Chandra Ketahuan Selingkuh oleh Istrinya

Gita adalah istri sah dari perselingkuhan Rani. Selingkuhan Rani adalah teman satu tongkrongan Gio, yaitu Candra. Rani menikah dijodohkan orang tuanya dengan Gio. Candra pun menikah dengan Gita dikaruniai 3 orang anak perempuan, sedangkan Rani dengan Gio belum dikaruniai seorang anak. 

"Mas, beras persediaan di rumah sudah habis. Besok nggak ada buat masak nasi," ucap Gita saat Candra baru saja tiba di rumah.

"Aduh! Bisa nggak aku duduk dulu, baru kamu kasih tahu aku! Ini suami baru pulang sudah ditodong duit!" dengus Candra kesal.

Gita hanya diam tak menyahuti sang suami, kemudian mendengar anak bungsunya menangis di dalam ayunan. Ia beranjak untuk mengayun-ayun anak bungsunya yang masih berusia 8 bulan itu. Candra pun bergegas mandi dan meninggalkan dompet serta ponselnya di meja rias kamar.

Ting…! Terdengar bunyi pesan masuk di ponsel Candra.

Ting…! Ting…! Pesan itu datang lagi dan lagi hingga menimbulkan bunyi berkali-kali sehingga membuat Gita penasaran.

Sementara sambil mengayunkan anaknya, Gita melihat ponsel Candra dan belum mengambilnya dari meja rias. Ia hanya melihat layar ponsel yang masih menyala. Gita melihat pesan masuk dari kontak nama 'love'. Membuat ia akhirnya penasaran dan mengambil benda pipih itu, kemudian melihat pesan masuk diponsel Candra. Setelah membukanya, begitu terkejut saat Gita melihat wanita mengirim sebuah foto dengan pose yang sangat menggoda kaum pria. Namun, disayangkan ia hanya mengirim bagian tubuhnya tanpa memperlihatkan wajahnya.

[Kamu suka nggak aku gaya kayak, gini? Nanti kalau main, aku yang diatas, ya.] Isi pesan wanita di ponsel Candra.

"Jadi selama ini, Mas Candra selingkuh?!" pekik Gita tertahan dengan tubuh bergetar. Ia tak menyangka kalau sang suami mengkhianatinya.

Gita segera menyalin nomor kontak perempuan itu diponselnya. Sesudah itu, sebelum Gita meletakan ponsel Candra kembali, ia cepat-cepat menghapus isi pesan itu terlebih dahulu. Sebelum dibaca oleh Candra. Gita pun langsung mengirim pesan kepada wanita pengganggu itu dan bertanya, siapa dia yang berani menggoda suaminya. Berapa banyak pesan yang dikirim pada Rani, tetapi tak ada jawaban bahkan Rani memblokir nomor Gita karena takut jika Gita akan menerornya.

Sementara setelah Candra selesai mandi, ia mengambil gawai di atas meja riasnya dan pergi ke ruang tamu untuk bersantai minum secangkir kopi yang sudah dibuatkan oleh anak sulungnya, Lia. Anak gadis Candra sudah berusia 17 tahun. Sementara itu, Gita sudah begitu amat geram pada suaminya, tetapi jika ia mengintrogasi Candra, sudah pasti ia akan mengelaknya. Gita pun harus mencari tahu sendiri, siapa selingkuhan suaminya itu.

Beruntungnya Gita pun sudah sempat menyalin foto yang Rani kirim ke ponsel Candra, sebelum ia menghapusnya.

"Yah... aku mau jajan," teriak Tia anak kedua Candra yang masih berusia 5 tahun itu.

"Duh… nggak ada duit! Ayah belum gajian," gertak Candra sampai Tia terkejut dan berlari ke kamar menghampiri Gita ibunya yang masih mengayun Bia anak bungsunya.

"Tia mau jajan?" tanya Gita ibunya dan Tia mengangguk. 

Gita melihat ada dompet Candra yang masih diletakkan di atas meja riasnya. Tanpa meminta izin dari Candra Gita langsung membuka dompet milik suaminya itu. Tersisa uang satu lembar uang hijau dan satu lembar uang coklat. Gita memberikan Tia uang lima ribu dan meminta anaknya untuk tidak menghabiskan semua. Setelah Tia pergi, Gita mendapati struk belanja didompet Candra. Parfum khusus untuk wanita dengan harga yang terbilang mahal. Harganya sebanding dengan harga beras 25 kilogram. 

"Pasti parfum itu untuk wanita jalang itu?!" geram Gita segera keluar menghampiri sang suami yang sedang duduk santai sambil memainkan ponselnya.

"Hebat kamu ya, Mas! Mau terlihat kaya kamu belikan wanita jalangmu itu parfum mahal, tapi istrimu minta beras dan anakmu minta jajan kamu bentak-bentak!" rutuk Gita yang sudah habis kesabaran menahan emosi.

Candra terbelalak, ia tak menyangka kalau Gita akan mengetahui struk belanjaan yang lupa ia buang di dalam dompet. Sebelumnya Gita tidak pernah lancang membuka dompet dan ponsel milik Candra suaminya.

"Siapa wanita jalang itu?! Orang mana dia? Biar aku ..."

"Diam Gita… jaga bicara kamu, jangan asal bicara!" bentak Candra.

"Heh… kenapa? Benarkan kamu habis membelikan parfum mahal sama wanita jalangmu itu? Tunggu saja, Mas! Saya akan cari tahu, siapa perempuan itu," dengus Gita penuh amarah.

"Dia hanya nitip dan beli pakai duitnya sendiri!" teriak Candra keras.

"Oh, iya? Kok, aku nggak percaya! Pantas gajimu sebanyak apapun, nggak pernah kamu kasih sama kami. Ternyata ada yang dibiayai diluar sana!" sahut Gita masih penuh amarah.

"Mas... ingat anak kamu sudah tiga. Kebutuhannya nggak bisa kamu cukupi, kamu malah gaya-gayaan biayain hidup orang lain!" lanjut Gita lagi.

Plaak...! Tamparan begitu keras dilayangkan Candra di pipi Gita. 

Gita tak menyangka kalau Candra suaminya, kini sudah berani tega menamparnya. Sesudah itu, tanpa bicara apa-apa lagi, Gita pun membangunkan anak bungsunya dari ayunan, kemudian menggendongnya keluar. Gita pergi ke rumah tantenya yang tak jauh dari rumahnya. Tanpa berpamitan kepada Candra, dan tanpa satu potong baju pun yang ia bawam. Gita pun minggat. Anak mereka yang bernama Tia menangis dan memeluk Lia kakaknya. Lia juga begitu tak menyangka jika ayahnya akan menampar ibunya di depan mereka. Candra kemudian meremas kasar rambutnya, ketika kedua anaknya menatap dirinya dengan raut wajah penuh perasaaan kecewa.

"Ayah... tahu apa yang membuat perasaan kami sakit? Itu adalah dimana, saat Ayah melukai hati ibu," ucap Lia yang kemudian menggandeng Tia adiknya pergi mengikuti ibu mereka.

"Aaarrggh…!" teriak Candra frustasi.

*

Di lain tempat. Hari ini acara arisan akan dimulai di rumah Rani. Tinggal menunggu dua orang yang belum  datang maka acara akan baru dimulai. Mereka menunggu Vera dan Eni. Namun, Tak beberapa lama, Vera pun datang diantar oleh suami. Vera turun dari motornya dan mencium tangan sang suami. Suami Vera membalas mengecup kening dan kedua pipi Vera. Sesudah itu, baru pergi. Vera tersenyum menghampiri para ibu-ibu arisan yang sudah berkumpul di rumah Rani. 

Semua yang hadir di tempat itu tampak tersenyum ramah menyambut kedatangan Vera. Vera adalah pendatang di Desa Makmur karena ia dibawa oleh suaminya Ari yang tinggal di Desa Makmur. Namun, dengan kedatangan Vera di Desa Makmur membuat penduduk desa memuji akan kecantikannya. Mungkin jika masih gadis, Vera akan dijuluki si kembang desa. Ditambah Vera bersuamikan Ari yang juga pria tampan di desa ini. Membuat keluarga mereka penuh sorotan dan menuai banyak pujian.

"Aduh… si Vera romantisnya. Disayang banget, ya sama si Ari," puji Neneng.

"Jelaslah, Veranya cantik pasti disayang sekali sama suaminya. Nggak ada yang lebih cantik dari Vera disini," timpal Dina menguji.

"Iih... kalian jangan, gitu, ah," sahut Vera tersipu malu dipuji..

Rani melirik Vera dengan pandangan sinis. Penyebabnya sebelum Ari menikah dengan Vera, Rani berjuang mati-matian untuk mendapatkan hati Ari. Akan tetapi Ari selalu menolaknya.

‘Sialan! Apa, sih yang dibanggakan sama Vera? Hanya karena dia cantik? Masalah body juga ... masih bagusan aku! Bisa-bisanya Ari menolak aku dan menikahi Vera. Brengsek!' batin Rani menggerutu.

"Wah… maaf, ya baru datang. Aku kedatangan tamu dari desa sebelah semalam. Keponakan aku Gita, dia bawa tiga anaknya ke rumah nangis-nangis. Katanya dia diselingkuhi suaminya," ucap Ibu Eni yang baru saja datang dan langsung bercerita.

"Gita?" tanya Vera memasang wajah penuh heran. Gita memang sangat dekat dengan Vera.

"Iya, Gita, istrinya Candra," jawab Ibu Eni yang membuat Rani terbelalak.