Dirga mengangguk.Saat pertama kali bertemu dengan Sisian, dia sudah menyadari bahwa kultivasi Sisian tersegel.Orang yang menyegel kultivasi Sisian sangat lihai. Dirga pernah mencoba untuk menjangkau segel itu, tetapi dia hampir kehilangan nyawanya.Dapat dibayangkan betapa mengerikan orang yang menyegel kultivasi Sisian. Dirga yang sekarang masih belum sanggup menghadapinya!Kejadian itu berlalu begitu saja. Saat Rafan dan Zira mengirimkan informasi Sisian sebelumnya, mereka sempat membahas soal masa lalu Sisian.Dia adalah seorang gadis yang misterius. Hanya Sekte Ramuan yang mengetahui masa lalu dan rahasianya."Sudahlah, jangan terlalu memikirkan soal Sisian, nggak usah anggap serius.""Tiba saatnya nanti kita akan tahu. Tapi aku yakin kalau kultivasinya dibuka, dia mungkin bisa membunuh semua orang yang disebut sebagai pendekar dengan satu jentikan jari.""Apa?!"Kali ini, bukan hanya Gesa dan Quinza, bahkan Catthy dan Alika pun kaget hingga menganga.Dirga memandang keempat wani
Dirga yang berdiri di hadapannya ini tetap membuatnya kaget.Dia sering membayangkan momen pertemuannya dengan Dirga dan pernah memprediksi sifat Dirga.Namun saat bertemu dengan Dirga, dia tidak dapat mengucapkan satu pun kata-kata yang sudah dia siapkan.Dirga membawakan suatu perasaan yang menakjubkan, tetapi sangat biasa.Dirga yang berada di hadapannya ini tidak tampak seperti seorang pendekar, apalagi orang yang menggemparkan Kota Phona belakangan ini.Sebaliknya, dia tampak seperti rakyat biasa yang tidak menonjol!Melihat Lina diam, Dirga pun berkata sambil tersenyum, "Tuan Putri Yang Terhormat, apa kamu terpukau oleh ketampananku?""Bagaimana kalau kamu membawaku ke kamarmu? Kita berinteraksi secara mendalam?""Aku memang sangat menarik di mata wanita. Lihatlah, aku sudah punya tujuh istri. Meskipun kamu lebih tua dariku, aku nggak keberatan. Mungkin akan ada percikan cinta di antara kita.""Dirga, bajingan kamu!"Kedua pelayan Lina beserta seluruh pengawalnya emosi. Sebelum m
Lina segera menghentikan pertarungan."Kenapa? Mau menyerah? Aku sudah lama menantikan hari ini, baru nggak seberapa?"Wajah Dirga berlumuran darah sehingga senyumannya tampak sangat mengerikan.Lina mengerutkan kening sambil berkata, "Kamu sudah punya tujuh istri, semuanya sangat cantik dan unggul.""Terutama Zira, kurasa sekarang tingkat kultivasinya setara denganmu.""Kenapa kamu masih belum puas? Bisa-bisanya tertarik pada wanita tua sepertiku?"Mendengar ucapan ini, Dirga pun terkekeh."Hidup sungguh membosankan, lagian kamu memang cantik! Berbeda dengan ketujuh istriku, apalagi kamu adalah tuan putri sulung Dinasti Tuyam.""Kalau aku mengencanimu, keponakanmu itu mungkin akan sungkan padaku."Lina mendengus dingin, lalu berkata, "Jangan mimpi di siang bolong! Sekalipun aku menjadi istrimu, keponakanku tetap akan membunuhmu.""Tapi jangan narsistik. Kamu terlalu muda, aku nggak suka."Mendengar perkataan ini, Dirga merasa sangat terhina."Tuan Putri, segala sesuatu harus didasarka
Setelah berkata demikian, Pahita langsung pergi. Tak lama kemudian, dia kembali dengan membawa Ryuu yang tampak sangat pucat.Meskipun Ryuu tahu Dirga sudah tiba di Kuil Muata, dia tetap ketakutan ketika melihat Dirga.Dia berlutut untuk memohon ampun."Pak Dirga, Tuan Dirga, Bos Dirga, aku sudah tahu salah. Tolong ampuni aku, aku nggak ingin mati.""Bukan aku yang menginstruksikan bawahan untuk menyerangmu di Istana Dewa, kami diperintahkan oleh pengurus sebelumnya. Aku nggak berani mengabaikan perintahnya.""Selain itu, aku nggak turun tangan. Pak Dirga, tolong ampuni aku kali ini saja. Aku nggak akan mengulanginya lagi.""Selama kamu mengampuniku, kelak aku bersedia melakukan apa pun untukmu."Ryuu ketakutan setengah mati, dia tidak tampak seperti seorang biksu. Sejak dikejutkan oleh kemunculan Dirga di penginapan, dia tidak bisa tidur maupun makan.Rasa ngeri yang ditimbulkan oleh Dirga sudah terukir di setiap sel dan tulang-tulangnya.Sejak kembali dari Istana Dewa dengan selamat,
Di tengah pembicaraan, Pedang Asura sudah berada di tangan Dirga.Karena dia tahu Pahita ingin bertarung dengannya untuk menyaksikan kekuatan Pedang Asura.Hanya saja, Pahita tidak berniat untuk membunuh Dirga. Dirga yakin akan hal ini, dia pun tidak berniat untuk membunuh Pahita.Pahita adalah seorang biksu yang berprinsip dan baik hati. Dirga hanya ingin berlaga dengannya!"Amitabha, terima kasih sudah memberiku kesempatan ini.""Aku nggak akan mengalah, mohon maklum.""Ngung!"Pedang Asura meraung pelan.Dalam sekejap, sepasang mata Pahita yang gelap pun berbinar.Dirga terbang ke luar, Pahita pun menyusul.Tak lama kemudian, keduanya sampai di sebuah puncak gunung. Ini merupakan salah satu gunung tertinggi di Kuil Muata.Awan-awan terselimuti oleh kabut dan suasana sangat hening.Menghadapi mahaguru yang tingkat kultivasinya tidak dapat diprediksi seperti Pahita, Dirga tidak berani anggap remeh. Dia mengerahkan seluruh tenaga bukan karena dia takut pada Pahita, melainkan karena dia
Sepertinya Pahita membuka salah satu segel Pedang Asura?!Dirga melihat dengan saksama dan dugaannya benar. Ketika dia menyentuh Pedang Asura untuk pertama kalinya, dia menemukan beberapa segel di pedang ini!Dia telah mencoba untuk menumpas segel itu, tetap tidak berhasil. Dengan tingkat kultivasinya saat ini, dia masih belum sanggup mengangkat segel itu.Apalagi dia tidak mengetahui asal usul beberapa segel ini. Dia pernah menanyakan hal ini pada Rafan, tetapi Rafan berpura-pura bodoh dan tidak memberinya penjelasan.Dia tidak menyangka bahwa Pahita hanya memerlukan waktu belasan detik untuk membuka salah satu segel Pedang Asura.Teknik ajaib macam apa ini?!Dirga tercengang. Dia menatap Pahita sambil bertanya, "Master, bagaimana cara membuka segel ini? Apa kamu tahu fungsi segel ini?""Bolehkah kamu menumpas segel lainnya juga?"Pahita menangkupkan tangannya sambil menjawab, "Amitabha, Pak Dirga, aku nggak sanggup menumpas segel lainnya.""Aku nggak tahu dari mana datangnya segel in
Saat ini, belasan pria itu bangkit untuk mengitari Ziran dan yang lainnya."Wah, para wanita cantik, kalian bukan penduduk lokal, 'kan? Kalian datang dari luar kota?""Ada urusan apa datang ke Pulau Phoenix?""Biar kutebak. Kalian pasti datang untuk mencari pacar, benar? Kebetulan aku dan para sahabatku ini pun datang untuk mencari pacar.""Karena kita saling membutuhkan, ayo datang ke penginapan kami untuk berkenalan."Pria berjanggut hitam yang memulai pembicaraan. Dia adalah ketua sekelompok orang ini, namanya Jono Tahers.Mereka adalah anggota Geng Gator. Geng Gator merupakan geng paling berkuasa di pelabuhan ini.Jono dan bawahannya terus memandang Zira dan yang lainnya. Ekspresi mereka bukan hanya mesum, tetapi juga dibaluti dengan senyuman nakal.Mereka sering melihat wanita cantik, tetapi ini adalah pertama kalinya mereka melihat wanita secantik Zira dan yang lainnya.Zira mengangkat segelas kopi di hadapannya, lalu menyesap seteguk kopi sebelum berkata, "Milena, Melina, potong
Saking gembiranya, Henry hampir tertawa terbahak-bahak. Namun, dia tidak berani mengekspresikan isi hatinya yang sesungguhnya.Dia adalah buaya darat di Kabupaten Rawas, entah sudah berapa banyak wanita yang dia permainkan.Dia sering mengatakan bahwa Geng Gator adalah sekumpulan preman yang suka berbuat jahat. Kenyataannya, dia adalah penjahat yang paling berbahaya di Kabupaten Rawas.Selain Geng Gator, tidak ada yang berani menyinggungnya di Kabupaten Rawas.Dia tidak memiliki kemampuan apa pun, tetapi ayahnya sangat terkenal. Karena ayahnya adalah jenderal pertahanan Kabupaten Rawas.Dia segera membawa Zira dan yang lainnya pergi.Saat ini, di markas Geng Gator. Ketua Geng Gator, Nestor sudah mengetahui soal kematian Jono dan bawahan lainnya.Seketika, dia sangat marah."Beraninya mereka membunuh anggota Geng Gator.""Selidiki, selidiki dengan jelas!""Aku ingin melihat siapa yang nyalinya begitu besar hingga berani membunuh anggota Geng Gator!"Setelah Nestor melampiaskan amarahnya