Share

Lia Menyaksikan Sendiri, Perbuatan Bejat Ayahnya

Semua ibu-ibu di tempat arisan itu tidak mengetahui kalau ternyata, selingkuhan Candra adalah Rani. Bisa marah besar ibu Eni pada Rani kalau ia tahu suami keponakannya sudah direbut oleh dirinya.

"Iish...! Makin marak, ya pelakor sekarang,," celetuk Vera kesal.

"Hmm... kalau Ari tidak mungkin nyantol sama pelakor, Ver. Dia, kan bucin banget sama kamu," sahut Dina pada Vera.

Rani hanya terdiam dan merasa panik. Tubuhnya mula8 mengeluarkan keringat dingin. Dia harus memberitahu Candra kalau istrinya sedang berada di rumah ibu Eni. Rani tidak ingin jika Candra tiba-tiba datang ke rumah dan dilihat oleh Gita istrinya.

"Emang si Gita kayak gimana, sih wajahnya?  Aku penasaran. Kok, bisa-bisanya, ya suaminya direbut pelakor?" tanya Neneng penasaran.

Ibu Eni langsung mengambil gawai di tas kecilnya. Mencari foto Gita digaleri dan menunjukkannya pada ibu-ibu arisan.

"Secantik ini diselingkuhin? Selingkuhannya kayak apa, ya wajahnya?!" Dina menjadi sewot sendiri.

"Laki-laki tidak bersyukur!" geram Neneng.

'Cantik dari mananya! Cantik juga aku, body aja bagusan aku, kok. Jelaslah suaminya pilih aku, kok!' Rani membantin sambil memonyongkan bibirnya.

"Biar saja! Pelakor itu hidupnya tidak akan tenang. Gelisah di dunia dan di siksa di akhirat nanti," sahut Vera kemudian.

"Duh...! Udahlah, yok, setor saja arisannya biar cepet beres, nih!" sela Rani yang tidak suka mendengar ucapan Vera membahas soal karma pelakor.

*

Gita yang kini masih berdiam di rumah tantenya, terasa enggan pulang ke rumah karena ia sudah terlanjur sakit hati. Wanita mana yang tidak sakit hatinya mendapatkan perlakuan kasar dan dikhianati suaminya. Gita hanya menyuruh Lia untuk membawakan semua pakaiannya dan tidak membiarkan satu potong baju pun tertinggal. Lia pulang ke rumah saat Candra sedang tidak ada di rumah. Lia bergegas mengemas pakaian ibunya dan adik-adiknya untuk dibawa ke rumah tante Eni.

Setelah selesai, Lia bergegas pergi. Baru saja Lia menutup pintu rumah. Lia seperti mendengar suara Candra berjalan sambil tertawa bersama dengan seorang wanita di samping rumah sebelah kiri. Lia segera menepi ke samping rumah di sebelah kanan untuk bersembunyi dan mengintip siapa wanita yang di bawa oleh ayahnya masuk ke dalam rumah.

"Kalau Gita itu kabur dan tinggal di rumah tantenya, ya kita main di rumah saja. Nggak perlu lagi aku ke rumah kamu," ucap Candra dan wanita itu hanya tertawa.

Hati Lia tampak mendidih dan ingin meluapkan kekecewaannya pada ayahnya, tetapi Lia memilih untuk tetap bersembunyi karena ingin mengetahui hubungan ayahnya dengan wanita selingkuhannya itu.

Ceklek...! Candra terdiam karena mendapati pintu rumah yang sudah tidak terkunci.

"Kenapa, Mas?" tanya Rani kemudian.

"Pintunya sudah tidak terkunci, berarti ada yang pulang. Aku cek dulu ke dalam," jawab Candra yang kemudian masuk ke dalam rumah. Tidak lama Candra pun keluar dengan raut wajah yang senang.

"Ternyata Gita pulang membawa semua pakaiannya dan pakaian anak-anak. Kita jadi semakin bebas disini. Bagaimana kalau kamu menginap saja?" Candra menawarkan dan Rani mengangguk tanpa berpikir lagi. 

"Nanti kamu pamit saja sama Gio, bagaimana?"

"Gampang. Aku bilang saja nginep di rumah Neneng atau di rumah Dina," jawab Rani santai.

'Gio? Jadi selingkuhannya ayah itu tante Rani?' Batin Lia bergejolak. Hatinya terasa mendidih karena menahan emosinya.

Candra dan Rani langsung masuk ke rumah dan mengunci pintu depan agar tak ada yang menganggunya. Lia terus berusaha mengintip ayahnya dengan Rani lewat samping rumah. Lia mencari cara bagaimana ia bisa mendapatkan bukti perselingkuhan mereka.

"Auuw... pelan-pelan, dong Mas," rintih Rani.

"Aku gemes tahu, sayang. Rasanya ingin setiap hari melakukan hubungan ini sama kamu. Aah," desah Candra kemudian

"Ayah bajingan!" rutuk Lia yang mendengar suara mereka dari dinding luar.

"Iya, tapi kamu harus pelan-pelan. Ingat ya, Mas. Di dalam perut aku sekarang ada anak kita," ucap Rani yang membuat Lia semakin tak bisa menahan emosinya.

Lia terus mencari cara agar bisa mendapatkan bukti perselingkuhan mereka. Akan tetapi jika Lia melabraknya, ia pasti tidak mampu melawan ayahnya. Lia mengambil kursi plastik dan menyusunnya tinggi-tinggi sehingga ia dapat mengintip keduanya yang sedang bercumbu mesra di dalam kamar. Lia pun segera merogoh ponsel disaku celananya dan merekam aksi ayah bersama selingkuhannya melalui  pentilasi jendela kamar. Sementara itu, hanya 1 menit lebih 20 detik Lia berhasil merekam karena ia sudah tidak sanggup lagi melihat apa yang telah diperbuat  ayahnya.

Tak disadari pipi Lia sudah berlinangan air mata dan harus menyaksikan sendiri kelakuan sang ayah yang telah mengkhianati ibunya. Lia langsung berlari membawa koper berisi pakaiannya dan ibunya. Candra menghentikan permainan bejatnya. Sementara itu karena mendengar seperti ada orang berlari di samping rumahnya sambil menarik koper.

"Ah, kenapa berenti, sih, Mas. Kamu capek?" keluh Rani kemudian.

Candra kemudian bangun sambil mengenakan handuk dan memeriksa ke samping rumah. Candra pun melihat ada kursi yang tersusun didekat jendelanya.

"Anjing! Ada yang mengintip kita, Rani," rutuk Candra yang segera mengenakan pakaiannya.

"Mas... masih nanggung, tahu," gerutu Rani.

"Iya, sayang. Tapi kita berhenti dulu, ya. Ada yang coba mengintip kita tadi. Karena aku lihat ada kursi di samping rumah dekat jendela. Kursinya ada bekas pijakkan orang," ucap Candra menjadi gelisah.

"Siapa kira-kira, Mas?" tanya Rani yang sambil mengikat rambutnya.

"Aku juga tidak tahu. Mudah-mudahan hanya perasaanku saja," ucap Candra yang kemudian membakar rokoknya sebatang.

Rani ikut terdiam karena ia juga takut kalau perselingkuhannya akan terbongkar jika Gio akan mengetahuinya, mungkin Rani sudah diusir dari rumahnya.

***

Lia duduk bersandar di meja sekolahnya. Ia tidak bisa tidur semalam dan terus menangis mengingat perbuatan keji sang ayah tadi malam. Lia masih menutupi rapat-rapat pada ibunya karena takut kalau ibunya akan stres.

Bruk...! Ririn menggebrak meja Lia sehingga ia mendadak kaget.

"Eh, pelakor! Gue kasih tahu sama lo, ya! Jangan pernah lo godain Dimas! Dia itu pacar gue!" ancam Ririn penuh emosi pada Lia.

"Heh! Apa lo bilang, pelakor kata lo? Elo sama Dimas belum jadian, dan Dimas yang ngincer gue, ya. Bukan gue yang ngejar dia!" teriak Lia tak mau kalah.

Lia ingat kalau ia baru saja dicap pelakor oleh Ririn adiknya Rani. Lia menatap Ririn dengan mata tajam penuh kebencian.

"Tadi apa lo bilang, pelakor?! Yang pelakor itu kakak lo bukan gue!" lanjut Lia lagi.

"Iih... maksud lo apa bawa-bawa kakak gue. Hah?!" desis Ririn.

"Oh... pura-pura nggak tahu?"

Ririn mengernyitkan alisnya karena ia yakin Lia tak mengetahui hubungan kakaknya dengan ayahnya Lia. Lia segera mengambil ponsel di dalam tasnya. Memutar video yang berhasil direkamnya dan di tunjukkan kepada Ririn.

"Lo, ihat baik-baik siapa yang ada di video ini?" Lia menunjukkan video yang sudah direkam diponselnya dan membuat Ririn tampak begitu terkejut.

Lia juga menunjukkan kepada teman yang lainnya karena Lia sangat kesal dan emosi sudah dihina pelakor oleh adik selingkuhan ayahnya. Semua teman  di dalam kelasnya melihat dengan jelas video yang direkam oleh Lia dan langsung melirik jijik ke arah Ririn.

"Hapus video itu, Lia!" ucap Ririn kemudian.

"Apa... hapus? Ini semua akan jadi bukti kalau keluarga pelakor itu berasal dari keluarga lo!" teriak Lia penuh emosi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status