Part30
°Pov Naomi°Tringg... Notifikasi pesan berlogo hijau masuk ke gawai milikku, Kuraih benda pipih yang terletak di sampingku, sambil selonjoran di atas kasur, kubuka pesan tersebut. Dari mas Danu. [Dek, Ibu masuk rumah sakit.]Deg..., apakah ini tandanya wanita Tua itu akan segera mati? Padahal baru saja aku melakukan ritual itu dua kali. Hmmm, kuraih boneka bergambarkan wajah Bu Eliza (Ibunya mas Danu) 'matilah kamu! Aku malas punya mertua tak berguna, aku juga gak bakal sudi ngurusin kamu.' Aku menggerutu sambil mengumpat boneka yang ada gambar wajah Bu Eliza, rasanya puas, sebentar lagi mati itu orang, tersenyum sinis.[Hah? Kok bisa sih, Mas] sendt..., aku berpura-pura kaget, padahal aku jelas lebih tahu. Tapi setidaknya aku akan terus memantaunya. Dari mas Danu, aku bisa lebih tahu kondisi wanita Tua itu, semoga saja kali ini dia akan mati.[Gak tau, tiba-tiba aneh aja, doPart31°POV HESTI°Tring.. tring.. tring..Notifikasi pesan berlogo hijau muncul di atas layar gawaiku. Segera kuraih benda pipih tersebut, dan kubuka isi pesan tersebut, dari mas Danu.[Ti, Ibu sudah meninggal, tolong maafin semua kesalahan Ibu semasa hidup, ya, Ti]Deg.. meninggal, Ya Allah Ibu, inalillahi wa innailaihi rojiun. Semoga amal ibadah Ibu diterima Allah SWT, aamiin ya rabbal alamin, doaku dalam hati.[Inalillahiwa innailaihi rojiun. Semoga amal ibadah Ibu diterima Allah SWT, aamiin ya rabbal alamin, mas yang tabah, ikhlaskan Ibu, Hesti sudah memaafkan segala kekhilafan Ibu semasa hidup.]Send, kukirim pesan balasan dengan perasaan campur aduk.'Bu, kamu tak sempat menimang cucu, cucu yang begitu menjadi opsesimu, hingga sanggup mencerai beraikan keluarga kecilku. Tapi aku ikhlas atas segalanya, semoga Ibu tenang dialam sana. Berada di sisi yang maha kuasa.' gumam
Part32Jenazah Ibu telah tiba di rumah duka, di sambut tangis pilu keluarga yang kehilangan, aku pun terbawa suasana duka, terlebih Tante Andin menangis tersedu-sedu sambil memelukku, ketika jenazah Ibu di bawa masuk ke dalam rumah.Aku begitu merasakan betapa sakitnya kehilangan, terutama orang yang begitu mereka kasihi.Seluruh kerabat Ibu duduk di depan Jenazah Ibu yang terbaring kaku, semua menangis, bahkan aku berkali-kali menguatkan Tante Andin. Mas Danu mendekat setelah membayar biaya ambulance yang mengantar mereka, ia nampak terdiam memandangi wajah dingin, kaku yang tak lagi bergerak itu."Ibu," lirihnya, tubuhnya meluruh di lantai, tepat di samping jenazah Ibunya itu.Tangisnya pecah, suaranya tersedu-sedu mengundang tangis banyak yang mendengarnya, sambil beberapa kali mengucapkan maaf pada Ibunya.Tante Andin mendekat ke arah Danu dan memeluknya, mereka berusaha saling menguatkan. Nyata kehilangan itu adalah hal yang menya
Part33°POV Naomi°"Hentikan! Jangan terus mempermalukan diri sendiri, Naomi!" hardik Papah padaku, seraya mendorong lenganku keluar rumah, Mas Danu.Aku menatap nanar ke wajah Papah, ada guratan kekecewaan jelas terpancar dari matanya, apakah aku benar-benar membuat nya malu hari ini. Aku benar-benar tidak kuasa menahan rasa, aku takut sekali kehilangan, Mas Danu, biar bagaimanapun aku sangat menginginkannya.Aku gak bisa, membiarkannya dekat lagi dengan, Hesti. Aku lah calon Istrinya yang berhak. Tapi kenyataannya, hari ini aku terbuang, bahkan aku di permalukan. Bukan hanya aku yang menanggung malu, tapi kedua Orang Tuaku juga.Kutatap wajah Mamah, Mamah menatapku pilu, matanya berembun. Namun mulutnya tertutup rapat."Masuk!" titah Papah, sambil membuka pintu mobil. Aku pun mengangguk dan segera masuk, sepanjang jalan kami sibuk dengan pikiran masing-masing.'Apakah pelet untuk mas D
Part34°pov Naomi°'Aku benar-benar stress, kuputuskan menuju tempat hiburan malam, aku harus menyenangkan diri.Kalau terus begini aku bisa gila.'Sepanjang jalan aku terus berteriak histeris di dalam mobil, sambil kupukul-pukul kemudiku.Sesampainya di tempat yang menjadi tujuan pelampiasan segala masalahku.Aku pun parkir dan berjalan menuju pintu masuk hiburan malam yang ada di salah satu kota ini.Aku duduk sambil memesan beberapa minuman alkohol. Aku menghabiskan satu botol minuman haram itu."Hay, Naomi!" seru seseorang sambil menepuk pundakku, aku pun menoleh ke arahnya."Hay, Rehan!, Kamu di sini?" tanyaku mengernyitkan dahi, Rehan ini teman semasa aku kuliah, hanya beda jurusan."Yoi, lagi ngadain party bareng teman-teman, mau gabung?" tawarnya padaku, sambil memangkat telapak tangannya.Dari pada sepi sendiri, lebih baik aku ikut bersamanya.
Part35°pov Naomi°"Akan celaka?" Aku mengulang ingatan tentang larangan yang pernah Mbah Kunti sebutkan."Ya, itu benar, akan tetapi, wanita itu lebih dulu menerima upahnya. Salah-salah memang nyawa taruhannya," ucap Mbah Kunti, sambil manggut-manggut tak jelas."Lalu? Bagaimana dengan, Saya? Mbah," tanyaku memelas, berharap ada jalan keluar dari Mbah Kunti, aku gak mau celaka, aku belum nikah, umurku masih terlalu muda untuk mati. aku menggerutu dalam hati, sambil menatap nanar ke arah Mbah Kunti.Mbah Kunti tersenyum."Ada satu cara, agar kamu terhindar dari akibat buruk botol itu. Kamu harus mandi kembang tujuh rupa, dan berkeliling rumah tuhukali di malam Jum'at Kliwon, tanpa mengenakan apapun, saya akan memberikan air, untuk kamu gunakan mandi.""Saya bersedia, Mbah, saya mau." Aku tergagap-gagap, setidaknya aku memiliki harapan, aku tak mau mati konyol seperti Bu Eliza.
Part36*POV Ayah*"Mas, mas sudah sadar?" Perempuan itu tersenyum menatapku, matanya berkaca-kaca. Sedangkan aku, aku bingung apa yang terjadi?."Dimana ini?" Tanyaku, masih kebingungan.Ku tatap lagi wanita ini, Ayu Tyas. Istri kedua ku. Lalu, dimana Danu dan Eliza? Mereka tak datang atau sudah membuang ku, mungkin saja mereka sudah mengetahui semuanya."Mas, mas dirumah sakit, Mas maafkan aku, ya! Aku yang membuat mas seperti ini!" Dia tertunduk, sambil memegang erat telapak tanganku.Flashback."Ayu, aku ingin kita sudahi saja pernikahan ini! Aku, merasa bersalah pada Danu dan Ibunya. Terlebih sekarang ini, menantuku seakan menuai karma dari kelakuan ku. Ibunya Danu memaksa Danu untuk menikah lagi. Wanita itu, Istrinya Danu terisak bercerita padaku, aku merasakan luka hatinya, yang ku tahu Dia tak punya siapa-siapa lagi selain Bibi nya. Aku merasa seakan di tampar ketika Isak tangisnya akan r
Part36*POV Ayu*Aku, seorang TKW dari sebuah Desa terpecil, memiliki seorang anak perempuan yang berumur satu tahun saat itu, aku dan Suamiku Mas Farhan, memutuskan untuk bekerja ke LN.setahun pertama hubungan kami selama LDR, berjalan dengan baik. Bahkan untuk masalah biaya anak kami yang di titipkan pada Adikku, Sari. Lancar dan terkendali.Menginjak 4 tahun, kami mulai merenggang, hingga pada akhirnya, Mas Farhan, tega menalakku.[ Hallo, ada apa, Mas?] Tanyaku, mengangkat panggilan telepon nya.[ Ayu, Maafkan, Mas. Sepertinya pernikahan kita sudah tidak sehat lagi, Mas tidak bisa bersama kamu dan anak kita lagi! ][ Mas, Mas kenapa tiba-tiba, bukankah ini keputusan kita bersama untuk bekerja. Agar mengangkat kehidupan ekonomi kita, Mas. Pikirkan nasib anak kita, tolong fokus, jangan aneh-aneh ] ucapku memohon padanya.[ Gak bisa, Dek. Mulai hari ini, Mas talak kamu, kamu b
Part39Hesti hamil, hamil, kata-kata itu selalu terngiang-ngiang di ingatanku, melihat Naomi bertindak brutal di hari terburuk bagiku dan keluarga, kehilangan Ibu yang sangat aku sayangi, kini, bahkan ocehan nya pun tak bisa ku dengar lagi.Dari kecil hingga dewasa, aku memang begitu dekat dengan Ibu, di banding Ayah, yang selalu sibuk dengan bisnis nya. Ibu meskipun sibuk, tapi Ia selalu memperhatikan ku.Hatiku meringis pilu, kini Ibu telah berpulang untuk selama-lamanya. Maafkan Danu, yang tidak memenuhi keinginan Ibu semasa hidup, tapi kini Hesti hamil, Bu. Cucu yang Ibu inginkan.Aku kecewa atas sikap Naomi, aku bahkan malu rasanya dengan tingkah nya saat itu. Aku terpaksa mengusir nya meskipun hati ini berat. Biarlah ku berikan pelajaran dahulu untuknya, agar nantinya Ia tak semena-mena terhadap ku.Aku ingin tetap bersama Hesti, juga bersama Naomi, itu menjadi bagian impian ku.Aku terus mepet