Part39
Hesti hamil, hamil, kata-kata itu selalu terngiang-ngiang di ingatanku, melihat Naomi bertindak brutal di hari terburuk bagiku dan keluarga, kehilangan Ibu yang sangat aku sayangi, kini, bahkan ocehan nya pun tak bisa ku dengar lagi.Dari kecil hingga dewasa, aku memang begitu dekat dengan Ibu, di banding Ayah, yang selalu sibuk dengan bisnis nya. Ibu meskipun sibuk, tapi Ia selalu memperhatikan ku. Hatiku meringis pilu, kini Ibu telah berpulang untuk selama-lamanya. Maafkan Danu, yang tidak memenuhi keinginan Ibu semasa hidup, tapi kini Hesti hamil, Bu. Cucu yang Ibu inginkan. Aku kecewa atas sikap Naomi, aku bahkan malu rasanya dengan tingkah nya saat itu. Aku terpaksa mengusir nya meskipun hati ini berat. Biarlah ku berikan pelajaran dahulu untuknya, agar nantinya Ia tak semena-mena terhadap ku.Aku ingin tetap bersama Hesti, juga bersama Naomi, itu menjadi bagian impian ku. Aku terus mepetPart39Hesti hamil, hamil, kata-kata itu selalu terngiang-ngiang di ingatanku, melihat Naomi bertindak brutal di hari terburuk bagiku dan keluarga, kehilangan Ibu yang sangat aku sayangi, kini, bahkan ocehan nya pun tak bisa ku dengar lagi.Dari kecil hingga dewasa, aku memang begitu dekat dengan Ibu, di banding Ayah, yang selalu sibuk dengan bisnis nya. Ibu meskipun sibuk, tapi Ia selalu memperhatikan ku.Hatiku meringis pilu, kini Ibu telah berpulang untuk selama-lamanya. Maafkan Danu, yang tidak memenuhi keinginan Ibu semasa hidup, tapi kini Hesti hamil, Bu. Cucu yang Ibu inginkan.Aku kecewa atas sikap Naomi, aku bahkan malu rasanya dengan tingkah nya saat itu. Aku terpaksa mengusir nya meskipun hati ini berat. Biarlah ku berikan pelajaran dahulu untuknya, agar nantinya Ia tak semena-mena terhadap ku.Aku ingin tetap bersama Hesti, juga bersama Naomi, itu menjadi bagian impian ku.Aku terus mepet
Part40*Pov Naomi*Haruskah ku lenyapkan Hesti dan Bayi nya? Kalau ku biarkan, bisa saja mereka nanti nya akan menjadi penghalang hubungan ku dan Mas Danu. Tapi bagaimana caranya, melenyapkan nyawa orang begitu saja itu sulit.Bisa-bisa aku bakal masuk bui, otakku terus mencari cara, agar aku bisa segera bersatu dengan Mas Danu.Uekk, huh, kenapa ini? Rasanya perutku terus mual hari ini.Apa jangan-jangan aku? Ah, kacau! Aku sudah telah hampir dua bulan.Apa aku hamil? Anak bajingan itu!.Seketika aku langsung histeris, aku benar-benar kacau dan frustasi, masalah terus saja datang menghampiri ku.Aku segera keluar, membeli alat kontrasepsi ke apotek terdekat.Selesai membeli aku segera pulang.Agrrh, setelah ku cek alat pendeteksi kehamilan tersebut, betapa terkejutnya aku, rasanya seperti mimpi buruk.Aku hamil, anak bajingan itu, seketika tubuh ku li
Part41Aku menatap nanar ke arah Bi Sari yang berang melihatku, Ia terus berusaha mengusirku menjauh dari Hesti. Tapi aku pun terus berusaha bertahan, biar bagaimanapun Hesti masih Istri Sah ku.Dokter keluar dari ruangan Hesti, aku dan Bi Sari tergopoh-gopoh menuju ke arah Dokter tersebut."Dok, bagaimana keadaan ponakan saya?" Ujar bi Sari sambil terisak."Ia belum sepenuhnya sadar dari obat bius, pasien mendapat luka robek di kepala, dan mendapatkan lima jahitan, kandungan nya juga melemah. Sekarang pasien kita biarkan beristirahat terlebih dahulu," jelas Dokter sambil mengulas senyum ia berjalan menuju ruangan nya.Aku hanya bisa terdiam, semoga Hesti dan anakku tidak apa-apa. Aku mengusap kasar wajahku."Mas, ayo kita pulang!" Rengek Naomi. Sebenarnya ingin sekali aku marah dan mengamuk, tapi aku mencoba menahan diri."Pulang lah Naomi, jangan membuat ku lepas kendali." Ujar ku pelan, berharap ia
Part42Aku panik, membayangkan keadaan Hesti saat ini, aku sangat khawatir dan ketakutan. Pikiran buruk terus membayang-bayangi ku.Aku berusaha menghubungi bi Sari, agar aku tahu kabar Hesti saat ini, namun tidak ada jawaban sama sekali, apakah Hesti saat ini dalam kondisi tidak baik-baik saja, hingga untuk menjawab telepon dari ku pun bi Sari tidak bisa. Aggrrhhhh, aku mengusap kasar wajahku.Dering telepon masuk membuyarkan lamunanku, aku spontan meraih gawaiku, tanpa melihat si pemanggil aku langsung mengangkat dan bertanya-tanya seakan-akan yang menelpon ku adalah bi Sari.*Mas, kamu ngomong apa, sih. Ini aku Naomi!" Ucap Naomi dari sambungan telepon.Seketika aku tersentak, ku lihat kembali gawaiku, ternyata bukan bi Sari, seketika rasa kecewa menyeruak di dalam dada. Tanpa menjawab Naomi, ku bantik gawai miliku ke lantai rumah sakit. Hancur lebur benda pipih itu tergeletak di lantai berserakan, seperti inilah
Part43Aku terus mencoba menghubungi Bi Sari, tapi tak pernah sekalipun Ia menjawab panggilan ku.Sebulan sudah berlalu, setiap hari pula aku bolak balik rumah Hesti, berharap rumah itu segera kedatangan penghuni nya. Nyata nya nihil.Aku mencari informasi keberadaan rumah sakit Hesti di rawat, namun pihak rumah sakit sebelum nya tidak mau memberitahu ku, sebab itu permintaan keluarga pasien, begitulah alasan mereka, ketika aku bertanya.Tiba saatnya keluarga Naomi menuntut tanggung jawabku, sebab mereka khawatir perut Naomi makin membesar, dan akan membuat keluarga mereka malu.Aku masih berusaha mengelak dan meminta waktu, bagaimana mungkin dengan keadaan seperti ini, aku menikahi Naomi, sedangkan Istriku? Aku bahkan tidak tahu kabar nya lagi, masih hidup kan atau telah tiada.Agrrrhh, ku usap kasar wajahku."Danu, kami tidak bisa menunggu lagi, sekarang kamu mau bertanggung jawab dengan
Part44Tiba hari, dimana aku dan Naomi akan melangsungkan resepsi pernikahan kedua kami di hotel bintang lima, dan undangan pun hanya untuk keluarga besar Naomi dan para relasi bisnis Papahnya. Resepsi ku gelar secara private, tetapi entah bagaimana, kabar pernikahan ku dan Naomi sampai ke telinga Tante Andi.Bahkan Hesti pun mengucapkan selamat padaku melalu pesan singkat. Aku tertegun sejenak, ketika mendapat panggilan telepon dari Tante Andin yang mengamuk dan memaki ku.Aku sudah bersiap duduk di pelaminan seorang diri, sedangkan Naomi masih dikamar nya, di rias secantik mungkin oleh perias handal kepercayaan keluarga nya."Danu! Bedebah." Teriakkan memekik menyeru namaku, aku menoleh ke asal suara itu, bahkan kini semua tamu memandang padanya.'Tante Andin' dia memandang sinis padaku, dengan tangan mengepal. Namun masih membeku di tempat ia berdiri.Aku pun merasa darahku mendesir hebat, tubuh gemetar, dan degub
Part45Aku benar-benar gak nyangka, Naomi telah pergi secepat ini, padahal Ia sangat ingin bisa hidup bersamaku. Perihal alasan di balik kematian nya, aku tak mau ambil pusing lagi, aku hanya berharap Allah mengampuni segala dosa nya, menerima amal ibadah nya.'Mas ikhlas sayang' lirihku menatap tanah yang masih basah bertabur bunga segar.Kedua orang Tua nya memutuskan untuk kembali ke kota tempat tinggal mereka, aku mengurus pengajian untuk Naomi sampai selesai."Mas..., " suara itu, aku menoleh kebelakang, benar saja, suara itu aku mengenali nya."Hesti." Aku menatap nya kaku, beberapa bulan aku tak melihatnya, tak tahu kabarnya, kini ia datang menemui ku.Ia mendekat, sambil mengulas senyum tipis diwajah manisnya."Kamu yang kuat, yang sabar dan harus ikhlas," ucapnya sambil meraih telapak tanganku."Terimakasih, Insya Allah aku sudah ikhlas. Kamu bagaimana keadaan nya? Bayi
Part46•pov Mama Naomi•"Pah, sudah denger kabar tentang Danu belum?" Tanyaku sambil duduk di samping nya."Gak ada, kenapa emang nya? Mah." Tanya nya sambil mengernyitkan dahi."Danu rujuk lagi sama Istrinya yang pernah di talak waktu itu. Mamah jujur aja Pah, masih janggal dengan kematian nya anak kita, apa mungkin ini ulah perbuatan si Hesti itu ya, Pah?""Hush..., gak boleh Mamah berprasangka tidak baik begitu!" Ucapnya menatap lekat wajahku.Aku mendesah kasar membalas tatapannya."Pah, wajar Mamah curiga, kematian Naomi itu gak wajar, bahkan kematian nya bertepatan dengan hari pernikahan kedua nya. Bisa saja Hesti gak terima semua itu, lalu sakit hati dan melakukan jalan halus untuk membunuh Naomi!" Jelasku menggebu-gebu.Suami ku sejenak terdiam. Ia bahkan tidak menjawab atau menyanggah pemikiran ku lagi.Aku benar-benar tidak terima rasanya, kematian Naomi begitu mend