Part32
Jenazah Ibu telah tiba di rumah duka, di sambut tangis pilu keluarga yang kehilangan, aku pun terbawa suasana duka, terlebih Tante Andin menangis tersedu-sedu sambil memelukku, ketika jenazah Ibu di bawa masuk ke dalam rumah.Aku begitu merasakan betapa sakitnya kehilangan, terutama orang yang begitu mereka kasihi.Seluruh kerabat Ibu duduk di depan Jenazah Ibu yang terbaring kaku, semua menangis, bahkan aku berkali-kali menguatkan Tante Andin. Mas Danu mendekat setelah membayar biaya ambulance yang mengantar mereka, ia nampak terdiam memandangi wajah dingin, kaku yang tak lagi bergerak itu."Ibu," lirihnya, tubuhnya meluruh di lantai, tepat di samping jenazah Ibunya itu.Tangisnya pecah, suaranya tersedu-sedu mengundang tangis banyak yang mendengarnya, sambil beberapa kali mengucapkan maaf pada Ibunya.Tante Andin mendekat ke arah Danu dan memeluknya, mereka berusaha saling menguatkan. Nyata kehilangan itu adalah hal yang menyaPart33°POV Naomi°"Hentikan! Jangan terus mempermalukan diri sendiri, Naomi!" hardik Papah padaku, seraya mendorong lenganku keluar rumah, Mas Danu.Aku menatap nanar ke wajah Papah, ada guratan kekecewaan jelas terpancar dari matanya, apakah aku benar-benar membuat nya malu hari ini. Aku benar-benar tidak kuasa menahan rasa, aku takut sekali kehilangan, Mas Danu, biar bagaimanapun aku sangat menginginkannya.Aku gak bisa, membiarkannya dekat lagi dengan, Hesti. Aku lah calon Istrinya yang berhak. Tapi kenyataannya, hari ini aku terbuang, bahkan aku di permalukan. Bukan hanya aku yang menanggung malu, tapi kedua Orang Tuaku juga.Kutatap wajah Mamah, Mamah menatapku pilu, matanya berembun. Namun mulutnya tertutup rapat."Masuk!" titah Papah, sambil membuka pintu mobil. Aku pun mengangguk dan segera masuk, sepanjang jalan kami sibuk dengan pikiran masing-masing.'Apakah pelet untuk mas D
Part34°pov Naomi°'Aku benar-benar stress, kuputuskan menuju tempat hiburan malam, aku harus menyenangkan diri.Kalau terus begini aku bisa gila.'Sepanjang jalan aku terus berteriak histeris di dalam mobil, sambil kupukul-pukul kemudiku.Sesampainya di tempat yang menjadi tujuan pelampiasan segala masalahku.Aku pun parkir dan berjalan menuju pintu masuk hiburan malam yang ada di salah satu kota ini.Aku duduk sambil memesan beberapa minuman alkohol. Aku menghabiskan satu botol minuman haram itu."Hay, Naomi!" seru seseorang sambil menepuk pundakku, aku pun menoleh ke arahnya."Hay, Rehan!, Kamu di sini?" tanyaku mengernyitkan dahi, Rehan ini teman semasa aku kuliah, hanya beda jurusan."Yoi, lagi ngadain party bareng teman-teman, mau gabung?" tawarnya padaku, sambil memangkat telapak tangannya.Dari pada sepi sendiri, lebih baik aku ikut bersamanya.
Part35°pov Naomi°"Akan celaka?" Aku mengulang ingatan tentang larangan yang pernah Mbah Kunti sebutkan."Ya, itu benar, akan tetapi, wanita itu lebih dulu menerima upahnya. Salah-salah memang nyawa taruhannya," ucap Mbah Kunti, sambil manggut-manggut tak jelas."Lalu? Bagaimana dengan, Saya? Mbah," tanyaku memelas, berharap ada jalan keluar dari Mbah Kunti, aku gak mau celaka, aku belum nikah, umurku masih terlalu muda untuk mati. aku menggerutu dalam hati, sambil menatap nanar ke arah Mbah Kunti.Mbah Kunti tersenyum."Ada satu cara, agar kamu terhindar dari akibat buruk botol itu. Kamu harus mandi kembang tujuh rupa, dan berkeliling rumah tuhukali di malam Jum'at Kliwon, tanpa mengenakan apapun, saya akan memberikan air, untuk kamu gunakan mandi.""Saya bersedia, Mbah, saya mau." Aku tergagap-gagap, setidaknya aku memiliki harapan, aku tak mau mati konyol seperti Bu Eliza.
Part36*POV Ayah*"Mas, mas sudah sadar?" Perempuan itu tersenyum menatapku, matanya berkaca-kaca. Sedangkan aku, aku bingung apa yang terjadi?."Dimana ini?" Tanyaku, masih kebingungan.Ku tatap lagi wanita ini, Ayu Tyas. Istri kedua ku. Lalu, dimana Danu dan Eliza? Mereka tak datang atau sudah membuang ku, mungkin saja mereka sudah mengetahui semuanya."Mas, mas dirumah sakit, Mas maafkan aku, ya! Aku yang membuat mas seperti ini!" Dia tertunduk, sambil memegang erat telapak tanganku.Flashback."Ayu, aku ingin kita sudahi saja pernikahan ini! Aku, merasa bersalah pada Danu dan Ibunya. Terlebih sekarang ini, menantuku seakan menuai karma dari kelakuan ku. Ibunya Danu memaksa Danu untuk menikah lagi. Wanita itu, Istrinya Danu terisak bercerita padaku, aku merasakan luka hatinya, yang ku tahu Dia tak punya siapa-siapa lagi selain Bibi nya. Aku merasa seakan di tampar ketika Isak tangisnya akan r
Part36*POV Ayu*Aku, seorang TKW dari sebuah Desa terpecil, memiliki seorang anak perempuan yang berumur satu tahun saat itu, aku dan Suamiku Mas Farhan, memutuskan untuk bekerja ke LN.setahun pertama hubungan kami selama LDR, berjalan dengan baik. Bahkan untuk masalah biaya anak kami yang di titipkan pada Adikku, Sari. Lancar dan terkendali.Menginjak 4 tahun, kami mulai merenggang, hingga pada akhirnya, Mas Farhan, tega menalakku.[ Hallo, ada apa, Mas?] Tanyaku, mengangkat panggilan telepon nya.[ Ayu, Maafkan, Mas. Sepertinya pernikahan kita sudah tidak sehat lagi, Mas tidak bisa bersama kamu dan anak kita lagi! ][ Mas, Mas kenapa tiba-tiba, bukankah ini keputusan kita bersama untuk bekerja. Agar mengangkat kehidupan ekonomi kita, Mas. Pikirkan nasib anak kita, tolong fokus, jangan aneh-aneh ] ucapku memohon padanya.[ Gak bisa, Dek. Mulai hari ini, Mas talak kamu, kamu b
Part39Hesti hamil, hamil, kata-kata itu selalu terngiang-ngiang di ingatanku, melihat Naomi bertindak brutal di hari terburuk bagiku dan keluarga, kehilangan Ibu yang sangat aku sayangi, kini, bahkan ocehan nya pun tak bisa ku dengar lagi.Dari kecil hingga dewasa, aku memang begitu dekat dengan Ibu, di banding Ayah, yang selalu sibuk dengan bisnis nya. Ibu meskipun sibuk, tapi Ia selalu memperhatikan ku.Hatiku meringis pilu, kini Ibu telah berpulang untuk selama-lamanya. Maafkan Danu, yang tidak memenuhi keinginan Ibu semasa hidup, tapi kini Hesti hamil, Bu. Cucu yang Ibu inginkan.Aku kecewa atas sikap Naomi, aku bahkan malu rasanya dengan tingkah nya saat itu. Aku terpaksa mengusir nya meskipun hati ini berat. Biarlah ku berikan pelajaran dahulu untuknya, agar nantinya Ia tak semena-mena terhadap ku.Aku ingin tetap bersama Hesti, juga bersama Naomi, itu menjadi bagian impian ku.Aku terus mepet
Part39Hesti hamil, hamil, kata-kata itu selalu terngiang-ngiang di ingatanku, melihat Naomi bertindak brutal di hari terburuk bagiku dan keluarga, kehilangan Ibu yang sangat aku sayangi, kini, bahkan ocehan nya pun tak bisa ku dengar lagi.Dari kecil hingga dewasa, aku memang begitu dekat dengan Ibu, di banding Ayah, yang selalu sibuk dengan bisnis nya. Ibu meskipun sibuk, tapi Ia selalu memperhatikan ku.Hatiku meringis pilu, kini Ibu telah berpulang untuk selama-lamanya. Maafkan Danu, yang tidak memenuhi keinginan Ibu semasa hidup, tapi kini Hesti hamil, Bu. Cucu yang Ibu inginkan.Aku kecewa atas sikap Naomi, aku bahkan malu rasanya dengan tingkah nya saat itu. Aku terpaksa mengusir nya meskipun hati ini berat. Biarlah ku berikan pelajaran dahulu untuknya, agar nantinya Ia tak semena-mena terhadap ku.Aku ingin tetap bersama Hesti, juga bersama Naomi, itu menjadi bagian impian ku.Aku terus mepet
Part40*Pov Naomi*Haruskah ku lenyapkan Hesti dan Bayi nya? Kalau ku biarkan, bisa saja mereka nanti nya akan menjadi penghalang hubungan ku dan Mas Danu. Tapi bagaimana caranya, melenyapkan nyawa orang begitu saja itu sulit.Bisa-bisa aku bakal masuk bui, otakku terus mencari cara, agar aku bisa segera bersatu dengan Mas Danu.Uekk, huh, kenapa ini? Rasanya perutku terus mual hari ini.Apa jangan-jangan aku? Ah, kacau! Aku sudah telah hampir dua bulan.Apa aku hamil? Anak bajingan itu!.Seketika aku langsung histeris, aku benar-benar kacau dan frustasi, masalah terus saja datang menghampiri ku.Aku segera keluar, membeli alat kontrasepsi ke apotek terdekat.Selesai membeli aku segera pulang.Agrrh, setelah ku cek alat pendeteksi kehamilan tersebut, betapa terkejutnya aku, rasanya seperti mimpi buruk.Aku hamil, anak bajingan itu, seketika tubuh ku li