Part28
Pov Hesti"Hesti, ayo makan, Sayang!" Ajak bi Sari padaku, ntah kenapa, sepulang dari Rumah Sakit, aku sering pusing dan mual.Apa karena efek obat dari Dokter, atau karna benturan keras tempo hari di kepalaku, jadi sekarang aku sering mengalami pusing dan mual."Bibi saja lah, ya, Naomi pusing banget, Bi. Mual-mual juga terus. Takut muntah-muntah." jawabku ke Bi Sari ."Mual? Muntah? Kamu tamu bulanannya gimana? Sudah ada datang gak bulan ini?" tanya bi Sari lagi sambil menatapku penasaran."Oh, iya, terakhir bulan tadi aja, Bi. Ini sudah telat 3 minggu, aku juga gak pake kontrasepsi." jawabku polos."Jangan-jangan kamu hamil Sayang, punya testpack gak?" "Ada di laci, sisa 1 terakhir." sambil menunjukan ke Bi Sari letak testpack nya.Bi Sari segera membuka laci tersebut dan mengambilnya."Ayo, kekamar mandi, kita cek dulu!" Bi Sari memegang lenganku, membantuku ke kaPart29°Pov Hesti°Aku memutuskan untuk tidak memberitahu mas Danu tentang kehamilanku, biarkan saja penyesalan datang padanya suatu hari nanti.Mas Danu menepati janjinya, membelikanku perlengkapan isi kamar semua baru, aku senang, tapi aku juga sedih. Ntahlah perasaan ini mendadak hampa. Kuelus perut yang masih rata, aku sangat berharap segera bisa bertemu bayiku. Perasaan di hati mendadak mengebu-gebu.[Terimakasih, Mas sudah memenuhi semua permintaanku! semoga pernikahannya lancar. Maaf aku tidak bisa hadir]Sendt... Kukirim pesan singkat itu ke mas Danu melalui aplikasi berwarna hijau.[Sama-sama, semoga kamu senang, emm..., Pernikahan masih ditunda, sedikit pelik][Kenapa][Gak apa-apa, kamu hadir ya, Mas sudah pilihkan gaun spesial buat kamu]'Aku mengernyitkan dahi, mas Danu, apakah hatimu sudah membeku. Memintakudatang untuk menyaksikan ke bahag
Part30°Pov Naomi°Tringg...Notifikasi pesan berlogo hijau masuk ke gawai milikku, Kuraih benda pipih yang terletak di sampingku, sambil selonjoran di atas kasur, kubuka pesan tersebut.Dari mas Danu.[Dek, Ibu masuk rumah sakit.]Deg..., apakah ini tandanya wanita Tua itu akan segera mati? Padahal baru saja aku melakukan ritual itu dua kali. Hmmm, kuraih boneka bergambarkan wajah Bu Eliza (Ibunya mas Danu) 'matilah kamu! Aku malas punya mertua tak berguna, aku juga gak bakal sudi ngurusin kamu.' Aku menggerutu sambil mengumpat boneka yang ada gambar wajah Bu Eliza, rasanya puas, sebentar lagi mati itu orang, tersenyum sinis.[Hah? Kok bisa sih, Mas] sendt..., aku berpura-pura kaget, padahal aku jelas lebih tahu. Tapi setidaknya aku akan terus memantaunya. Dari mas Danu, aku bisa lebih tahu kondisi wanita Tua itu, semoga saja kali ini dia akan mati.[Gak tau, tiba-tiba aneh aja, do
Part31°POV HESTI°Tring.. tring.. tring..Notifikasi pesan berlogo hijau muncul di atas layar gawaiku. Segera kuraih benda pipih tersebut, dan kubuka isi pesan tersebut, dari mas Danu.[Ti, Ibu sudah meninggal, tolong maafin semua kesalahan Ibu semasa hidup, ya, Ti]Deg.. meninggal, Ya Allah Ibu, inalillahi wa innailaihi rojiun. Semoga amal ibadah Ibu diterima Allah SWT, aamiin ya rabbal alamin, doaku dalam hati.[Inalillahiwa innailaihi rojiun. Semoga amal ibadah Ibu diterima Allah SWT, aamiin ya rabbal alamin, mas yang tabah, ikhlaskan Ibu, Hesti sudah memaafkan segala kekhilafan Ibu semasa hidup.]Send, kukirim pesan balasan dengan perasaan campur aduk.'Bu, kamu tak sempat menimang cucu, cucu yang begitu menjadi opsesimu, hingga sanggup mencerai beraikan keluarga kecilku. Tapi aku ikhlas atas segalanya, semoga Ibu tenang dialam sana. Berada di sisi yang maha kuasa.' gumam
Part32Jenazah Ibu telah tiba di rumah duka, di sambut tangis pilu keluarga yang kehilangan, aku pun terbawa suasana duka, terlebih Tante Andin menangis tersedu-sedu sambil memelukku, ketika jenazah Ibu di bawa masuk ke dalam rumah.Aku begitu merasakan betapa sakitnya kehilangan, terutama orang yang begitu mereka kasihi.Seluruh kerabat Ibu duduk di depan Jenazah Ibu yang terbaring kaku, semua menangis, bahkan aku berkali-kali menguatkan Tante Andin. Mas Danu mendekat setelah membayar biaya ambulance yang mengantar mereka, ia nampak terdiam memandangi wajah dingin, kaku yang tak lagi bergerak itu."Ibu," lirihnya, tubuhnya meluruh di lantai, tepat di samping jenazah Ibunya itu.Tangisnya pecah, suaranya tersedu-sedu mengundang tangis banyak yang mendengarnya, sambil beberapa kali mengucapkan maaf pada Ibunya.Tante Andin mendekat ke arah Danu dan memeluknya, mereka berusaha saling menguatkan. Nyata kehilangan itu adalah hal yang menya
Part33°POV Naomi°"Hentikan! Jangan terus mempermalukan diri sendiri, Naomi!" hardik Papah padaku, seraya mendorong lenganku keluar rumah, Mas Danu.Aku menatap nanar ke wajah Papah, ada guratan kekecewaan jelas terpancar dari matanya, apakah aku benar-benar membuat nya malu hari ini. Aku benar-benar tidak kuasa menahan rasa, aku takut sekali kehilangan, Mas Danu, biar bagaimanapun aku sangat menginginkannya.Aku gak bisa, membiarkannya dekat lagi dengan, Hesti. Aku lah calon Istrinya yang berhak. Tapi kenyataannya, hari ini aku terbuang, bahkan aku di permalukan. Bukan hanya aku yang menanggung malu, tapi kedua Orang Tuaku juga.Kutatap wajah Mamah, Mamah menatapku pilu, matanya berembun. Namun mulutnya tertutup rapat."Masuk!" titah Papah, sambil membuka pintu mobil. Aku pun mengangguk dan segera masuk, sepanjang jalan kami sibuk dengan pikiran masing-masing.'Apakah pelet untuk mas D
Part34°pov Naomi°'Aku benar-benar stress, kuputuskan menuju tempat hiburan malam, aku harus menyenangkan diri.Kalau terus begini aku bisa gila.'Sepanjang jalan aku terus berteriak histeris di dalam mobil, sambil kupukul-pukul kemudiku.Sesampainya di tempat yang menjadi tujuan pelampiasan segala masalahku.Aku pun parkir dan berjalan menuju pintu masuk hiburan malam yang ada di salah satu kota ini.Aku duduk sambil memesan beberapa minuman alkohol. Aku menghabiskan satu botol minuman haram itu."Hay, Naomi!" seru seseorang sambil menepuk pundakku, aku pun menoleh ke arahnya."Hay, Rehan!, Kamu di sini?" tanyaku mengernyitkan dahi, Rehan ini teman semasa aku kuliah, hanya beda jurusan."Yoi, lagi ngadain party bareng teman-teman, mau gabung?" tawarnya padaku, sambil memangkat telapak tangannya.Dari pada sepi sendiri, lebih baik aku ikut bersamanya.
Part35°pov Naomi°"Akan celaka?" Aku mengulang ingatan tentang larangan yang pernah Mbah Kunti sebutkan."Ya, itu benar, akan tetapi, wanita itu lebih dulu menerima upahnya. Salah-salah memang nyawa taruhannya," ucap Mbah Kunti, sambil manggut-manggut tak jelas."Lalu? Bagaimana dengan, Saya? Mbah," tanyaku memelas, berharap ada jalan keluar dari Mbah Kunti, aku gak mau celaka, aku belum nikah, umurku masih terlalu muda untuk mati. aku menggerutu dalam hati, sambil menatap nanar ke arah Mbah Kunti.Mbah Kunti tersenyum."Ada satu cara, agar kamu terhindar dari akibat buruk botol itu. Kamu harus mandi kembang tujuh rupa, dan berkeliling rumah tuhukali di malam Jum'at Kliwon, tanpa mengenakan apapun, saya akan memberikan air, untuk kamu gunakan mandi.""Saya bersedia, Mbah, saya mau." Aku tergagap-gagap, setidaknya aku memiliki harapan, aku tak mau mati konyol seperti Bu Eliza.
Part36*POV Ayah*"Mas, mas sudah sadar?" Perempuan itu tersenyum menatapku, matanya berkaca-kaca. Sedangkan aku, aku bingung apa yang terjadi?."Dimana ini?" Tanyaku, masih kebingungan.Ku tatap lagi wanita ini, Ayu Tyas. Istri kedua ku. Lalu, dimana Danu dan Eliza? Mereka tak datang atau sudah membuang ku, mungkin saja mereka sudah mengetahui semuanya."Mas, mas dirumah sakit, Mas maafkan aku, ya! Aku yang membuat mas seperti ini!" Dia tertunduk, sambil memegang erat telapak tanganku.Flashback."Ayu, aku ingin kita sudahi saja pernikahan ini! Aku, merasa bersalah pada Danu dan Ibunya. Terlebih sekarang ini, menantuku seakan menuai karma dari kelakuan ku. Ibunya Danu memaksa Danu untuk menikah lagi. Wanita itu, Istrinya Danu terisak bercerita padaku, aku merasakan luka hatinya, yang ku tahu Dia tak punya siapa-siapa lagi selain Bibi nya. Aku merasa seakan di tampar ketika Isak tangisnya akan r