu kandung Atiqah.Baru saja selesai mandi, Aldi mendengar ada ketukan di kamarnya, begitu di buka, ternyata Atiqah yang datang, wanita jelita ini melengus melihat Aldi hanya pakai handukan, hingga dadanya yang bidang dan berbulu halus nampak terlihat.Aldi pun buru-buru berpakaian dan kini duduk di kursi berhadapan dengan Atiqah.“Di, kamu merasa ada yang aneh nggak dengan Tante Desy tadi, kenapa dia kaget saat kita sebut ayahmu Gibran Harnady? Gaby juga terlihat gelisah…kenapa yaa?”Atiqah yang ternyata langsung bertanya, mendahului Aldi yang terlihat agak kaget Atiqah tiba-tiba bisa nongol di kamarnya malam ini.Mereka memang menyewa dua kamar yang berdampingan di hotel ini, atas permintaan Atiqah tentunya.Aldi awalnya mau senyum, jangan-jangan Atiqah tak suka aku suka melirik Gaby, batinnya, tapi dugaan Aldi pupus, Atiqah
Aldi mendekati Gaby dan memeluk erat tubuh adiknya ini, dia tak ragu lagi, wajah Gaby seperti yang Atiqah katakan sangat mirip dirinya.“Kamu adikku…adikku, mulai sekarang dan selamanya!” suara Aldi agak terbata, tak menyangka saat ini memiliki lagi seorang adik yang sangat cantik beda ibu.Atiqah ikut meneteskan airmata, tak menyangka malam ini akan saksikan dua kakak beradik bertemu, setelah bertahun-tahun tak saling tahu.Atiqah juga sudah tahu riwayat Aldi ini, yang tak jauh beda dengan Gaby saat ini.Puas saling peluk, kini Gaby ngaku saat ini ambil kursus saja dan kerja serabutan untuk bantu ekonomi keluarganya .“Papa tiri hanya pengawai lepas di sebuah perusahaan, gajinya tak seberapa. Makanya Gaby tak langsung kuliah, kerja saja, lalu mau daftar tahun ini dan moga lulus di universitas negeri, agar mampu bayar UKT!”Curhat Gaby malu-malu dan bilang sore tadi baru pulang dari tempat kursus, bukan kuliah seperti dugaan Aldi dan Atiqah sebelumnya.Berbagai curhatan Gaby ungkapkan
Setelah ikut menemani Aldi dan Atiqah ke makam Bunda Aina, Aldi kini membawa Gaby ke Palembang dan dia membiarkan kedua wanita ini cantik sepuasnya belanja di mal.Gaby sampai bingung mau pilih pakaian dan perhiasan apa saja, termasuk Atiqah, yang dibebaskan Aldi pilih sendiri dan semuanya di bayar pemuda tajir ini.Begitu memakai pakaian baru, tak sungkan Atiqah memuji betapa cantiknya Gaby Harnady saat ini, ya Gaby berhak menyandang nama Harnady dibelakangnya mulai saat ini.“Adik kamu cantik banget yaa, tak heran sih, papa kamu ganteng, ka Desy juga cantik kok,” puji Atiqah, saat dia dan Aldi menatap Gaby yang sibuk mencoba beberapa pakaian di bantu pelayan di butik ini.Walaupun saat ini wajah Desy tak secantik dulu, Atiqah tetap kagum saat melihat foto lama ibunda Gaby tersebut.Aldi memegang tangan Atigah dan berbisik. “Kamu juga sangat cantik…dan keibuan, aku suka gaya kamu begitu…!” bisik Aldi, mulai lancarkan rayuannya.Atiqah kaget, tapi dia membiarkan tangannya dipegang pem
Balik ke hotel usai antar Gaby ke bandara dan mengantar Desy dan Arbuan pulang. Aldi kaget sekaligus senang, Atiqah memutuskan pindah kamar.“Nggak enak sendirian, nggak ada teman ngobrol, bete!” cetus Atiqah dan meletakan tasnya.“Kenapa nggak dari kemarin-kemarin sih ke sini,” ejek Aldi sambil memeluk Atiqah, wanita ini merengut manja, sambil mencebi.Aldi sejak bersama selalu menahan-nahan diri untuk tidak macam-macam dengan wanita jelita ini.Tapi hari ini, dia tak kuat juga, lembut dan harumnya tubuh Atiqah membuat ‘si iman’ mulai goyah juga.Atigah mandah saja saat Aldi menarik tubuhnya dan melumat lembut bibirnya. Setelah dulu tunangannya, kini Aldi lelaki kedua yang sukses melumat bibir merahnya.Ciuman ini mulai melebar, Atiqah mulai terbang ke angkasa, saat leher indahnya yang jadi kelemahannya di sosor pemuda ini.Atiqah bahkan membantu saat Aldi mulai melepas kancing blousenya.Wanita ini makin terpejam menikmati sentuhan Aldi yang mulai pelan-pelan melumat ujung bukit kem
Hampir tengah malam mereka balik lagi ke hotel, kali ini beda 180 derajat, status keduanya sudah syah suami istri.Walaupun hanya nikah siri, tapi bagi Aldi apalagi Atiqah tak masalah, tuh mereka sama-sama cinta.Setelah hampir 12 tahun, Atiqah akhirnya menemukan pria yang dia cintai sepenuh hati.Kalau dulu ayah dan bunda mereka pernah menikah saat Aldi dalam kandungan Renita. Kini Aldi dan Atiqah seolah menjadi Om Sahroni dan Tante Renita lagi dalam versi masakini.Aldi juga seakan kilas balik jodoh kakek dan neneknya, dulu Tommy Harnady di usia 45 tahun menikahi Rachel Adriana yang masih berusia 21-22 tahunan.Kini Aldi di usianya 26 tahun menikahi Atiqah yang sudah berusia 35 tahun!“Sayang…kamu harus siap, istrimu ini kelak jadi nenek-nenek duluan, apakah kamu masih cinta?” Atiqah membelai wajah Aldi sambil tiduran.“Hmm…sebelum jadi nenek, kamu harus lahirkan Harnady-Harnady junior sebanyak-banyaknya!” balas Aldi tertawa kecil.“Hahh…jadi aku nggak boleh jeda hamil…?”“Iyah, pok
Sebagai pria matang, Gibran tidak langsung menanyakan hal ini ke Aldi, dia beranggapan mungkin saja ada Atiqah yang lain.Walaupun kadang pikirannya terusik juga, terlebih Aldi akan segera dia beri ‘jabatan’ dan beranggapan anaknya sudah dewasa dan mampu, untuk jadi direktur di perusahaan Harnady Group.Gibran ingin Aldi cukup ‘berpetualang’ dan minta anaknya fokus kerja saja!Tiga bulan kemudian…!“Aldi…papa rasa, kamu saatnya kamu mulai kerja!” cetus Gibran, ketika memanggil anaknya datang ke rumah.“Iya pah, Aldi pun begitu, ingin dekat dengan papa dan mama, juga biar dekat Gaby, Dyani dan Tommy!”“Hmm…usiamu sudah 26 tahunan lebih, nggak adakah niat untuk beristri lagi?” pancing Gibran.“Sudah ada…eh maksudnya sudah ada calon pah, tapi nantilah Aldi kenalkan ke papa dan mama, juga ke keluarga yang lain!” sahut Aldi hampir keceplosan.“Calon kamu…lebih muda, seumuran atau lebih tua? Apa kerjanya?” Gibran pelan-pelan mulai selidiki, agak penasaran juga dia dengan anaknya yang lebih
Pernikahan sederhana pun di gelar, Dea menolak saat Atiqah mau merayakannya, dia sangat menjaga perasaan Atigah yang hamil tua ini. Baginya Atiqah tetap ‘Ratu’ dalam rumah tangga mereka.Termasuk menolak bulan madu kemanapun dengan Aldi.“Dirumah saja Bang, bisa-bisa Abang lah atur kapan mau gauli Dea,” bisik Dea hingga Aldi tersenyum mengiyakan, sekaligus salut dengan istri keduanya ini.Usai menikah, Aldi yang di minta Atiqah mendatangi kamar Dea garuk-garuk kepala, karena si gemoy Kimberly ternyata selama ini selalu minta ditemani tidur ibu sambungnya ini.Si bungsu yang bentar lagi akan diambil alih posisinya oleh adiknya yang segera lahir memang kolokan.Sampai seminggu usai menikah, Aldi dan Dea belum juga belah duren, Atiqah yang tahu itu tertawa dan sarankan keduanya ke apartemen atau ke hotel bulan madunya.Apalagi Atiqah sudah tak kasih jatah lagi, karena dokter masih melarang keduanya berhubungan, untuk jaga kandungannya.Hingga Aldi yang sudah naik spanning, akhirnya dapat
“Ja-jangan Bang, nanti kebla-blasan,” terdengar suara Dea gemetaran. Antara suka dan takut melanda hatinya.“Maaf…!” Aldi pun kini duduk tenang lagi di setirannya, keduanya sama-sama membisu, namun suara hati tak bisa bohong. Dea sangat bahagia..!Tapi, akal sehat Dea langsung jalan, pria di dekatnya ini pria…beristri dan punya 3 anak! Diapun sudah anggap Atiqah kakaknya dan dekat dengan Nissa, Dilan dan Kimberly. Masa iya dia nekat jadi pelakor?“Dea…seandainya Abang ambil kamu istri, maukah kamu menerimanya?” Kini Aldi tanpa aling-aling ajukan lamaran ke Dea.Mata Dea langsung terbelalak, ini benar-benar diluar nurul baginya. Pria yang diam-diam dia sukai dan kagumi saat ini, di tengah jalan yang macet, justru melamarnya jadi istri kedua!“Bang, j-jangan….bagaimana kalau ka Atiqah tahu, kasian beliau, mana hamil tua lagi!” ceplos Dea, untuk redakan hatinya yang kebingungan.“Justru yang meminta aku melamarmu dia sendiri…!” sahut Aldi kalem. Lagi-lagi ucapan ini membuat Dea terbelal
Semenjak hamil anak kedua, Atiqah harus membatasi berhubungan dengan suaminya, dokter melarang keduanya terlalu sering kumpul.“Kandungan yang kedua ini agak rentan, jadi harus di jaga benar-benar apalagi di usia ibu begini,” kata dokter kandungan langganan keduanya beri peringatan. Mau tak mau Atiqah pun kadang kasian dengan Aldi, yang terlihat menahan libidonya saat mereka bersama. Karena tak bisa lagi bergaya ‘liar’ seperti kebiasan mereka saat bercinta.Kini Atiqah sudah menerima Nissa sebagai anak sulung dalam keluarga mereka, Atiqah juga sudah kenal dengan Dea, yang di tampung sementara, untuk hilangkan trauma di tempat asalnya [Makasar].Nissa dan Dea yang sering dipanggilya ‘Kak Dea’ makin akrab tentu saja tak pernah menduga, kalau Aldi bukan pria sembarangan.Nissa yang semula agak ‘ragu’ dengan Aldi, kini bangga tak terkira, ayah kandungnya, selain tampan juga seorang crazy rich.Apalagi setelah dia kenal dua adiknya, Dilan dan Kimberly yang langsung cocok dengannya, belu
Ditemani Aldi, Dea menjenguk Marsha yang kini koma di rumah sakit, sepintas Dea dan Aldi sudah paham, agaknya sulit bagi Marsha sembuh.Kondisi Marsha makin memprihatinkan dari hari ke hari, dokter sudah berkali-kali lakukan berbagai upaya, untuk selamatkan Marsha.Namun kondisinya tak tak banyak perubahan.“Mabuk akibat alkohol ditambah cekikan yang mematikan penyebabnya,” kata dokter yang merawat Marsha menjelaskan ke Aldi dan Dea, yang saat ini menjenguknya, ini yang ke 3 kalinya.Tiba-tiba datang seorang perawat dengan tergopoh-gopoh. “Dok pasien sadar, tapi kondisinya makin menurun!” seru seorang perawat.Lewat kaca Aldi dan Dea melihat Marsha yang kembali di beri pertolongan darura. Bahkan dokter sampai menggunakan alat kejut jantung untuk memberikan pertolongan pada Marsha.Dokter lalu beri kode pada perawat, seakan minta Aldi dan Dea masuk ke ruangan perawatan ini. Sepertinya dokter sudah merasa, Marsha sulit tertolong.“Pak, kayaknya ibu Marsha mau menyampaikan sebuat pesan,
Aldi kini sudah di jalan raya dan ikuti kemana mobil Marsha dan teman prianya meluncur. Tapi Aldi merasa aneh, kenapa keduanya terlihat bertengkar di dalam mobil tersebut.Itu terlihat dari siluet kaca mobil keduanya, sehingga Aldi heran sendiri, apa yang mereka pertengkarkan.Tiba-tiba di sebuah jalan yang sepi, mobil tersebut berhenti dan tak lama kemudian Aldi kaget bukan main, saat melihat tubuh Marsha yang setengah mabuk di dorong keluar dari mobil tersebut.Dan si teman prianya tadi tancap gas meninggalkan Marsaha begitu saja di sisi jalan.Aldi langsung pinggirkan mobilnya dan dia kaget bukan main, Marsha pingsan dan lehernya seperti baru tercekik.Aldi buru-buru angkat tubuh Marsha dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Dia tak paham apa masalahnya, hingga Marsha dan teman lelakinya itu bertengkar hebat dan Marsha kini kritis akibat cekikan tersebut, sampai berbusa mulutnya.Pertolongan darurat pun diberikan saat sampai di IGD, Aldi langsung kontaknya temannya di Polda dan
Penasaran siapa istri mas Bram sebelumnya, suami dokter Athalia, Aldi pun mulai selidiki wanita itu, benarkah terlibat dalam kecelakaan maut bekas kekasihnya itu.Aldi pun sementara titip Nissa ke bibinya, dia hanya beralasan ada yang di urus di kantornya.“Nanti setelah urusan papa beres, kamu ikut papa ke Jakarta dan tinggal dengan mama dan adik-adikmu yaa?” Aldi bujuk anak sulungnya ini, Nissa pun mengangguk.Hubungan keduanya cepat akrab, selain ada hubungan darah, Nissa yang kini berusia 10 tahun jelang 11 tahun mulai paham soal masalalu mama nya dan ayah kandungnya ini.Dia malah tak sabaran ingin jumpa kedua saudaranya serta ibu sambungnya. Aldi pun plong, dia mulai selidiki mantan istri mas Bram, jiwa petualangannya bangkit saat tahu kematian Athalia dan Mas Bram tak wajar.Tak sulit bagi Aldi ketahui di mana alamat wanita yang pernah jadi istri Mas Bram tersebut.“Wanita ini bernama Marsha, profesinya selebgram, dia suka dugem, inilah yang bikin Mas Bram dulu menceraikannya,
Aldi menatap gundukan tanah merah, jasad dokter Athalia baru saja dimakamkan berdampingan dengan mendiang suaminya, yang tewas di tempat kejadian kecelakaan.Mobil mereka menghantam sebuah truk tronton, Aldi sudah melihat kondisi mobil yang ringsek berat di kantor Polres setempat.Dia sempat memejamkan mata, karena mobil SUV yang rusak berat ini ternyata pemberiannya dahulu buat Athalia.“Maafkan aku Athalia…mobil ini justru bawa celaka buatmu dan suamimu!” batin Aldi sambil hela nafas panjang, sekaligus menatap pilu Nissa yang menangisi kepergian ibunda dan ayah sambungnya.Nissa terus meratapi kepergian Athalia yang tragis, Aldi pun tak tega meninggalkan gadis kecil ini, yang dikatakan Athalia anaknya, darah dagingnya bersama dokter cantik tersebut.Masih terngiang ditelinganya, di saat terakhir di rumah sakit Athalia bilang, setelah berpisah dengan Aldi dia hamil Nissa.“Pantas…wajahnya mirip sekali dengan Kimberly…ternyata Nissa kakaknya sendiri, juga kakaknya Dilan beda ibu…!” pi
Setelah puas berlibur di vila mewah ini, keluarga besar Harnady kembali ke Jakarta. Aldi langsung boyong anak-anak dan istrinya ke rumah mewah yang hampir 3 tahunan ini tak pernah ia tempati.Atiqah ternyata masih subur di usia 39 tahunan, setelah 3 bulan, wanita cantik ini kembali muntah-muntah.Setelah di bawa ke dokter, Dilan dan Kimberly bersuka cita, mereka bakalan punya adik baru. Atiqah ternyata hamil lagi anak kedua setelah Kimberly.Hamil di usia rentan membuat Aldi ekstra jaga kesehatan Atiqah. Dia tak mau kenapa-kenapa dengan istrinya, yang beda usia 9 tahun dengannya.Kebahagiaan menaungi keluarga kecil ini.Tapi perjalanan waktu itu ada siang dan malam, ada sedih ada bahagia, demikianlah semua itu datang silih berganti.Dan…Aldi punya masalalu yang harus dia tuntaskan.Suatu hari Aldi harus ke Makasar, untuk meninjau anak perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan emas dan kini sudah diserahkan Gibran untuk Aldi kelola di sana.Dia dapat kabar ada insiden yang mengak
Dilan hanya terdiam saat Atiqah menjelaskan pelan-pelan, kalau selama ini papanya tidak pernah meninggalkan mereka. Justru Atiqah-lah yang meninggalkan ayahnya.“Jadi mama donk yang salah, bukan papa?” sahut Dilan, Atiqah pun mengangguk dan bilang dulu itu ada kesalah pahaman.“Nanti kalau Dilan dah gede, paham apa itu kesalah pahamannya yaah, sekarang Dilan harus temui papa dan harus segera minta maaf. Kasian papa kamu sejak kemarin ingin meluk Dilan…masa nggak mau di peluk papa seperti adik Kim?”Dilan pun melihat di kejauhan papanya asyik ajarin Kimberly main golf.Dengan perlahan Dilan mendekati ayahnya dan Kimberly yang asyik di ajari main golf. Kimberly agaknya menyukai olahraga ‘mewah’ ini dan Aldi dengan senang hati ajari gadis cantiknya ini.Aldi melirik anaknya yang terlihat ragu mendekatinya. Namun Aldi paham, sebagai orang tua, dia harus mendahului sapa anaknya. Dilan masih rada malu, karena bersikap sinis dengan ayahnya ini.“Kamu mau main golf juga Dilan?” tanya Aldi sam