Share

Bab 6

Author: Siti_Rohmah21
last update Last Updated: 2023-10-24 19:25:37

"Saya pengacara, ingin bertemu dengan Bu Nonik, apa ada orangnya?" tanyanya sekali lagi sambil mengedarkan pandangannya ke arah sekeliling rumah.

"Untuk apa? Kenapa Nonik memanggil Anda ke sini?" tanyaku menyelidik. Ya, jika benar ia pengacara, sangat kebetulan, aku akan menggugat cerai Nonik saja jika memang ia keberatan atas nafkah yang kuberikan, tentu tabungan yang Nonik kuras pasti dikembalikan. Sebab, aku tidak terima diperlakukan seperti ini olehnya.

Namun, belum sempat aku bicara dengan pengacara, Nonik sudah muncul dari kamarnya.

"Ada apa ini, Mas?" tanya Nonik ketika memunculkan batang hidungnya. Rupanya wanita yang sudah mengetahui semua yang kumiliki pun tidak mengenal lelaki berdasi yang berkunjung.

Lelaki itu bangkit, aku belum sempat berkenalan, ia berdiri ketika Nonik datang selayaknya menghormati tuan rumah.

"Bu Nonik ya?" tanyanya sambil menyodorkan tangannya.

Kemudian Nonik bersalaman dengannya dengan mata terlihat menyipit.

"Maaf, Anda siapa?" tanya Nonik sama seperti apa yang aku tanyakan di awal tadi.

"Perkenalkan saya Tommy Indrawan, pengacara Pak Irsyad Damian, Papa Anda," jawabnya disertai senyuman.

Aku mencerna ucapannya. Sedikit aku telaah, jangan-jangan sang mertua ingin memberikan sesuatu pada Nonik hingga mendatangkan pengacara ke sini.

"Ya, ada apa Pak?" tanya Nonik.

Aku diam tak berkata apapun, keinginan untuk menggugat cerai, kuurungkan niat terlebih dahulu, sebaiknya dengarkan baik-baik lelaki ini bicara. Sedikit ragu dengan tujuannya yang memberikan harta, sebab yang kuketahui tentang Pak Irsyad, mertuaku, dia bukan pemilik kontrakan atau apapun yang memiliki harta banyak.

"Jadi gini, Bu. Pak Irsyad ini sebenarnya punya sebidang tanah di lokasi kerawang, beliau akan berikan pada Bu Nonik, nilainya tidak banyak si Bu hanya seribu meter saja, tapi bila dijual laku kisaran 2 milyar rupiah Bu," tutur lelaki yang bernama Tommy membuat ludahku seketika sulit turun ke tenggorokan. Nonik punya uang dua milyar? Astaga, aku jadi suami orang kaya raya dong? Jangan sampai kata-kata talak keluar dari mulut ini ke telinga Nonik. Aku harus sedikit bersabar dalam menghadapinya.

"Masa, Pak? Wah 2 milyar ya, Pak?" ucap Nonik menyunggingkan senyuman, ia tersenyum semringah ketika mendengar kabar bahagia yang datang. Alisnya ditautkan, tangannya pun sama seraya sedang kegirangan.

Aku merangkul istriku di hadapan pengacara Papa Irsyad. Ini supaya ia percaya bahwa hubungan kami sedang baik-baik saja.

"Selamat ya, Sayang. Aku turut senang dan bahagia mendengarnya," ujarku sengaja di hadapan keduanya.

"Makasih, Mas. Nggak nyangka aku juga," celetuk Nonik. "Maaf Pak, itu kok bisa begitu? Setahu saya Papa tidak pernah merahasiakan apa-apa dari saya, kecuali suami saya tuh Pak, dia sering bohong," tutur Nonik membuatku malu.

Seketika Pak Tommy pun tertawa lepas mendengarkan ucapan Nonik tentangku.

"Pak Irsyad juga baru tahu, almarhum Teguh Damian ternyata meninggalkan warisan," jawab Pak Tommy.

Jadi kakeknya Nonik yang memberikan warisan, lalu Pak Irsyad memberikan untuk Nonik. Kalau begitu ceritanya, aku harus mendekati Pak Irsyad dan Nonik, rasa kepercayaannya terhadapku harus kembali seperti dulu.

Kemudian, pengacara itu pamit setelah menjelaskan semuanya. Namun, belum memberikan berkasnya pada Nonik, katanya sebulan lagi jika sudah dibalik nama barulah diberikan pada Nonik.

Sebulan adalah waktu dimana Nonik juga memberikan aku kesempatan. Itu artinya aku harus sungguh-sungguh menjalankan apa yang ditugaskan oleh Nonik.

***

Liburan kali ini aku yang masak. Sudah membelanjakan sayuran termasuk bumbu dapur cabai, bawang, dan tomat. Sayuran yang kubeli untuk seharian sembilan belas ribu, dengan menu tahu dan toge. Mungkin karena beli bumbunya jadi mahal. Besok pasti aku bisa lebih irit dari ini.

"Weekend nggak masak ikan-ikanan, Mas?" tanya Nonik ketika ada di meja makan.

"Nggak, ngirit lah, soalnya giliran beli cabai bawang tadi stok kosong," jawabku dengan jujur.

"Oh gitu, kenapa giliran aku ngirit, kamu dulu koar-koar padahal yang kamu kasih juga nggak banyak," sindir Nonik sambil melahap makanan yang kubuat.

Aku hanya terdiam, tidak menyahuti apa yang ia katakan. Sebab, sebulan masih lama, pasti aku bisa mencukupi uang segitu.

Seharian aku liburan bersama Nonik di dapur, ia mengerjakan pekerjaan rumah nyuci piring setelah makan, sedangkan aku memasak.

Pekerjaan tetap ia kerjakan kecuali masak, Nonik tidak menuntut pekerjaan lain padaku.

Kemudian, kami berdua masuk kamar. Kebetulan mamaku juga tidak datang liburan kali ini, telepon pun juga tidak, padahal motor adikku yang kupakai kemarin masih ada di rumah.

Di ranjang, kami merebahkan bobot tubuh yang sudah amat lelah dalam keseharian tadi. Namun, aku iseng-iseng tanyakan di mana letak kerawang yang dimaksud tadi.

"Nik, kerawangnya bagian mana ya?" tanyaku penasaran.

"Nggak tahu, Mas. Pak Tommy juga nggak bilang kan?" tanya Nonik balik. Ia bicara denganku sambil mengusap layar ponselnya.

"Ya bukan apa-apa, kalau daerah Kerawang Mas Yuda tahu, soalnya Topik gadai rumahnya di Kerawang sama Mas 30 juta, sekarang dikontrakin, untungnya lumayan, Dek," ucapku membuat Nonik menoleh.

"Gadai rumah? Kamu punya rumah gadaian? Kok aku nggak tahu ya? Dan hasilnya juga nggak pernah ngerasain," celetuknya membuat mataku mendelik.

Astaga, aku keceplosan lagi. Itu sengaja ditutupi biar kalau dia tebus kan aku masih punya simpanan. Aku menghela napas panjang, dan coba mengalihkan dengan tarik selimut. Namun, Nonik menarik selimut yang aku gunakan.

"Kebohonganmu sudah aku cium, Mas. Kamu kira keceplosan itu kebetulan? Hah!" sentak Nonik.

Aku sedikit terkejut dengan ucapannya yang bilang keceplosan ini bukan kebetulan, apa maksud dari ucapan Nonik?

Bersambung

Related chapters

  • Istriku Punya Penghasilan Sendiri   Bab 7

    Aku masih diam sambil mencerna ucapan Nonik. Tidur pun tidak nyenyak sebab sekarang hidupku benar-benar terpuruk dalam uang yang sisa empat ratus delapan puluh ribu rupiah. Sedangkan gajian masih menunggu 29 hari lagi.Besok masih libur, jadi aku masak pun masih tidak terlalu capek, bagaimana nanti jika sudah bekerja. Astaga, punya istri kok tega pada suaminya begini.Jam dinding telah menunjukkan pukul dua belas malam. Namun, mataku belum juga terkantuk, sedangkan Nonik sudah menganga mulutnya. Aku coba ambil ponsel yang berada di dekatnya. Siapa tahu bisa cari tahu ada rahasia atau tidak yang bisa aku kuliti.Setelah ponsel genggam milik Nonik berada di tangan, aku usap dan coba lihat dari layar jendela depan lebih dulu. Tidak ada pesan masuk, itu artinya aman aku masuk ke chat WhatsApp miliknya. Namun, tiba-tiba saja kulihat ada aplikasi yang sangat asing kulihatnya. Warnanya hijau dan ada gambar pena, apa itu platform menulis tempat Nonik mendapatkan uang?Iseng-iseng jari ini mem

    Last Updated : 2023-10-24
  • Istriku Punya Penghasilan Sendiri   Bab 8

    Hatiku mencelos mendengar penuturan Pak Lukman barusan. Setega itukah Nonik terhadapku hingga menguras semua yang aku miliki."Terima kasih banyak, Pak informasinya," ucapku mengakhiri pembicaraan. Telepon pun terputus.Tidak mungkin aku izin dari pekerjaan hanya untuk mengurusi hal seperti ini. Alasan apa untuk keluar dan pulang? Yang ada penilaian kinerja nanti jadi buruk dan mengganggu kenaikan gaji tiap tahunnya.Menghubungi Nonik pun tidak aktif nomor teleponnya. Rasanya ingin marah saja pada wanita yang sudah menguras semuanya.Aku menutup tempat makan catering, lalu menghampiri Leman lagi yang sedang ngobrol bersama Santo."Man, gue mau ngobrol bentar," bisikku tepat di telinganya."Mau ngapain? Minjem duit lo ya?" celetuk Leman sengaja mempermalukan aku."Nggak lah, duit gue banyak. Nggak pernah gue minjem-minjem duit," timpalku agak keras. Leman memang terkenal sombong di pabrik. Mentang-mentang istrinya adalah seorang pengajar di sebuah sekolah dasar swasta. Namun, ia terken

    Last Updated : 2023-11-04
  • Istriku Punya Penghasilan Sendiri   Bab 9

    "Maaf, Pak. Kami tidak mau ikut campur. Maaf ya," ucap Pak Lukman sambil merangkul istrinya seraya memberikan kode untuk diam saja. Akhirnya aku kembali ke rumah. Lalu coba menghubungi Nonik kembali. Namun, belum juga mendapatkan jawaban dari Nonik. Akhirnya aku beranikan diri untuk menghubungi mertuaku, Papa Irsyad.Lama dering nada sambung berbunyi. Aku menunggunya sekitar empat kali nada sambung, barulah mertuaku mengangkat teleponnya."Assalamualaikum, Yud. Ada apa?" Mertuaku langsung menanyakan tujuan menghubunginya padahal aku belum menjawab salam darinya."Waalaikumsalam, Pah. Boleh tanya sesuatu nggak?" tanyaku balik."Ya, silakan tapi jangan lama-lama, Papa dan Mama mau berangkat ke Bogor, mau ke rumah neneknya Nonik," ujarnya. Apa Nonik ikut dengannya? "Nonik ikut, Pah?" tanyaku lagi."Emang Nonik mau ikut? Mana sini coba orangnya Papa mau bicara," jawabnya. Berati dugaanku salah. Nonik tidak sedang bersama papanya."Oh nggak, Pah. Aku cuma tanya, Nonik lagi beli gula di w

    Last Updated : 2023-11-05
  • Istriku Punya Penghasilan Sendiri   Bab 10

    "Papa, Mama, bukankah mau ke Bogor?" tanyaku sambil mengusap mata, berharap salah penglihatan ini. Namun, harapanku sia-sia ketika mereka berdua menyodorkan tangannya."Ya, tadi kami kepikiran ingin ngajak Nonik ke Bogor, atau barangkali kamu mau ikut juga?" Aku tercengang mendengar ucapan mertua."Emm, anu Pah, Nonik belum pulang," jawabku sambil mengusap leher."Loh, dari tadi belum pulang beli gula?" tanya papa penasaran. Ia masih ingat alasanku ketika ia tadi menghubunginya. "Iya, nih. Aku juga heran, kok tumben Nonik beli gula lama, apa sekalian beli bahan yang lain kali, Pah, Mah. Ayo masuk dulu," ajakku.Kulihat wajah mama mertua sedari tadi tidak bicara sedikit pun. Mukanya seperti tidak sudi menatapku, ada apa dengannya? Namanya Nuri, ia jarang ke rumah, yang sering menyambangi kami di sini memang hanya papa. Dari awal kami menikah, mama kurang sreg padaku. Katanya kami tidak akan cocok, mungkin dari perbedaan suku. Biasanya orang tua zaman dulu mempermasalahkan itu.Seben

    Last Updated : 2023-11-06
  • Istriku Punya Penghasilan Sendiri   Bab 11

    "Pak, haruskah sekarang saya pergi dari sini?" tanyaku padanya. "Iya, Pak. Maaf ya, tidak diberikan waktu lagi oleh Pak Satya," sahutnya membuat napasku terasa sesak.Nonik benar-benar tega padaku, ia jual semua yang aku punya. Ini tidak bisa dibiarkan, sebaiknya aku susul Nonik ke Bogor. Aku raih ponsel lalu menghubungi atasan lebih dulu, untuk mengajukan cuti satu hari supaya bisa menyelesaikan masalah ini.Setelah berhasil mengajukan cuti, aku segera berangkat tanpa membawa sehelai baju, hanya baju yang kukenakan yaitu pakaian kerja.Jarak antar Jakarta dengan Bogor lumayan jauh. Kalau tidak macet bisa tiba di sana sekitar pukul 20.00 WIB. Aku ke Bogor dengan menggunakan kereta api.***Lebih cepat dari yang kuperkirakan, aku tiba di depan rumah neneknya Nonik pukul 19:40 WIB. Rumahnya sudah sepi, tapi masih banyak anak-anak yang bermain. Aku ketuk pintunya lalu menunggu Nonik keluar. Namun, yang keluar hanya mertuaku, Mama Nuri. "Ngapain kamu ke sini?" tanyanya sambil berkacak

    Last Updated : 2023-11-06
  • Istriku Punya Penghasilan Sendiri   Bab 12

    Satu menit kemudian, pintu mobilnya dibuka olehnya. Kulihat wajah lelaki yang turun dari mobil. Pak Tommy, ia datang rumah ini. Mungkin ada perlu dengan Pak Irsyad. Namun, kali ini pakaian yang ia kenakan biasa saja, tidak berdasi dan tanpa jas, ia hanya mengenakan celana jeans dan sepatu layaknya pemuda. Ia mulai melangkah ke arah kami, kemudian setelah tiba di hadapan kami persis, ia meraih punggung tangan Papa Irsyad dan Mama Nuri."Apa kabar, Tom?" tanya papa mertuaku. "Baik, Om," jawabnya disertai punggung yang tertunduk seraya menunjukkan sopan santun. "Tumben ke sini, ada apa nih? Papamu sehat, kan?" tanya mertuaku lagi membuatku tiba-tiba mengernyitkan dahi.Bukankah Tommy adalah pengacara mertuaku yang ditugaskan olehnya untuk memberikan informasi tanah yang senilai dua milyar itu? Hingga akhirnya aku keceplosan bahwa memiliki uang dari gadai. Ah ini seperti teka-teki yang harus kuungkap. "Maaf, Pak Tommy bukankah pengacara ya?" tanyaku penasaran. Mertuaku dua-duanya ter

    Last Updated : 2023-11-07
  • Istriku Punya Penghasilan Sendiri   Bab 13

    "Leman, ngapain dia ke sini? Apa jangan-jangan ...." Aku bergumam sendirian, sebab terkejut melihat kedatangan Leman dan salah satu orang yang tidak kukenal.Mereka berdua melangkah ke arah kami, lalu segera menghampiri dan aku pun sontak menyapa Leman yang sedari tadi menyorotku penuh."Hai, Yud. Gimana kabar lo?" tanyanya membuatku sedikit terkekeh."Nggak usah pura-pura tanya kabar, ini apa maksudnya?" tanyaku balik.Kemudian, Nonik mempersilakan mereka untuk duduk, dan yang mengejutkan, Nonik memanggil Leman dengan sebutan Mas. Satu hal lagi yang membuatku tercengang, nama laki-laki yang bersama Leman adalah Satya. Aku menggelengkan kepala sambil tertawa kecil. Lelucon yang sangat membuatku tidak dapat berkata-kata lagi."Oh jadi kalian ini saling kenal, dan komplotan, gitu kan?" tanyaku ketika semua sudah duduk."Papa tidak tahu menahu maksud kalian, tolong jangan buat kegaduhan di rumah Nenek, kasihan Nenek masih harus istirahat," tutur papa mertuaku.Kebohongan Nonik juga suda

    Last Updated : 2023-11-08
  • Istriku Punya Penghasilan Sendiri   Bab 14

    "Itu mobil kamu, Mas, aku nggak ngejualnya," terang Nonik membuatku terperangah. Jadi, selama ini ia ambil kartu ATM, lalu menjual semuanya yang kumiliki hanya sandiwara?"Nonik, jujur aku nggak paham dengan semua ini," timpalku.Kemudian, papa mertuaku berdiri. Wajahnya terlihat garang seperti orang kesetanan."Papa rasa kamu sudah paham dan mengerti maksud Nonik. Jadi lebih baik kau pergi dari sini!" tekan papa sambil membentangkan tangannya ke arah luar.Tidak lama kemudian, orang yang membawa mobilku datang bersama Tari, istrinya Leman. Mereka berdua masuk dan menyodorkan tangannya untuk bersalaman.Tari duduk di sebelah Leman, ia tampak menyunggingkan senyuman di hadapanku. Sedangkan Papa Irsyad kini sudah kembali duduk di antara kami semua.Aku segera bersujud di kaki mertua yang sudah terlanjur kecewa padaku."Pah, aku minta maaf atas semua yang kulakukan, mungkin caraku salah telah menyiksa Nonik dengan jatah yang kuberikan," lirihku membuat semuanya hening. Sorotan mata tertu

    Last Updated : 2023-11-09

Latest chapter

  • Istriku Punya Penghasilan Sendiri   Bab 16

    Aku dan Rasid mendekat, ada perasaan cemas saat ini. Kalau terjadi sesuatu dengan Mama Yuli, aku tidak bisa memaafkan diri sendiri. Tangan ini mengepal, meremas-remas seraya mengkhawatirkan. Begitu juga dengan Rasid, ia menyandarkan bahunya ke pundakku."Mas, apa karena kita tidak buru-buru operasi Mama?" tanya Rasid."Nggak juga, kita harus tunggu dokter keluar," jawabku menenangkan. Kemudian, salah seorang suster keluar dari ruangan untuk bicara dengan kami."Pak, barusan Bu Yuli kondisinya menurun lagi. Jadi operasi patah tulang ditunda dulu, justru Bu Yuli akan dipindahkan ke ruangan ICU," jelasnya. Itu artinya mama dalam keadaan tidak sadar? Astaga, aku mengelus dada, menahan tangis. Sedangkan Rasid, ia sudah menyeka sudut matanya. "Sus, Mama saya tidak sadarkan diri?" tanyaku sedikit panik."Iya, Pak. Bu Yuli koma," jawabnya. Aku dan Rasid menghela napas panjang. Tidak ada lagi yang bisa kami lakukan."Sus, kami akan urus administrasi untuk ke ruangan ICU. Tolong berikan pel

  • Istriku Punya Penghasilan Sendiri   Bab 15

    "Maaf, Pak, ada apa ya kalau boleh tahu?" tanyaku. Ada perasaan takut dan cemas bercampur aduk."Iya, saya mau mengabarkan bahwa Bu Yuli Karmila mengalami kecelakaan lalu lintas, sekarang ada di Rumah Sakit Grafika," ucapnya membuatku lemas seketika. Lututku bergetar seraya tak kuat menopang kedua kaki untuk berdiri tegak. Seandainya ada Nonik di sampingku, pasti takkan seperti ini. "Bagaimana kronologis nya, Pak?" tanyaku balik."Bu Yuli hendak menyeberang jalan, lalu ada motor melintas, pengendara sudah kami amankan," ucapnya membuatku bertambah linu. Tidak kebayang bagaimana kondisi mama saat ini.Aku tutup teleponnya setelah polisi menceritakan secara detail kronologis nya, dan setelah mengucapkan terima kasih atas informasinya. Kemudian, ambil segelas air putih untuk menenangkan diri sendiri. Setelah itu barulah bergegas ke rumah sakit untuk mengunjungi mama yang sedang membutuhkanku. Di perjalanan, aku terus memikirkan kondisi mama. Sekarang yang di pikiranku hanya mama, masal

  • Istriku Punya Penghasilan Sendiri   Bab 14

    "Itu mobil kamu, Mas, aku nggak ngejualnya," terang Nonik membuatku terperangah. Jadi, selama ini ia ambil kartu ATM, lalu menjual semuanya yang kumiliki hanya sandiwara?"Nonik, jujur aku nggak paham dengan semua ini," timpalku.Kemudian, papa mertuaku berdiri. Wajahnya terlihat garang seperti orang kesetanan."Papa rasa kamu sudah paham dan mengerti maksud Nonik. Jadi lebih baik kau pergi dari sini!" tekan papa sambil membentangkan tangannya ke arah luar.Tidak lama kemudian, orang yang membawa mobilku datang bersama Tari, istrinya Leman. Mereka berdua masuk dan menyodorkan tangannya untuk bersalaman.Tari duduk di sebelah Leman, ia tampak menyunggingkan senyuman di hadapanku. Sedangkan Papa Irsyad kini sudah kembali duduk di antara kami semua.Aku segera bersujud di kaki mertua yang sudah terlanjur kecewa padaku."Pah, aku minta maaf atas semua yang kulakukan, mungkin caraku salah telah menyiksa Nonik dengan jatah yang kuberikan," lirihku membuat semuanya hening. Sorotan mata tertu

  • Istriku Punya Penghasilan Sendiri   Bab 13

    "Leman, ngapain dia ke sini? Apa jangan-jangan ...." Aku bergumam sendirian, sebab terkejut melihat kedatangan Leman dan salah satu orang yang tidak kukenal.Mereka berdua melangkah ke arah kami, lalu segera menghampiri dan aku pun sontak menyapa Leman yang sedari tadi menyorotku penuh."Hai, Yud. Gimana kabar lo?" tanyanya membuatku sedikit terkekeh."Nggak usah pura-pura tanya kabar, ini apa maksudnya?" tanyaku balik.Kemudian, Nonik mempersilakan mereka untuk duduk, dan yang mengejutkan, Nonik memanggil Leman dengan sebutan Mas. Satu hal lagi yang membuatku tercengang, nama laki-laki yang bersama Leman adalah Satya. Aku menggelengkan kepala sambil tertawa kecil. Lelucon yang sangat membuatku tidak dapat berkata-kata lagi."Oh jadi kalian ini saling kenal, dan komplotan, gitu kan?" tanyaku ketika semua sudah duduk."Papa tidak tahu menahu maksud kalian, tolong jangan buat kegaduhan di rumah Nenek, kasihan Nenek masih harus istirahat," tutur papa mertuaku.Kebohongan Nonik juga suda

  • Istriku Punya Penghasilan Sendiri   Bab 12

    Satu menit kemudian, pintu mobilnya dibuka olehnya. Kulihat wajah lelaki yang turun dari mobil. Pak Tommy, ia datang rumah ini. Mungkin ada perlu dengan Pak Irsyad. Namun, kali ini pakaian yang ia kenakan biasa saja, tidak berdasi dan tanpa jas, ia hanya mengenakan celana jeans dan sepatu layaknya pemuda. Ia mulai melangkah ke arah kami, kemudian setelah tiba di hadapan kami persis, ia meraih punggung tangan Papa Irsyad dan Mama Nuri."Apa kabar, Tom?" tanya papa mertuaku. "Baik, Om," jawabnya disertai punggung yang tertunduk seraya menunjukkan sopan santun. "Tumben ke sini, ada apa nih? Papamu sehat, kan?" tanya mertuaku lagi membuatku tiba-tiba mengernyitkan dahi.Bukankah Tommy adalah pengacara mertuaku yang ditugaskan olehnya untuk memberikan informasi tanah yang senilai dua milyar itu? Hingga akhirnya aku keceplosan bahwa memiliki uang dari gadai. Ah ini seperti teka-teki yang harus kuungkap. "Maaf, Pak Tommy bukankah pengacara ya?" tanyaku penasaran. Mertuaku dua-duanya ter

  • Istriku Punya Penghasilan Sendiri   Bab 11

    "Pak, haruskah sekarang saya pergi dari sini?" tanyaku padanya. "Iya, Pak. Maaf ya, tidak diberikan waktu lagi oleh Pak Satya," sahutnya membuat napasku terasa sesak.Nonik benar-benar tega padaku, ia jual semua yang aku punya. Ini tidak bisa dibiarkan, sebaiknya aku susul Nonik ke Bogor. Aku raih ponsel lalu menghubungi atasan lebih dulu, untuk mengajukan cuti satu hari supaya bisa menyelesaikan masalah ini.Setelah berhasil mengajukan cuti, aku segera berangkat tanpa membawa sehelai baju, hanya baju yang kukenakan yaitu pakaian kerja.Jarak antar Jakarta dengan Bogor lumayan jauh. Kalau tidak macet bisa tiba di sana sekitar pukul 20.00 WIB. Aku ke Bogor dengan menggunakan kereta api.***Lebih cepat dari yang kuperkirakan, aku tiba di depan rumah neneknya Nonik pukul 19:40 WIB. Rumahnya sudah sepi, tapi masih banyak anak-anak yang bermain. Aku ketuk pintunya lalu menunggu Nonik keluar. Namun, yang keluar hanya mertuaku, Mama Nuri. "Ngapain kamu ke sini?" tanyanya sambil berkacak

  • Istriku Punya Penghasilan Sendiri   Bab 10

    "Papa, Mama, bukankah mau ke Bogor?" tanyaku sambil mengusap mata, berharap salah penglihatan ini. Namun, harapanku sia-sia ketika mereka berdua menyodorkan tangannya."Ya, tadi kami kepikiran ingin ngajak Nonik ke Bogor, atau barangkali kamu mau ikut juga?" Aku tercengang mendengar ucapan mertua."Emm, anu Pah, Nonik belum pulang," jawabku sambil mengusap leher."Loh, dari tadi belum pulang beli gula?" tanya papa penasaran. Ia masih ingat alasanku ketika ia tadi menghubunginya. "Iya, nih. Aku juga heran, kok tumben Nonik beli gula lama, apa sekalian beli bahan yang lain kali, Pah, Mah. Ayo masuk dulu," ajakku.Kulihat wajah mama mertua sedari tadi tidak bicara sedikit pun. Mukanya seperti tidak sudi menatapku, ada apa dengannya? Namanya Nuri, ia jarang ke rumah, yang sering menyambangi kami di sini memang hanya papa. Dari awal kami menikah, mama kurang sreg padaku. Katanya kami tidak akan cocok, mungkin dari perbedaan suku. Biasanya orang tua zaman dulu mempermasalahkan itu.Seben

  • Istriku Punya Penghasilan Sendiri   Bab 9

    "Maaf, Pak. Kami tidak mau ikut campur. Maaf ya," ucap Pak Lukman sambil merangkul istrinya seraya memberikan kode untuk diam saja. Akhirnya aku kembali ke rumah. Lalu coba menghubungi Nonik kembali. Namun, belum juga mendapatkan jawaban dari Nonik. Akhirnya aku beranikan diri untuk menghubungi mertuaku, Papa Irsyad.Lama dering nada sambung berbunyi. Aku menunggunya sekitar empat kali nada sambung, barulah mertuaku mengangkat teleponnya."Assalamualaikum, Yud. Ada apa?" Mertuaku langsung menanyakan tujuan menghubunginya padahal aku belum menjawab salam darinya."Waalaikumsalam, Pah. Boleh tanya sesuatu nggak?" tanyaku balik."Ya, silakan tapi jangan lama-lama, Papa dan Mama mau berangkat ke Bogor, mau ke rumah neneknya Nonik," ujarnya. Apa Nonik ikut dengannya? "Nonik ikut, Pah?" tanyaku lagi."Emang Nonik mau ikut? Mana sini coba orangnya Papa mau bicara," jawabnya. Berati dugaanku salah. Nonik tidak sedang bersama papanya."Oh nggak, Pah. Aku cuma tanya, Nonik lagi beli gula di w

  • Istriku Punya Penghasilan Sendiri   Bab 8

    Hatiku mencelos mendengar penuturan Pak Lukman barusan. Setega itukah Nonik terhadapku hingga menguras semua yang aku miliki."Terima kasih banyak, Pak informasinya," ucapku mengakhiri pembicaraan. Telepon pun terputus.Tidak mungkin aku izin dari pekerjaan hanya untuk mengurusi hal seperti ini. Alasan apa untuk keluar dan pulang? Yang ada penilaian kinerja nanti jadi buruk dan mengganggu kenaikan gaji tiap tahunnya.Menghubungi Nonik pun tidak aktif nomor teleponnya. Rasanya ingin marah saja pada wanita yang sudah menguras semuanya.Aku menutup tempat makan catering, lalu menghampiri Leman lagi yang sedang ngobrol bersama Santo."Man, gue mau ngobrol bentar," bisikku tepat di telinganya."Mau ngapain? Minjem duit lo ya?" celetuk Leman sengaja mempermalukan aku."Nggak lah, duit gue banyak. Nggak pernah gue minjem-minjem duit," timpalku agak keras. Leman memang terkenal sombong di pabrik. Mentang-mentang istrinya adalah seorang pengajar di sebuah sekolah dasar swasta. Namun, ia terken

DMCA.com Protection Status