Part44
Tiba hari, dimana aku dan Naomi akan melangsungkan resepsi pernikahan kedua kami di hotel bintang lima, dan undangan pun hanya untuk keluarga besar Naomi dan para relasi bisnis Papahnya. Resepsi ku gelar secara private, tetapi entah bagaimana, kabar pernikahan ku dan Naomi sampai ke telinga Tante Andi.Bahkan Hesti pun mengucapkan selamat padaku melalu pesan singkat. Aku tertegun sejenak, ketika mendapat panggilan telepon dari Tante Andin yang mengamuk dan memaki ku.Aku sudah bersiap duduk di pelaminan seorang diri, sedangkan Naomi masih dikamar nya, di rias secantik mungkin oleh perias handal kepercayaan keluarga nya."Danu! Bedebah." Teriakkan memekik menyeru namaku, aku menoleh ke asal suara itu, bahkan kini semua tamu memandang padanya.'Tante Andin' dia memandang sinis padaku, dengan tangan mengepal. Namun masih membeku di tempat ia berdiri.Aku pun merasa darahku mendesir hebat, tubuh gemetar, dan degubPart45Aku benar-benar gak nyangka, Naomi telah pergi secepat ini, padahal Ia sangat ingin bisa hidup bersamaku. Perihal alasan di balik kematian nya, aku tak mau ambil pusing lagi, aku hanya berharap Allah mengampuni segala dosa nya, menerima amal ibadah nya.'Mas ikhlas sayang' lirihku menatap tanah yang masih basah bertabur bunga segar.Kedua orang Tua nya memutuskan untuk kembali ke kota tempat tinggal mereka, aku mengurus pengajian untuk Naomi sampai selesai."Mas..., " suara itu, aku menoleh kebelakang, benar saja, suara itu aku mengenali nya."Hesti." Aku menatap nya kaku, beberapa bulan aku tak melihatnya, tak tahu kabarnya, kini ia datang menemui ku.Ia mendekat, sambil mengulas senyum tipis diwajah manisnya."Kamu yang kuat, yang sabar dan harus ikhlas," ucapnya sambil meraih telapak tanganku."Terimakasih, Insya Allah aku sudah ikhlas. Kamu bagaimana keadaan nya? Bayi
Part46•pov Mama Naomi•"Pah, sudah denger kabar tentang Danu belum?" Tanyaku sambil duduk di samping nya."Gak ada, kenapa emang nya? Mah." Tanya nya sambil mengernyitkan dahi."Danu rujuk lagi sama Istrinya yang pernah di talak waktu itu. Mamah jujur aja Pah, masih janggal dengan kematian nya anak kita, apa mungkin ini ulah perbuatan si Hesti itu ya, Pah?""Hush..., gak boleh Mamah berprasangka tidak baik begitu!" Ucapnya menatap lekat wajahku.Aku mendesah kasar membalas tatapannya."Pah, wajar Mamah curiga, kematian Naomi itu gak wajar, bahkan kematian nya bertepatan dengan hari pernikahan kedua nya. Bisa saja Hesti gak terima semua itu, lalu sakit hati dan melakukan jalan halus untuk membunuh Naomi!" Jelasku menggebu-gebu.Suami ku sejenak terdiam. Ia bahkan tidak menjawab atau menyanggah pemikiran ku lagi.Aku benar-benar tidak terima rasanya, kematian Naomi begitu mend
Part47•pov Hesti•Memberi kesempatan kedua untuk Mas Danu, bukan hanya sekedar demi cinta dan rumah tangga yang utuh, tapi demi si buah hati, agar ia tetap memiliki cinta kasih kedua orang tua nya.Mas Danu bercerita banyak tentang kematian janggal Naomi, aku pun gak begitu heran, sebab dari perubahan Mas Danu yang seketika bengitu lengket pada Naomi, juga penemuan ku pada botol kecil berisi rambut dan kain kasa di lemari Ibu mertua tempo hari, akhirnya mulai terjawab semua kebingungan ku saat itu.Mendiang Ibu mertua, saat ia sakit pernah berucap meminta maaf atas segala perbuatan nya, serta ia meminta maaf atas Danu yang saat itu sangat jauh berbeda. Bahkan saat Ibu tidur, aku sering melihat ia tertawa, menangis bahkan meminta tolong dan memohon untuk tidak di ganggu.Kadang ku bangunkan ia, aku bertanya ia kenapa, jawabannya selalu sama, hanya mimpi buruk.Tapi itu hampir tiap malam.
Part48POV HestiSiapa lagi yang tega mengganggu kedamaian keluarga kecil kami? Selama ini aku merasa tak memiliki satu pun musuh, tapi mengapa ada orang yang tega meneror ketenangan keluarga kami.TringggggSuara nada dering pesan di gawaiku membuyarkan lamunanku.(Nyawa di bayar nyawa!) Aku tersentak membaca isi pesan ancaman tersebut. Dari siapa ini? Tubuh ku tiba-tiba gemeteran.Prannnkkkkkk ...'Bunyi kaca pecah lagi', aku segera keluar dari kamar mencari keberadaan asisten rumah tangga yang baru mulai bekerja hari ini."Bi... Bi Ijah!" Aku berteriak-teriak memanggil Bi Ijah, mantan asisten rumah tangga mas Danu duhulu saat tinggal dirumah mendiang Ibu mertua.Tidak ada sahutan sama sekali dari Bi Ijah, aku mencari ke dapur, dan halaman belakang, aku terperanjat melihat kaca pecah yang ternyata berasal dari halaman belakang rumah, tapi tak ada seorang pun disini.Perasa
Part 49Polisi akhirnya mulai menyelediki laporanku, aku yakin, penculikan ini pasti ada campur tangan Satpam yang baru sehari bekerja dirumah kami.Mas Danu tergopoh-gopoh berlari menuju ke arah kami semua berdiri."Sayang! Sayang mana bayi kita?" tanya nya dengan nafas memburu, wajah basah keringat dan memerah.Aku menangis sesenggukan kembali, teringat keadaan bayiku yang sudah menghilang selama 5 jam ini."Mas, kamu dapat Satpam dari mana?" tanyaku dengan wajah datar."Satpam, ia rekomendasi dari Mamah nya Naomi," jawabku."Apa? Kenapa Mamah nya Naomi rekomendasi ke Mas Danu tentang Satpam itu. apakah Mas bercerita padanya bahwa Mas nyari Satpam?" tanyaku panjang lebar menatap lekat wajahnya itu."Ada, cuma waktu itu kebetulan Mas sama Mamah Naomi ketemu diluar, Mas ngobrol sebentar lalu mengatakan padanya bahwa Mas nyari petugas keamanan!" jelasku."Mas, apa Mas gak curiga?
Part 50•POV Mamah Naomi•"Apa? Kamu buron?" Aku tersentak kaget."Iya, aku terlalu lama bersembunyi membawa bayi mereka!""Bedebah, kenapa kamu bisa seceroboh itu!" Aku kesal langsung membanting gawaiku ke lantai. Hancur berserakan.Aku benci mendengar kabar itu, aku benci jika harus memikirkan masalah yang akan aku hadapi.Seceroboh itu, aku salah memilih orang untuk bermain.Hesti!!! Aku benci, gara-gara kamu dan Danu, anakku meregang nyawa sia-sia.Aku tidak akan ikhlas dan rela melihat kebahagiaan kalian. Akan ku hancurkan.Aku menghela nafas panjang, mencoba mengendalikan diri, gugup kini menyerang tubuhku, pikiran mulai pusing dengan segala kemelut hidup yang melilit hati. Dendam mendarah daging ditubuh ini kian membara, sebelum hancur aku takkan mundur.Ku pandangi gawaiku yang hancur berserakan, aku mendekat, kuraih gawai itu, aku lemparkan kesana ke
Part51Semenjak Satpam gadungan itu tertangkap, memang keadaan sudah mulai membaik, bahkan rumah tidak mengerikan seperti dahulu, hidup kami sudah mulai membaik lagi.Mas Danu, ia makin sering perhatian pada aku dan anaknya, ia begitu terlihat sangat mencintai kami.Suara ketukan pintu luar menggema, aku yang bersantai diruang keluarga bersama anakku, langsung kuraih laptop yang ada dimeja, sebelum membuka pintu, aku terbiasa ngecek keadaan rumah dari CCTV yang tersambung di laptopku.'Ayah? Apakah ini Ayah dan keluarga nya'gumamku dalam hati."Bi, bukain saja pintunya, suruh tunggu diruang tamu!"titahku, Aku bersiap-siap menyambut mereka, namun, terlebih dahulu ku kirimkan pesan untuk Mas Danu.Pesan singkat dari aplikasi berwarna hijau.[ Mas, Ayah datang kemari bersama keluarga barunya ] sendt ...[ Serius? Ngapain mereka datang?] balasnya.[ Belum tahu, nanti ku kabari
Part52Akhir-akhir ini, mas Danu sering pulang tengah malam, bahkan kadang bisa pagi hari baru pulang. Alasannya banyak kerjaan, tapi ko firasatku berkata lain, ada hal yang ia sembunyikan."Selamat malam," sapa Mas Danu, saat memasuki kamar kami, raut lelah tergambar di wajah gantengnya. Aku tersenyum, lalu mencium takzim punggung tangannya.Mas Danu masuk kekamar mandi yang tersedia didalam kamar kami, ia membersihkan diri, lalu menghempaskan tubuh diatas ranjang.Aku sambil fokus menggendong bayi kami yang lagi menyusu.Bunyi getar handphone terdengar berderit diatas laci nakas samping ranjang, aku mendekat ke arah benda pipih itu terletak.Panggilan seseorang yang disebut Pak Dira. Mungkin panggilan penting, sebab jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, tapi masih ada panggilan telepon.Aku mengangkatnya, sebelum aku bersuara, terdengar suara lebih dahulu dari sebrang telepon dengan nada marah.