Setelah wanita itu memerintah, seseorang muncul dari belakangnya dan cahaya pedang yang menakutkan pun melesat ke arah Viona!Menghadapi cahaya pedang yang begitu menakutkan, Viona tampak sangat tenang dan bahkan langsung berbaring di pelukan Dirga.Dirga menjentikkan jarinya, suatu hawa panas yang terpancar langsung menebas cahaya pedang itu. Dalam sekejap, cahaya itu pun mendarat di kening orang yang menyerang Viona.Terdengar ledakan keras. Sebuah kepala meledak, otak dan organ dalamnya pun berceceran.Semua ini terjadi dengan sangat cepat hingga tidak ada yang sempat bereaksi.Beberapa detik kemudian, wanita itu merosot ke lantai!"Kamu, beraninya kamu membunuh anggota Keluarga Tomson?"Plak!Tanpa basa-basi, Dirga langsung melayangkan sebuah tamparan ke arah wanita itu.Setelah melepaskan Viona, dia baru berkata, "Apa kamu bodoh? Adik iparku bahkan sudah membunuh putramu, apa mungkin aku akan takut dengan bawahanmu?""Kalau nggak ingin bertemu dengan anakmu, bawalah bawahanmu perg
Melihat mereka datang, Kiara sangat gembira."Master Leza, kamu sudah datang, baguslah.""Anak ini dan adik iparnya yang membunuh putraku.""Master Leza, kalau kamu bisa membunuh anak ini dan wanita jalang itu, kelak aku, Kiara akan menganggapmu sebagai dermawanku. Bahkan Keluarga Tomson pun akan memperlakukanmu sebagai tamu yang terhormat.""Nyonya Kiara, kamu terlalu sungkan. Tapi anak ini bukanlah tandingan guruku.""Biar aku saja.""Nyonya Kiara, kamu ingin melihatnya mati atau tetap hidup?" tanya seorang biarawati muda."Hidup.""Oke!"Biarawati muda itu langsung berubah menjadi seberkas bayangan dan menerjang ke depan.Plak!Detik berikutnya, muncul kabut darah di hadapan semua orang.Kiara agak marah."Master, bukannya aku menyuruhmu untuk membiarkannya hidup? Kenapa kamu langsung menamparnya menjadi kabut darah?""Jasadnya bahkan sudah hilang, aku mana bisa menyiksanya untuk membalaskan dendam putraku?""Aku ...."Kiara tiba-tiba berhenti berbicara, wajahnya memucat.Termasuk L
Kedua pengawal berpedang emas itu memancarkan aura yang mengerikan, tingkat kultivasi mereka setara dengan Ryuu."Bolehkah kalian membantuku? Ada yang perlu kusampaikan pada Yang Mulia.""Shiu!"Seorang pengawal menghunuskan pedang emasnya ke arah leher Ryuu."Pergi dari sini atau mati."Aura di tubuh kedua pengawal berpedang emas itu menjadi makin mengerikan dan diselimuti dengan niat membunuh.Ryuu tidak berdaya, tetapi pada saat ini, Lina keluar dengan membawa sebuah tasbih."Yang Mulia!"Kedua pengawal itu menyimpan pedang emas mereka, lalu berlutut.Ryuu sudah berlutut, dia memohon dengan terisak-isak.Lina berjalan menghampiri Ryuu sambil berkata, "Angkat kepalamu!"Ryuu tidak berani langsung mengangkat kepalanya, sekujur tubuhnya bergetar hebat!"Berlututlah dengan baik. Tunggu sampai Dirga datang baru bunuh diri!""Bum!"Ryuu benar-benar pupus harapan, kepalanya berdengung hebat dan sekujur tubuhnya pun merosot ke tanah.Lina mengabaikan Ryuu, lalu kembali ke pintu masuk kediam
Dirga mengangguk.Saat pertama kali bertemu dengan Sisian, dia sudah menyadari bahwa kultivasi Sisian tersegel.Orang yang menyegel kultivasi Sisian sangat lihai. Dirga pernah mencoba untuk menjangkau segel itu, tetapi dia hampir kehilangan nyawanya.Dapat dibayangkan betapa mengerikan orang yang menyegel kultivasi Sisian. Dirga yang sekarang masih belum sanggup menghadapinya!Kejadian itu berlalu begitu saja. Saat Rafan dan Zira mengirimkan informasi Sisian sebelumnya, mereka sempat membahas soal masa lalu Sisian.Dia adalah seorang gadis yang misterius. Hanya Sekte Ramuan yang mengetahui masa lalu dan rahasianya."Sudahlah, jangan terlalu memikirkan soal Sisian, nggak usah anggap serius.""Tiba saatnya nanti kita akan tahu. Tapi aku yakin kalau kultivasinya dibuka, dia mungkin bisa membunuh semua orang yang disebut sebagai pendekar dengan satu jentikan jari.""Apa?!"Kali ini, bukan hanya Gesa dan Quinza, bahkan Catthy dan Alika pun kaget hingga menganga.Dirga memandang keempat wani
Dirga yang berdiri di hadapannya ini tetap membuatnya kaget.Dia sering membayangkan momen pertemuannya dengan Dirga dan pernah memprediksi sifat Dirga.Namun saat bertemu dengan Dirga, dia tidak dapat mengucapkan satu pun kata-kata yang sudah dia siapkan.Dirga membawakan suatu perasaan yang menakjubkan, tetapi sangat biasa.Dirga yang berada di hadapannya ini tidak tampak seperti seorang pendekar, apalagi orang yang menggemparkan Kota Phona belakangan ini.Sebaliknya, dia tampak seperti rakyat biasa yang tidak menonjol!Melihat Lina diam, Dirga pun berkata sambil tersenyum, "Tuan Putri Yang Terhormat, apa kamu terpukau oleh ketampananku?""Bagaimana kalau kamu membawaku ke kamarmu? Kita berinteraksi secara mendalam?""Aku memang sangat menarik di mata wanita. Lihatlah, aku sudah punya tujuh istri. Meskipun kamu lebih tua dariku, aku nggak keberatan. Mungkin akan ada percikan cinta di antara kita.""Dirga, bajingan kamu!"Kedua pelayan Lina beserta seluruh pengawalnya emosi. Sebelum m
Lina segera menghentikan pertarungan."Kenapa? Mau menyerah? Aku sudah lama menantikan hari ini, baru nggak seberapa?"Wajah Dirga berlumuran darah sehingga senyumannya tampak sangat mengerikan.Lina mengerutkan kening sambil berkata, "Kamu sudah punya tujuh istri, semuanya sangat cantik dan unggul.""Terutama Zira, kurasa sekarang tingkat kultivasinya setara denganmu.""Kenapa kamu masih belum puas? Bisa-bisanya tertarik pada wanita tua sepertiku?"Mendengar ucapan ini, Dirga pun terkekeh."Hidup sungguh membosankan, lagian kamu memang cantik! Berbeda dengan ketujuh istriku, apalagi kamu adalah tuan putri sulung Dinasti Tuyam.""Kalau aku mengencanimu, keponakanmu itu mungkin akan sungkan padaku."Lina mendengus dingin, lalu berkata, "Jangan mimpi di siang bolong! Sekalipun aku menjadi istrimu, keponakanku tetap akan membunuhmu.""Tapi jangan narsistik. Kamu terlalu muda, aku nggak suka."Mendengar perkataan ini, Dirga merasa sangat terhina."Tuan Putri, segala sesuatu harus didasarka
Setelah berkata demikian, Pahita langsung pergi. Tak lama kemudian, dia kembali dengan membawa Ryuu yang tampak sangat pucat.Meskipun Ryuu tahu Dirga sudah tiba di Kuil Muata, dia tetap ketakutan ketika melihat Dirga.Dia berlutut untuk memohon ampun."Pak Dirga, Tuan Dirga, Bos Dirga, aku sudah tahu salah. Tolong ampuni aku, aku nggak ingin mati.""Bukan aku yang menginstruksikan bawahan untuk menyerangmu di Istana Dewa, kami diperintahkan oleh pengurus sebelumnya. Aku nggak berani mengabaikan perintahnya.""Selain itu, aku nggak turun tangan. Pak Dirga, tolong ampuni aku kali ini saja. Aku nggak akan mengulanginya lagi.""Selama kamu mengampuniku, kelak aku bersedia melakukan apa pun untukmu."Ryuu ketakutan setengah mati, dia tidak tampak seperti seorang biksu. Sejak dikejutkan oleh kemunculan Dirga di penginapan, dia tidak bisa tidur maupun makan.Rasa ngeri yang ditimbulkan oleh Dirga sudah terukir di setiap sel dan tulang-tulangnya.Sejak kembali dari Istana Dewa dengan selamat,
Di tengah pembicaraan, Pedang Asura sudah berada di tangan Dirga.Karena dia tahu Pahita ingin bertarung dengannya untuk menyaksikan kekuatan Pedang Asura.Hanya saja, Pahita tidak berniat untuk membunuh Dirga. Dirga yakin akan hal ini, dia pun tidak berniat untuk membunuh Pahita.Pahita adalah seorang biksu yang berprinsip dan baik hati. Dirga hanya ingin berlaga dengannya!"Amitabha, terima kasih sudah memberiku kesempatan ini.""Aku nggak akan mengalah, mohon maklum.""Ngung!"Pedang Asura meraung pelan.Dalam sekejap, sepasang mata Pahita yang gelap pun berbinar.Dirga terbang ke luar, Pahita pun menyusul.Tak lama kemudian, keduanya sampai di sebuah puncak gunung. Ini merupakan salah satu gunung tertinggi di Kuil Muata.Awan-awan terselimuti oleh kabut dan suasana sangat hening.Menghadapi mahaguru yang tingkat kultivasinya tidak dapat diprediksi seperti Pahita, Dirga tidak berani anggap remeh. Dia mengerahkan seluruh tenaga bukan karena dia takut pada Pahita, melainkan karena dia