Share

Bab 5

Author: Siti_Rohmah21
last update Last Updated: 2023-10-24 19:24:50

Nonik benar-benar sudah keterlaluan, ia jual mobil secara diam-diam, itu artinya BPKB pun sudah dia intai selama ini. Aku tidak mengetahui perubahan istriku selama enam bulan ke belakang, ternyata Nonik berubah drastis.

"Nonik, kita obrolin lagi di rumah ya, kamu pulang ke rumah, aku juga pulang sekarang," suruhku, kemudian telepon pun sengaja aku putus.

Aku menghela napas di hadapan mama. Ia mengikuti langkahku yang meraih kunci sepeda motor milik adikku yang sedang tidur.

"Kenapa sih? Nonik jual mobil? Atau gimana?" tanya mama.

Aku terhenti sejenak, lalu menjelaskan semuanya pada mama. Dari tabungan dan akhirnya sekarang mobil dijual oleh Nonik. Mama terkejut dengan ulah istriku yang tadinya pendiam dan tidak melawan, kini berubah jadi pembangkang.

"Apa karena Nonik sudah punya penghasilan, makanya dia songong seperti ini? Tapi kok kamu nggak bilang punya tabungan segitu banyak sama Mama?" tanya mama membuat waktuku semakin sempit. Kulihat jarum jam terus bergulir memutar waktu. Akan tetapi tidak mungkin juga mengacuhkan mama.

"Mah, tadinya uang itu untuk tabungan Mama lah, nggak mungkin untuk Nonik juga. Makanya doain aku supaya bisa ambil semuanya lagi dari Nonik. Yuda mohon untuk sementara jangan judes ke Nonik, pokoknya baik saja ke dia," pintaku sambil meraih punggung tangannya. Segera aku kecup lalu meninggalkan mama dengan menggunakan sepeda motor milik Rasid.

Setibanya di rumah, aku belum melihat Nonik. Itu tandanya ia belum datang. Sebaiknya kutunggu istri yang kini telah menyita semua yang aku miliki. Namun, aku teringat sesuatu, rumah ini yang aku tempati masih atas namaku. Setidaknya masih ada harta yang aku miliki. Rumah yang kubeli saat masih bujang bukanlah milik Nonik, tidak mungkin ia berani mengambil alih.

Selang beberapa menit kemudian, Nonik datang. Ia menggunakan jasa ojek online dan membawa beras serta minyak goreng.

Dalam hatiku ada rasa kesal dan dongkol padanya. Namun, ingat uang tabungan dan mobil yang telah terjual, aku harus lebih jaga sikap terhadap Nonik.

"Sini aku bantu bawa beras," ucapku sambil membopong beras 10 kg. Ya, kami memang hanya menghabiskan beras 10 kg untuk sebulan.

Nonik tidak ada beban sedikit pun, ia tersenyum sambil membawa minyak goreng untuk sebulan.

Setelah kuletakkan beras, Nonik juga meletakkan minyaknya, ia duduk sambil melipat kedua tangannya.

"Itu untuk sebulan, dan uang lima ratus ribu yang kemarin kamu lempar, itu untuk kamu masak sebelum berangkat kerja besok, lalu sorenya masak lagi, bagaimana?" Nonik mulai memberikan tugas tanpa menjelaskan perihal mobil yang ia jual, tanpa ada rasa berdosa sedikit pun, Nonik hanya memberikan tugas untukku.

"Jelaskan dulu bagaimana kamu bisa jual mobilku?" tanyaku penasaran. Sebab, BPKB sudah kusimpan di tempat aman kenapa bisa ia ketahui?

"Ada laci kecil, di sana isinya BPKB dan surat-surat rumah," tutur Nonik membuatku bertepuk kening.

"Sesongong itukah kamu, Nonik?" tanyaku kesal. Aku berdiri di hadapannya sambil menunjuk jari telunjuk ini ke arah wanita berusia 25 tahun.

"Songong? Aku sudah cukup diam setahun bersama kamu, dicaci aku seperti sampah oleh Mama kamu, ditunjuk-tunjuk seperti yang kamu lakukan barusan, lalu sekarang saat aku melawan, kamu bilang songong? Ingat ya, Mas. Marahnya orang sabar itu akan melebihi batas orang yang emosional!" tekan Nonik dengan mata yang memerah. Wajahnya yang dulu anggun dan penurut, kini berubah jadi garang juga misterius.

Aku terpaksa harus mengalah. Tidak mungkin memaksakan Nonik untuk menuruti kata-kataku. Ia sudah bukan Nonik yang dulu lagi.

"Baiklah, terserah kamu, yang penting hanya sebulan kan kita tukar posisi?" tanyaku sekali lagi.

"Ya, itu pun hanya masak kok yang menggantikan posisi seorang istri, supaya kamu tahu masak sehari dua kali berapa pengeluarannya," jawab Nonik.

"Baiklah, akan kubuat cukup uang lima ratus ribu itu. Sebab semua tergantung orang yang tepat," jawabku enteng seraya menyindirnya.

"Ya, coba realitanya ya sebulan," tantang Nonik.

Aku pun mengangkat kedua alis seraya menyanggupi semuanya.

Mulai besok aku bangun pagi-pagi beli sayuran di sebelah rumah yang jualan sayur mayur. Setelah itu berangkat kerja. Ya, aku akan sanggupi semua itu, seratus ribu pun cukup kalau untuk beli sayuran saja, memang dasarnya Nonik tidak pernah bersyukur dengan apa yang ia dapatkan.

Selang sejam kami berada di rumah. Nonik pun memperlihatkan isi tabungannya yang ia dapatkan dari hasil merampok tabunganku dan menjual mobil yang kupunya. Ingin marah tapi aku tak kuasa.

"Tenang, ini semua aman di tanganku, asalkan setelah sebulan kamu menyanggupi semuanya." Nonik menjamin bahwa semua akan aman di tangannya.

Aku tak menjawab, hanya menyunggingkan senyuman miring saja di hadapan wanita yang kini sadis itu.

Tiba-tiba bel rumah berbunyi, aku segera membuka pintu dengan melangkah setengah berlari. Siapa tahu paket kiriman yang kubeli tiga hari yang lalu datang. Namun, saat membuka pintu, aku dikejutkan dengan kedatangan laki-laki berdasi.

"Maaf, cari siapa ya?" tanyaku saat tak mengenali wajah lelaki itu.

"Saya cari Bu Nonik, apa beliau ada di rumah?" tanyanya.

'Jam segini ngapain dia cari Nonik? Ditambah lagi besok weekend, siapa orang berdasi yang datang ingin bertemu dengan Nonik?'

Di otakku timbul pertanyaan-pertanyaan yang meresahkan.

"Iya, ada. Tapi Anda ini siapa ya?" tanyaku sekali lagi. Sungguh rasa penasaran ini membuatku ingin tahu apa yang sebenarnya dilakukan istriku lagi.

Bersambung

Related chapters

  • Istriku Punya Penghasilan Sendiri   Bab 6

    "Saya pengacara, ingin bertemu dengan Bu Nonik, apa ada orangnya?" tanyanya sekali lagi sambil mengedarkan pandangannya ke arah sekeliling rumah."Untuk apa? Kenapa Nonik memanggil Anda ke sini?" tanyaku menyelidik. Ya, jika benar ia pengacara, sangat kebetulan, aku akan menggugat cerai Nonik saja jika memang ia keberatan atas nafkah yang kuberikan, tentu tabungan yang Nonik kuras pasti dikembalikan. Sebab, aku tidak terima diperlakukan seperti ini olehnya.Namun, belum sempat aku bicara dengan pengacara, Nonik sudah muncul dari kamarnya."Ada apa ini, Mas?" tanya Nonik ketika memunculkan batang hidungnya. Rupanya wanita yang sudah mengetahui semua yang kumiliki pun tidak mengenal lelaki berdasi yang berkunjung.Lelaki itu bangkit, aku belum sempat berkenalan, ia berdiri ketika Nonik datang selayaknya menghormati tuan rumah."Bu Nonik ya?" tanyanya sambil menyodorkan tangannya.Kemudian Nonik bersalaman dengannya dengan mata terlihat menyipit."Maaf, Anda siapa?" tanya Nonik sama sep

    Last Updated : 2023-10-24
  • Istriku Punya Penghasilan Sendiri   Bab 7

    Aku masih diam sambil mencerna ucapan Nonik. Tidur pun tidak nyenyak sebab sekarang hidupku benar-benar terpuruk dalam uang yang sisa empat ratus delapan puluh ribu rupiah. Sedangkan gajian masih menunggu 29 hari lagi.Besok masih libur, jadi aku masak pun masih tidak terlalu capek, bagaimana nanti jika sudah bekerja. Astaga, punya istri kok tega pada suaminya begini.Jam dinding telah menunjukkan pukul dua belas malam. Namun, mataku belum juga terkantuk, sedangkan Nonik sudah menganga mulutnya. Aku coba ambil ponsel yang berada di dekatnya. Siapa tahu bisa cari tahu ada rahasia atau tidak yang bisa aku kuliti.Setelah ponsel genggam milik Nonik berada di tangan, aku usap dan coba lihat dari layar jendela depan lebih dulu. Tidak ada pesan masuk, itu artinya aman aku masuk ke chat WhatsApp miliknya. Namun, tiba-tiba saja kulihat ada aplikasi yang sangat asing kulihatnya. Warnanya hijau dan ada gambar pena, apa itu platform menulis tempat Nonik mendapatkan uang?Iseng-iseng jari ini mem

    Last Updated : 2023-10-24
  • Istriku Punya Penghasilan Sendiri   Bab 8

    Hatiku mencelos mendengar penuturan Pak Lukman barusan. Setega itukah Nonik terhadapku hingga menguras semua yang aku miliki."Terima kasih banyak, Pak informasinya," ucapku mengakhiri pembicaraan. Telepon pun terputus.Tidak mungkin aku izin dari pekerjaan hanya untuk mengurusi hal seperti ini. Alasan apa untuk keluar dan pulang? Yang ada penilaian kinerja nanti jadi buruk dan mengganggu kenaikan gaji tiap tahunnya.Menghubungi Nonik pun tidak aktif nomor teleponnya. Rasanya ingin marah saja pada wanita yang sudah menguras semuanya.Aku menutup tempat makan catering, lalu menghampiri Leman lagi yang sedang ngobrol bersama Santo."Man, gue mau ngobrol bentar," bisikku tepat di telinganya."Mau ngapain? Minjem duit lo ya?" celetuk Leman sengaja mempermalukan aku."Nggak lah, duit gue banyak. Nggak pernah gue minjem-minjem duit," timpalku agak keras. Leman memang terkenal sombong di pabrik. Mentang-mentang istrinya adalah seorang pengajar di sebuah sekolah dasar swasta. Namun, ia terken

    Last Updated : 2023-11-04
  • Istriku Punya Penghasilan Sendiri   Bab 9

    "Maaf, Pak. Kami tidak mau ikut campur. Maaf ya," ucap Pak Lukman sambil merangkul istrinya seraya memberikan kode untuk diam saja. Akhirnya aku kembali ke rumah. Lalu coba menghubungi Nonik kembali. Namun, belum juga mendapatkan jawaban dari Nonik. Akhirnya aku beranikan diri untuk menghubungi mertuaku, Papa Irsyad.Lama dering nada sambung berbunyi. Aku menunggunya sekitar empat kali nada sambung, barulah mertuaku mengangkat teleponnya."Assalamualaikum, Yud. Ada apa?" Mertuaku langsung menanyakan tujuan menghubunginya padahal aku belum menjawab salam darinya."Waalaikumsalam, Pah. Boleh tanya sesuatu nggak?" tanyaku balik."Ya, silakan tapi jangan lama-lama, Papa dan Mama mau berangkat ke Bogor, mau ke rumah neneknya Nonik," ujarnya. Apa Nonik ikut dengannya? "Nonik ikut, Pah?" tanyaku lagi."Emang Nonik mau ikut? Mana sini coba orangnya Papa mau bicara," jawabnya. Berati dugaanku salah. Nonik tidak sedang bersama papanya."Oh nggak, Pah. Aku cuma tanya, Nonik lagi beli gula di w

    Last Updated : 2023-11-05
  • Istriku Punya Penghasilan Sendiri   Bab 10

    "Papa, Mama, bukankah mau ke Bogor?" tanyaku sambil mengusap mata, berharap salah penglihatan ini. Namun, harapanku sia-sia ketika mereka berdua menyodorkan tangannya."Ya, tadi kami kepikiran ingin ngajak Nonik ke Bogor, atau barangkali kamu mau ikut juga?" Aku tercengang mendengar ucapan mertua."Emm, anu Pah, Nonik belum pulang," jawabku sambil mengusap leher."Loh, dari tadi belum pulang beli gula?" tanya papa penasaran. Ia masih ingat alasanku ketika ia tadi menghubunginya. "Iya, nih. Aku juga heran, kok tumben Nonik beli gula lama, apa sekalian beli bahan yang lain kali, Pah, Mah. Ayo masuk dulu," ajakku.Kulihat wajah mama mertua sedari tadi tidak bicara sedikit pun. Mukanya seperti tidak sudi menatapku, ada apa dengannya? Namanya Nuri, ia jarang ke rumah, yang sering menyambangi kami di sini memang hanya papa. Dari awal kami menikah, mama kurang sreg padaku. Katanya kami tidak akan cocok, mungkin dari perbedaan suku. Biasanya orang tua zaman dulu mempermasalahkan itu.Seben

    Last Updated : 2023-11-06
  • Istriku Punya Penghasilan Sendiri   Bab 11

    "Pak, haruskah sekarang saya pergi dari sini?" tanyaku padanya. "Iya, Pak. Maaf ya, tidak diberikan waktu lagi oleh Pak Satya," sahutnya membuat napasku terasa sesak.Nonik benar-benar tega padaku, ia jual semua yang aku punya. Ini tidak bisa dibiarkan, sebaiknya aku susul Nonik ke Bogor. Aku raih ponsel lalu menghubungi atasan lebih dulu, untuk mengajukan cuti satu hari supaya bisa menyelesaikan masalah ini.Setelah berhasil mengajukan cuti, aku segera berangkat tanpa membawa sehelai baju, hanya baju yang kukenakan yaitu pakaian kerja.Jarak antar Jakarta dengan Bogor lumayan jauh. Kalau tidak macet bisa tiba di sana sekitar pukul 20.00 WIB. Aku ke Bogor dengan menggunakan kereta api.***Lebih cepat dari yang kuperkirakan, aku tiba di depan rumah neneknya Nonik pukul 19:40 WIB. Rumahnya sudah sepi, tapi masih banyak anak-anak yang bermain. Aku ketuk pintunya lalu menunggu Nonik keluar. Namun, yang keluar hanya mertuaku, Mama Nuri. "Ngapain kamu ke sini?" tanyanya sambil berkacak

    Last Updated : 2023-11-06
  • Istriku Punya Penghasilan Sendiri   Bab 12

    Satu menit kemudian, pintu mobilnya dibuka olehnya. Kulihat wajah lelaki yang turun dari mobil. Pak Tommy, ia datang rumah ini. Mungkin ada perlu dengan Pak Irsyad. Namun, kali ini pakaian yang ia kenakan biasa saja, tidak berdasi dan tanpa jas, ia hanya mengenakan celana jeans dan sepatu layaknya pemuda. Ia mulai melangkah ke arah kami, kemudian setelah tiba di hadapan kami persis, ia meraih punggung tangan Papa Irsyad dan Mama Nuri."Apa kabar, Tom?" tanya papa mertuaku. "Baik, Om," jawabnya disertai punggung yang tertunduk seraya menunjukkan sopan santun. "Tumben ke sini, ada apa nih? Papamu sehat, kan?" tanya mertuaku lagi membuatku tiba-tiba mengernyitkan dahi.Bukankah Tommy adalah pengacara mertuaku yang ditugaskan olehnya untuk memberikan informasi tanah yang senilai dua milyar itu? Hingga akhirnya aku keceplosan bahwa memiliki uang dari gadai. Ah ini seperti teka-teki yang harus kuungkap. "Maaf, Pak Tommy bukankah pengacara ya?" tanyaku penasaran. Mertuaku dua-duanya ter

    Last Updated : 2023-11-07
  • Istriku Punya Penghasilan Sendiri   Bab 13

    "Leman, ngapain dia ke sini? Apa jangan-jangan ...." Aku bergumam sendirian, sebab terkejut melihat kedatangan Leman dan salah satu orang yang tidak kukenal.Mereka berdua melangkah ke arah kami, lalu segera menghampiri dan aku pun sontak menyapa Leman yang sedari tadi menyorotku penuh."Hai, Yud. Gimana kabar lo?" tanyanya membuatku sedikit terkekeh."Nggak usah pura-pura tanya kabar, ini apa maksudnya?" tanyaku balik.Kemudian, Nonik mempersilakan mereka untuk duduk, dan yang mengejutkan, Nonik memanggil Leman dengan sebutan Mas. Satu hal lagi yang membuatku tercengang, nama laki-laki yang bersama Leman adalah Satya. Aku menggelengkan kepala sambil tertawa kecil. Lelucon yang sangat membuatku tidak dapat berkata-kata lagi."Oh jadi kalian ini saling kenal, dan komplotan, gitu kan?" tanyaku ketika semua sudah duduk."Papa tidak tahu menahu maksud kalian, tolong jangan buat kegaduhan di rumah Nenek, kasihan Nenek masih harus istirahat," tutur papa mertuaku.Kebohongan Nonik juga suda

    Last Updated : 2023-11-08

Latest chapter

  • Istriku Punya Penghasilan Sendiri   Bab 16

    Aku dan Rasid mendekat, ada perasaan cemas saat ini. Kalau terjadi sesuatu dengan Mama Yuli, aku tidak bisa memaafkan diri sendiri. Tangan ini mengepal, meremas-remas seraya mengkhawatirkan. Begitu juga dengan Rasid, ia menyandarkan bahunya ke pundakku."Mas, apa karena kita tidak buru-buru operasi Mama?" tanya Rasid."Nggak juga, kita harus tunggu dokter keluar," jawabku menenangkan. Kemudian, salah seorang suster keluar dari ruangan untuk bicara dengan kami."Pak, barusan Bu Yuli kondisinya menurun lagi. Jadi operasi patah tulang ditunda dulu, justru Bu Yuli akan dipindahkan ke ruangan ICU," jelasnya. Itu artinya mama dalam keadaan tidak sadar? Astaga, aku mengelus dada, menahan tangis. Sedangkan Rasid, ia sudah menyeka sudut matanya. "Sus, Mama saya tidak sadarkan diri?" tanyaku sedikit panik."Iya, Pak. Bu Yuli koma," jawabnya. Aku dan Rasid menghela napas panjang. Tidak ada lagi yang bisa kami lakukan."Sus, kami akan urus administrasi untuk ke ruangan ICU. Tolong berikan pel

  • Istriku Punya Penghasilan Sendiri   Bab 15

    "Maaf, Pak, ada apa ya kalau boleh tahu?" tanyaku. Ada perasaan takut dan cemas bercampur aduk."Iya, saya mau mengabarkan bahwa Bu Yuli Karmila mengalami kecelakaan lalu lintas, sekarang ada di Rumah Sakit Grafika," ucapnya membuatku lemas seketika. Lututku bergetar seraya tak kuat menopang kedua kaki untuk berdiri tegak. Seandainya ada Nonik di sampingku, pasti takkan seperti ini. "Bagaimana kronologis nya, Pak?" tanyaku balik."Bu Yuli hendak menyeberang jalan, lalu ada motor melintas, pengendara sudah kami amankan," ucapnya membuatku bertambah linu. Tidak kebayang bagaimana kondisi mama saat ini.Aku tutup teleponnya setelah polisi menceritakan secara detail kronologis nya, dan setelah mengucapkan terima kasih atas informasinya. Kemudian, ambil segelas air putih untuk menenangkan diri sendiri. Setelah itu barulah bergegas ke rumah sakit untuk mengunjungi mama yang sedang membutuhkanku. Di perjalanan, aku terus memikirkan kondisi mama. Sekarang yang di pikiranku hanya mama, masal

  • Istriku Punya Penghasilan Sendiri   Bab 14

    "Itu mobil kamu, Mas, aku nggak ngejualnya," terang Nonik membuatku terperangah. Jadi, selama ini ia ambil kartu ATM, lalu menjual semuanya yang kumiliki hanya sandiwara?"Nonik, jujur aku nggak paham dengan semua ini," timpalku.Kemudian, papa mertuaku berdiri. Wajahnya terlihat garang seperti orang kesetanan."Papa rasa kamu sudah paham dan mengerti maksud Nonik. Jadi lebih baik kau pergi dari sini!" tekan papa sambil membentangkan tangannya ke arah luar.Tidak lama kemudian, orang yang membawa mobilku datang bersama Tari, istrinya Leman. Mereka berdua masuk dan menyodorkan tangannya untuk bersalaman.Tari duduk di sebelah Leman, ia tampak menyunggingkan senyuman di hadapanku. Sedangkan Papa Irsyad kini sudah kembali duduk di antara kami semua.Aku segera bersujud di kaki mertua yang sudah terlanjur kecewa padaku."Pah, aku minta maaf atas semua yang kulakukan, mungkin caraku salah telah menyiksa Nonik dengan jatah yang kuberikan," lirihku membuat semuanya hening. Sorotan mata tertu

  • Istriku Punya Penghasilan Sendiri   Bab 13

    "Leman, ngapain dia ke sini? Apa jangan-jangan ...." Aku bergumam sendirian, sebab terkejut melihat kedatangan Leman dan salah satu orang yang tidak kukenal.Mereka berdua melangkah ke arah kami, lalu segera menghampiri dan aku pun sontak menyapa Leman yang sedari tadi menyorotku penuh."Hai, Yud. Gimana kabar lo?" tanyanya membuatku sedikit terkekeh."Nggak usah pura-pura tanya kabar, ini apa maksudnya?" tanyaku balik.Kemudian, Nonik mempersilakan mereka untuk duduk, dan yang mengejutkan, Nonik memanggil Leman dengan sebutan Mas. Satu hal lagi yang membuatku tercengang, nama laki-laki yang bersama Leman adalah Satya. Aku menggelengkan kepala sambil tertawa kecil. Lelucon yang sangat membuatku tidak dapat berkata-kata lagi."Oh jadi kalian ini saling kenal, dan komplotan, gitu kan?" tanyaku ketika semua sudah duduk."Papa tidak tahu menahu maksud kalian, tolong jangan buat kegaduhan di rumah Nenek, kasihan Nenek masih harus istirahat," tutur papa mertuaku.Kebohongan Nonik juga suda

  • Istriku Punya Penghasilan Sendiri   Bab 12

    Satu menit kemudian, pintu mobilnya dibuka olehnya. Kulihat wajah lelaki yang turun dari mobil. Pak Tommy, ia datang rumah ini. Mungkin ada perlu dengan Pak Irsyad. Namun, kali ini pakaian yang ia kenakan biasa saja, tidak berdasi dan tanpa jas, ia hanya mengenakan celana jeans dan sepatu layaknya pemuda. Ia mulai melangkah ke arah kami, kemudian setelah tiba di hadapan kami persis, ia meraih punggung tangan Papa Irsyad dan Mama Nuri."Apa kabar, Tom?" tanya papa mertuaku. "Baik, Om," jawabnya disertai punggung yang tertunduk seraya menunjukkan sopan santun. "Tumben ke sini, ada apa nih? Papamu sehat, kan?" tanya mertuaku lagi membuatku tiba-tiba mengernyitkan dahi.Bukankah Tommy adalah pengacara mertuaku yang ditugaskan olehnya untuk memberikan informasi tanah yang senilai dua milyar itu? Hingga akhirnya aku keceplosan bahwa memiliki uang dari gadai. Ah ini seperti teka-teki yang harus kuungkap. "Maaf, Pak Tommy bukankah pengacara ya?" tanyaku penasaran. Mertuaku dua-duanya ter

  • Istriku Punya Penghasilan Sendiri   Bab 11

    "Pak, haruskah sekarang saya pergi dari sini?" tanyaku padanya. "Iya, Pak. Maaf ya, tidak diberikan waktu lagi oleh Pak Satya," sahutnya membuat napasku terasa sesak.Nonik benar-benar tega padaku, ia jual semua yang aku punya. Ini tidak bisa dibiarkan, sebaiknya aku susul Nonik ke Bogor. Aku raih ponsel lalu menghubungi atasan lebih dulu, untuk mengajukan cuti satu hari supaya bisa menyelesaikan masalah ini.Setelah berhasil mengajukan cuti, aku segera berangkat tanpa membawa sehelai baju, hanya baju yang kukenakan yaitu pakaian kerja.Jarak antar Jakarta dengan Bogor lumayan jauh. Kalau tidak macet bisa tiba di sana sekitar pukul 20.00 WIB. Aku ke Bogor dengan menggunakan kereta api.***Lebih cepat dari yang kuperkirakan, aku tiba di depan rumah neneknya Nonik pukul 19:40 WIB. Rumahnya sudah sepi, tapi masih banyak anak-anak yang bermain. Aku ketuk pintunya lalu menunggu Nonik keluar. Namun, yang keluar hanya mertuaku, Mama Nuri. "Ngapain kamu ke sini?" tanyanya sambil berkacak

  • Istriku Punya Penghasilan Sendiri   Bab 10

    "Papa, Mama, bukankah mau ke Bogor?" tanyaku sambil mengusap mata, berharap salah penglihatan ini. Namun, harapanku sia-sia ketika mereka berdua menyodorkan tangannya."Ya, tadi kami kepikiran ingin ngajak Nonik ke Bogor, atau barangkali kamu mau ikut juga?" Aku tercengang mendengar ucapan mertua."Emm, anu Pah, Nonik belum pulang," jawabku sambil mengusap leher."Loh, dari tadi belum pulang beli gula?" tanya papa penasaran. Ia masih ingat alasanku ketika ia tadi menghubunginya. "Iya, nih. Aku juga heran, kok tumben Nonik beli gula lama, apa sekalian beli bahan yang lain kali, Pah, Mah. Ayo masuk dulu," ajakku.Kulihat wajah mama mertua sedari tadi tidak bicara sedikit pun. Mukanya seperti tidak sudi menatapku, ada apa dengannya? Namanya Nuri, ia jarang ke rumah, yang sering menyambangi kami di sini memang hanya papa. Dari awal kami menikah, mama kurang sreg padaku. Katanya kami tidak akan cocok, mungkin dari perbedaan suku. Biasanya orang tua zaman dulu mempermasalahkan itu.Seben

  • Istriku Punya Penghasilan Sendiri   Bab 9

    "Maaf, Pak. Kami tidak mau ikut campur. Maaf ya," ucap Pak Lukman sambil merangkul istrinya seraya memberikan kode untuk diam saja. Akhirnya aku kembali ke rumah. Lalu coba menghubungi Nonik kembali. Namun, belum juga mendapatkan jawaban dari Nonik. Akhirnya aku beranikan diri untuk menghubungi mertuaku, Papa Irsyad.Lama dering nada sambung berbunyi. Aku menunggunya sekitar empat kali nada sambung, barulah mertuaku mengangkat teleponnya."Assalamualaikum, Yud. Ada apa?" Mertuaku langsung menanyakan tujuan menghubunginya padahal aku belum menjawab salam darinya."Waalaikumsalam, Pah. Boleh tanya sesuatu nggak?" tanyaku balik."Ya, silakan tapi jangan lama-lama, Papa dan Mama mau berangkat ke Bogor, mau ke rumah neneknya Nonik," ujarnya. Apa Nonik ikut dengannya? "Nonik ikut, Pah?" tanyaku lagi."Emang Nonik mau ikut? Mana sini coba orangnya Papa mau bicara," jawabnya. Berati dugaanku salah. Nonik tidak sedang bersama papanya."Oh nggak, Pah. Aku cuma tanya, Nonik lagi beli gula di w

  • Istriku Punya Penghasilan Sendiri   Bab 8

    Hatiku mencelos mendengar penuturan Pak Lukman barusan. Setega itukah Nonik terhadapku hingga menguras semua yang aku miliki."Terima kasih banyak, Pak informasinya," ucapku mengakhiri pembicaraan. Telepon pun terputus.Tidak mungkin aku izin dari pekerjaan hanya untuk mengurusi hal seperti ini. Alasan apa untuk keluar dan pulang? Yang ada penilaian kinerja nanti jadi buruk dan mengganggu kenaikan gaji tiap tahunnya.Menghubungi Nonik pun tidak aktif nomor teleponnya. Rasanya ingin marah saja pada wanita yang sudah menguras semuanya.Aku menutup tempat makan catering, lalu menghampiri Leman lagi yang sedang ngobrol bersama Santo."Man, gue mau ngobrol bentar," bisikku tepat di telinganya."Mau ngapain? Minjem duit lo ya?" celetuk Leman sengaja mempermalukan aku."Nggak lah, duit gue banyak. Nggak pernah gue minjem-minjem duit," timpalku agak keras. Leman memang terkenal sombong di pabrik. Mentang-mentang istrinya adalah seorang pengajar di sebuah sekolah dasar swasta. Namun, ia terken

DMCA.com Protection Status