“Namaku Feni dan ini Vina, kami awalnya di janjikan akan diberi pekerjaan sebagai waitress di sebuah pub kelas atas. Tak tahunya malah di suruh melayani tamu hidung belang. Kami menolak lalu di sekap di sana, sudah 3 hari kami di kamar itu!” Feni mengenalkan diri dan temannya ini, sekaligus sebutkan alasan kenapa mereka sampai di sekap dua orang itu.“Kalian masih muda-muda, apakah kalian ini masih pelajar..?” Gibran kaget juga, mereka ini korban perdagangan orang.“Nggak, aku sudah 24 tahun, kalau Feni 18 tahun!” kali ini Vina yang menyahut. Kembali Gibran terkaget-kaget, Vina yang di pikirnya masih muda, justru sudah 24 tahunan.“Wajah kalian kayak masih pelajar saja,” puji Gibran, keduanya langsung tersenyum malu-malu.“Om…eh mas, kalau ada kenalan keluarga Harnady, tolong sampaikan hati-hati!” sela Feni spontan, hingga Gibran terperanjat.“Maksudnya hati-hati…bagaimana Feni?” Gibran langsung bertanya penasaran, hatinya mulai tak enak. “Jadi gini mas, saat di sekap, aku dan Vin
“Tak aneh Om, mereka juga pengedar obat-obatan terlarang,” kini Vina ikutan bicara sambil membongkar belanjaannya. Lalu dengan entengnya mulai mencoba pakaian yang dia beli.Uangnya..? Pastinya dari Gibran, yang kasian melihat keduanya tak memiliki pakaian, kecuali yang di badan saat dia bawa ke sini tadi malam.“Vina, ke toilet lah, masa kamu mau ganti pakaian di sini,” tegur Feni, saat melihat Vina mau melepas seluruh pakaiannya di depan dia dan Gibran. Vina tertawa dan bilang maaf, lalu dia masuk ke toilet.Setelah berganti pakaian, Vina secara mengejutkan bilang mau pulang, karena khawatir ortunya mencari dia, setelah 4 hari ini tak ada kabar berita darinya.Gibran buru-buru cabut dompetnya dan menyerahkan uang hingga 3 juta buat gadis ini.“Ini uang buat ongkos pulang, hati-hati yaa, yang akan datang jangan sembarangan terima tawaran orang tak di kenal untuk kerja!” Gibran menasehati Vina, bak ayah nasehati anaknya.Banyaknya persoalan yang ia hadapi saat ini membuat Gibran seola
Feni dan Gibran bukan satu malam bersama di hotel ini, tapi sampai 3 malam, setelahnya diapun mengantar wanita ini kembali ke kosnya.“Kita masih banyak waktu Feni, nekt time aku pasti akan menemui kamu lagi,” bisik Gibran, sambil mengecup bibir Feni, sesaat setelah sampai di depan kos-kosan wanita ini.“Iya sayang, tapi jangan keseringan yahh, ntar punyaku melar kayak punya anak 5 orang saja,” canda Feni sambil mencubit hidung mancung pemuda ini.Sambil bilang punya dia berasa masih ada yang mengganjal di kedua paha putih mulusnya.Gibran tersenyum saja dengan goyunan Feni. Sesaat dia ingat, inilah yang dulu sering diucapkan mendiang Renita, yang bilang semakin hari belalainya makin membesar saja, seiring bertambahnya usianya.Feni apalagi, dia bahagia bukan main, Gibran dengan royal sudah mentransfer hingga 1 miliar ke rekeningnya.Feni sampai berseloroh, dia akan istirahat sampai berbulan-bulan dengan pemberian pemuda royal ini.Andai tak ingat keselamatan keluarganya, Gibran masih
Gibran kini menyusuri jalan menuju ke arah sebuah vila, sesuai petunjuk ponsel canggihnya.Dia jalankan perlahan-lahan motornya sambil melihat-lihat kawasan puncak, yang masih berada di kawasan Mega Mendung dan arah jalan mulai menanjak.Hampir satu jam Gibran muter-muter kawasan ini, karena dia tak begitu hapal kawasan ini. Namun berkat petunjuk di ponselnya, Gibran bisa tahu lokasinya.Gibran sempat meraba pistolnya yang masih terisi peluru, setelah adu tembak dengan dua penjahat sebelumnya.Gibran pun akhirnya ke sebuah vila yang lumayan mewah, tanda darurat di ponselnya menunjukan ke alamat vila yang berjarak 50 meteran dari tempatnya saat ini.Gibran lalu menyembunyikan motornya dan kini dengan langkah berindap-indap menuju ke vila ini. Sikapnya tetap waspada, sesuai ajaran Letkol Suryo, agar tetap hati-hati saat bertemu musuh.Dari jarak 25 meteran, Gibran melihat ada 3 orang terlihat aseek merokok di teras vila ini dan terkadang bersenda gurau.Tanda ponselnya menunjukan di sin
Ratusan polisi amankan TKP atas perintah Irjen Sutomo yang datang langsung ke vila ini. Lima orang yang tertembak sudah di evakuasi dan kelimanya sudah meregang nyawa.Tembakan Roy dan 3 bodyguard ayahnya benar-benar telak, hingga menewaskan ke 5 orang tersebut, termasuk Bonita dan Nikita.Namun dalangnya, Roy Sumanjaya berhasil kabur, Rachel memeluk Gibran seakan minta kekuatan, kakinya seakan lumpuh dengan aksi tembak menembak yang sangat mendebarkan ini.Tak lama Tommy datang dan lega anak dan istrinya tak apa-apa. Dia menenangkan Rachel yang terlihat masih syok.Penculikan Rachel bikin geger se antero republik, mengingat kedudukan Tommy Harnady, yang seorang konglomerat papan atas.Ratusan wartawan cetak dan eletronik juga online berbondong-bondong ke TKP, bahkan rata-rata langsung live di tempat ini. Aksi penculikan yang dilakukan Roy cs menjadi viral di mana-mana dan jadi sorotan luas. Termasuk petinggi negeri, yang kaget dengan aksi penculikan seorang istri konglomerat di repu
Val sekeluarga kini sudah berada di apartemen Gibran, ayah Val tak tinggal diam, pria setengah tua itu terus memperjuangkan haknya, yang di rampas Roy Sumanjaya secara curang.Gibran pun tak ragu meminjamkan pengacara keluarga papa nya, untuk bantu ayah Val rebut kembali haknya. Tanpa sepengetahuan Tommy dan Rachel nya.Kedua ortu Val sudah beri lampu hijau buat Gibran memacari anaknya ini. Gibran akui Val orang yang mandiri dan dewasa.Wanita cantik ini pun juga sangat menjaga atitude-nya dan dia hanya memikirkan studynya saat ini.“Aku tak butuh pacaran lama-lama Gibran, aku hanya ingin fokus kuliah dan kelak ambil dokter spesialis. Setelah pendidikanku kelar, baru aku mikir untuk berumah tangga,” itulah ucapan Val, yang membuat Gibran mikir untuk ajak pacaran.Gibran paham, kalau dia nyatakan cinta, maka dia harus bersabar dengan gadis ini, sehingga Gibran pun memutuskan, mereka hanya dekat sebagai ‘sahabat’.Gibran kini pun sama seperti Val, hanya fokus kuliah, setelah naik ke sem
Gibran lalu menarik tangan Tamara dan menyeberang jalan menuju ke mobilnya, di mana Hilman sedang menunggu dari tadi.“Man, kita mampir di apartemen aku yang berada di Senayan City,” Hilman mengangguk.Dia tahu si macan kampus ini miliki puluhan apartemen di Jakarta ini, yang di tempati Val dan keluarganya salah satunya.Dan apartemen yang mereka tuju ini paling dekat dengan posisi mereka saat ini. Sepanjang jalan Tamara hanya membisu, Gibran dan Hilman dan mendiamkan saja.Begitu sampai di apartemen dan Hilman bikinkan kopi untuk redakan ketegangan, barulah terdengar helaan nafas Tamara.“Terima kasih, kamu sudah menolongku!” suara Tamara terdengar lirih, sambil memegang gelas kopinya.“Tamara, cerita donk, gimana sampai kamu jalan di trotoar itu! Bukankah..?” Hilman menyela sambil memandang Gibran dan gadis ini bergantian. Kembali Tamara menghela nafas panjang, seakan kumpulkan kekuatan untuk bercerita.“Aku dan pria itu bertengkar…aku wanita simpanannya, aku maunya kami putus, ka
Gibran langsung mingkem, benar-benar tak berkutik, benar dugaannya, mami-nya sangat dendam dengan keluarga Roy Sumanjaya. Perbuatan Roy dianggap Rachel sudah tak bisa di tolirer lagi.“Tapi mi…?” Gibran lalu coba jelaskan apa yang dia tahu dari Val. Namun belum kelar bicara, ucapannya langsung di potong Rachel.“Mami tak mau tahu, pokoknya kalau ada yang berbau Roy Sumanjaya dan Olly Bantano, haram hukumnya. Ini keputusan Mami dan kamu jangan berani membantah!” sahut Rachel perlahan dan Gibran pun hanya bisa menghela nafas.Rachel sebenarnya ‘khawatir’ kalau-kalau Gibran jatuh cinta dengan Val, yang merupakan keponakan Roy Sumanjaya.Melihat kecantikan gadis itu, batin Rachel sudah tak enak dan dia curiga, pasti sudah terjalin hubungan istimewa antara Val dan Gibran.Gibran sangat kenal Rachel, kalau nada suaranya makin lembut, itu tanda jangan coba-coba membantah ucapan maminya ini lagi.Mami-nya sudah bikin batasan, membantah juga percuma. Rachel terkenal dengan kekerasan hatinya. T