Perjalanan dari Bandara Juanda ke Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang tak lama, tak sampai dua jam, Aldi dan Atiqah ini sudah dalam perjalanan menuju ke kampung di mana dulu ibunya tinggal.“Kita kan cari tahu di sana dulu Di, kan mendiang ayahku tinggal di sana. Ibu angkatku bilang ada kerabat yang tinggal di sana, namanya Handoyo, dulu pernah jadi pejabat, tapi bangkrut setelah kalah pilkada!” cerita Atiqah, Aldi pun menganguk.Anehnya Aldi puya perasaan seolah-olah dia 'sedang pulang kampung' ke tempat yang mereka datangi.Atiqah dan Aldi sama sekali tak tahu, orang yang mereka cari, ternyata Handoyo yang memiliki anak perempuan bernama Desy.Gibran pernah punya story panjang Desi, selain peranh di gampar Handoyo, beberapa tahun kemudian, Gibran pernah menolong keluarga Desy dan...keduanya sempat CLBK. Tapi keduanya tak berjodoh.Kini keduanya ke sana untuk mencari Handoyo tersebut, yang dikatakan ibu angkat Atiqah sepupu jauhnya dengan mendiang Om Sahroni.Setelah sampai,
Aldi dan Atiqah mencari penginapan setelah pulang dari rumah Desy Handoyo, karena sudah hampir senja. Mereka memutuskan besok akan ziarah ke makam Bunda Aina, ibu kandung Atiqah.Baru saja selesai mandi, Aldi mendengar ada ketukan di kamarnya, begitu di buka, ternyata Atiqah yang datang, wanita jelita ini melengus melihat Aldi hanya pakai handukan, hingga dadanya yang bidang dan berbulu halus nampak terlihat.Aldi pun buru-buru berpakaian dan kini duduk di kursi berhadapan dengan Atiqah.“Di, kamu merasa ada yang aneh nggak dengan Tante Desy tadi, kenapa dia kaget saat kita sebut ayahmu Gibran Harnady? Gaby juga terlihat gelisah…kenapa yaa?”Atiqah yang ternyata langsung bertanya, mendahului Aldi yang terlihat agak kaget Atiqah tiba-tiba bisa nongol di kamarnya malam ini.Mereka memang menyewa dua kamar yang berdampingan di hotel ini, atas permintaan Atiqah tentunya.Aldi awalnya mau senyum, jangan-jangan Atiqah tak suka aku suka melirik Gaby, batinnya, tapi dugaan Aldi pupus, Atiqah
Aldi mendekati Gaby dan memeluk erat tubuh adiknya ini, dia tak ragu lagi, wajah Gaby seperti yang Atiqah katakan sangat mirip dirinya.“Kamu adikku…adikku, mulai sekarang dan selamanya!” suara Aldi agak terbata, tak menyangka saat ini memiliki lagi seorang adik yang sangat cantik beda ibu.Atiqah ikut meneteskan airmata, tak menyangka malam ini akan saksikan dua kakak beradik bertemu, setelah bertahun-tahun tak saling tahu.Atiqah juga sudah tahu riwayat Aldi ini, yang tak jauh beda dengan Gaby saat ini.Puas saling peluk, kini Gaby ngaku saat ini ambil kursus saja dan kerja serabutan untuk bantu ekonomi keluarganya .“Papa tiri hanya pengawai lepas di sebuah perusahaan, gajinya tak seberapa. Makanya Gaby tak langsung kuliah, kerja saja, lalu mau daftar tahun ini dan moga lulus di universitas negeri, agar mampu bayar UKT!”Curhat Gaby malu-malu dan bilang sore tadi baru pulang dari tempat kursus, bukan kuliah seperti dugaan Aldi dan Atiqah sebelumnya.Berbagai curhatan Gaby ungkapkan
Setelah ikut menemani Aldi dan Atiqah ke makam Bunda Aina, Aldi kini membawa Gaby ke Palembang dan dia membiarkan kedua wanita ini cantik sepuasnya belanja di mal.Gaby sampai bingung mau pilih pakaian dan perhiasan apa saja, termasuk Atiqah, yang dibebaskan Aldi pilih sendiri dan semuanya di bayar pemuda tajir ini.Begitu memakai pakaian baru, tak sungkan Atiqah memuji betapa cantiknya Gaby Harnady saat ini, ya Gaby berhak menyandang nama Harnady dibelakangnya mulai saat ini.“Adik kamu cantik banget yaa, tak heran sih, papa kamu ganteng, ka Desy juga cantik kok,” puji Atiqah, saat dia dan Aldi menatap Gaby yang sibuk mencoba beberapa pakaian di bantu pelayan di butik ini.Walaupun saat ini wajah Desy tak secantik dulu, Atiqah tetap kagum saat melihat foto lama ibunda Gaby tersebut.Aldi memegang tangan Atigah dan berbisik. “Kamu juga sangat cantik…dan keibuan, aku suka gaya kamu begitu…!” bisik Aldi, mulai lancarkan rayuannya.Atiqah kaget, tapi dia membiarkan tangannya dipegang pem
Balik ke hotel usai antar Gaby ke bandara dan mengantar Desy dan Arbuan pulang. Aldi kaget sekaligus senang, Atiqah memutuskan pindah kamar.“Nggak enak sendirian, nggak ada teman ngobrol, bete!” cetus Atiqah dan meletakan tasnya.“Kenapa nggak dari kemarin-kemarin sih ke sini,” ejek Aldi sambil memeluk Atiqah, wanita ini merengut manja, sambil mencebi.Aldi sejak bersama selalu menahan-nahan diri untuk tidak macam-macam dengan wanita jelita ini.Tapi hari ini, dia tak kuat juga, lembut dan harumnya tubuh Atiqah membuat ‘si iman’ mulai goyah juga.Atigah mandah saja saat Aldi menarik tubuhnya dan melumat lembut bibirnya. Setelah dulu tunangannya, kini Aldi lelaki kedua yang sukses melumat bibir merahnya.Ciuman ini mulai melebar, Atiqah mulai terbang ke angkasa, saat leher indahnya yang jadi kelemahannya di sosor pemuda ini.Atiqah bahkan membantu saat Aldi mulai melepas kancing blousenya.Wanita ini makin terpejam menikmati sentuhan Aldi yang mulai pelan-pelan melumat ujung bukit kem
Hampir tengah malam mereka balik lagi ke hotel, kali ini beda 180 derajat, status keduanya sudah syah suami istri.Walaupun hanya nikah siri, tapi bagi Aldi apalagi Atiqah tak masalah, tuh mereka sama-sama cinta.Setelah hampir 12 tahun, Atiqah akhirnya menemukan pria yang dia cintai sepenuh hati.Kalau dulu ayah dan bunda mereka pernah menikah saat Aldi dalam kandungan Renita. Kini Aldi dan Atiqah seolah menjadi Om Sahroni dan Tante Renita lagi dalam versi masakini.Aldi juga seakan kilas balik jodoh kakek dan neneknya, dulu Tommy Harnady di usia 45 tahun menikahi Rachel Adriana yang masih berusia 21-22 tahunan.Kini Aldi di usianya 26 tahun menikahi Atiqah yang sudah berusia 35 tahun!“Sayang…kamu harus siap, istrimu ini kelak jadi nenek-nenek duluan, apakah kamu masih cinta?” Atiqah membelai wajah Aldi sambil tiduran.“Hmm…sebelum jadi nenek, kamu harus lahirkan Harnady-Harnady junior sebanyak-banyaknya!” balas Aldi tertawa kecil.“Hahh…jadi aku nggak boleh jeda hamil…?”“Iyah, pok
Sebagai pria matang, Gibran tidak langsung menanyakan hal ini ke Aldi, dia beranggapan mungkin saja ada Atiqah yang lain.Walaupun kadang pikirannya terusik juga, terlebih Aldi akan segera dia beri ‘jabatan’ dan beranggapan anaknya sudah dewasa dan mampu, untuk jadi direktur di perusahaan Harnady Group.Gibran ingin Aldi cukup ‘berpetualang’ dan minta anaknya fokus kerja saja!Tiga bulan kemudian…!“Aldi…papa rasa, kamu saatnya kamu mulai kerja!” cetus Gibran, ketika memanggil anaknya datang ke rumah.“Iya pah, Aldi pun begitu, ingin dekat dengan papa dan mama, juga biar dekat Gaby, Dyani dan Tommy!”“Hmm…usiamu sudah 26 tahunan lebih, nggak adakah niat untuk beristri lagi?” pancing Gibran.“Sudah ada…eh maksudnya sudah ada calon pah, tapi nantilah Aldi kenalkan ke papa dan mama, juga ke keluarga yang lain!” sahut Aldi hampir keceplosan.“Calon kamu…lebih muda, seumuran atau lebih tua? Apa kerjanya?” Gibran pelan-pelan mulai selidiki, agak penasaran juga dia dengan anaknya yang lebih
Makin hari perut Atiqah makin besar, seiring usia kandungannya yang sudah memasuki usia 7 bulanan.Trauma dengan nasib Bianti, Aldi kini tak mau jauh-jauh dari sisi istrinya, pulang ngantor dia langsung balik ke apartemen.Sampai hari ini pun keduanya belum ada keberanian mendatangi Gibran dan Celica minta restu. Atiqah lah yang aslinya belum percaya diri.Namun sepintar-pintarnya nyimpan rahasia, akhirnya ketahuan juga, itu gara-gara ulah Gaby dan si bungsu Tommy.Saat itu Aldi menemani Atiqah berbelanja baju-baju calon anak mereka, yang akan lahir 2 bulanan lagi.Tommy yang kini sudah kelas 2 SD dan saat itu ditemani Gaby yang pertama melihat.“Kak Gaby, lihat, itu kan Bang Aldi, siapa wanita cantik dan lagi hamil gede?” tunjuk Tommy pada Aldi dan Atiqah.Gaby yang kini sudah jadi bagian keluarga Harnady dan sangat akrab dengan dua adik-adiknya otomatis melihat ke arah tunjukan Tommy.“Benar Tom, itu Bang Aldi, ehhh itu kan ka Atiqah!” seru Gaby gantian kaget.“Ihh, siapa Atiqah itu