Share

Perempuan favorit

Author: minipau
last update Last Updated: 2024-10-12 10:29:14

“Kamu pulang.”

Prasetyo nyaris terjungkal saking terkejutnya, spontan lelaki itu melirik jam di pergelangan tangannya. Pukul tiga dini hari, seharusnya Natalia sudah tidur sejak tadi.

“Belum tidur?” tanya Prasetyo sembari menutup pintu kamar, tubuhnya terasa lengket. Ia butuh mandi dan menyegarkan tubuh setelah seharian beraktifitas di banyak tempat. “Aku akan mandi dulu.”

Natalia sama sekali tidak menjawab, perempuan itu hanya duduk diam di atas ranjang sembari menatap kosong pada layar televisi yang menampilkan drama dari salah satu stasiun tv ternama.

“Kenapa kalian para perempuan sangat menyukai tontonan penuh drama seperti itu?” tanya Prasetyo begitu keluar dari kamar mandi, tubuh lelaki itu masih setengah basah. lelaki itu hanya melapisi tubuhnya dengan bathrobe berwarna hitam. “Cari penyakit.” Cecar lelaki itu lagi begitu adegan di dalam layar menampilkan tokoh utama perempuan yang terisak begitu mengetahui ternyata suaminya memiliki wanita idaman lain.

“Menurutmu kenapa?” tanya Natalia tanpa mengalihkan tatapan dari layar. “Tentu saja untuk menyadarkan kami apa yang akan terjadi jika bersikap bodoh saat suami kami benar-benar memiliki wanita idaman lain.”

Natalia melirik suaminya begitu lelaki itu tertawa, bagi Prasetyo ucapannya jelas hanya bualan. Lelaki itu sudah sejak awal mengatakan tidak akan pernah bisa setia terhadap pernikahan mereka, sejak awal Prasetyo tidak pernah berjanji bahwa ia adalah satu-satunya.

“Apa dia cukup hebat saat di atas ranjang?” tanya Natalia langsung.

Prasetyo yang sedang menuangkan vodka ke dalam gelas hanya tersenyum miring, lelaki itu jelas tahu apa yang Natalia maksudkan. Tapi sepertinya Prasetyo lebih senang bermain-main dengan perasaan istrinya, alih-alih memberikan jawaban Prasetyo justru melemparkan pertanyaan yang menyebalkan.

“Siapa yang ingin kamu pastikan?” tanya lelaki itu sembari menyesap vodka di dalam gelasnya.

Tangan Natalia terkepal, “Ada berapa perempuan sebenarnya?”

“Perlukah aku mempertemukan kalian?” tanya Prasetyo santai.

Natalia tahu suaminya hanya sedang mempermainkannya, tapi hatinya sudah terlalu panas. Perempuan itu sudah terlalu buta untuk menyadari bahwa bisa saja lelaki itu sedang meledeknya.

“Favoritmu pasti Samantha.”

Alis Prasetyo terangkat seolah bertanya kenapa Natalia berpikir demikian.

“Kamu tidak pernah mengizinkan siapapun menyentuh ponselmu, kamu sendiri yang bilang kalau ponsel adalah barang privasi yang tidak bisa dipegang tanpa izin.” Natalia berusaha sekuat tenaga agar suaranya tidak bergetar. “Tapi kamu mengizinkan Samantha menyentuhnya, perempuan itu bahkan bisa mengangkat panggilan dariku.”

Prasetyo kembali menuang vodka ke dalam gelas, gestur lelaki itu sangat santai, duduk di single sofa tidak jauh dari ranjang. Gestur santai itu memancing amarah Natalia, perempuan itu merasa Prasetyo tidak terlalu menanggapinya padahal seharusnya lelaki itu meminta maaf atau minimal berjanji akan membiarkan Natalia memiliki akses ke ponselnya juga, sama seperti apa yang lelaki itu berikan kepada Samantha.

“Jadi, apa cukup memuaskan kamu, Mas?” tanya Natalia dengan sinis. “JIka dia memang sehebat itu, kamu yakin hanya kamu satu-satunya lelaki yang menyentuhnya?” Natalia terus mengoceh. “Bagaimana jika saat kamu pergi, perempuan itu mengundang lelaki lain untuk naik ke atas ranjangnya? bagaimana jika-”

Ucapan Natalia terhenti karena tiba-tiba saja, Prasetyo naik ke atas ranjang. Lelaki itu mencengkram rambut Natasha hingga membuat perempuan itu harus mengdongkakkan kepala.

“Samantha bukan perempuan rendahan seperti kamu, Nat. Dia tidak memerlukan lelaki untuk naik ke level kehidupan yang lebih tinggi.” desis Prasetyo tepat di depan wajah Natalia. “Dia bukan kamu.”

Tubuh Natalia gemetar, ia bisa merasakan satu tangan suaminya yang bebas berusaha membuka simpul gaun tidurnya. “Dibandingkan mencemburui Samantha, lebih baik kamu juga berusaha keras agar bisa menjadi perempuan kesayanganku.”

Kepala Prasetyo turun, memberi kecupan ringan pada urat-urat leher Natalia yang menonjol. “Layani aku malam ini dan kita lihat, apakah aku akan mengizinkan kamu membuka ponselku saat sarapan nanti.”

Related chapters

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Aku bukan pelacur

    Prasetyo menatap tubuh indah yang kehabisan napas di bawah kuasanya, kulit Natalia penuh keringat. Lelaki itu tersenyum senang, selalu ada kepuasan tersendiri ketika ia berhasil menaklukan istrinya setelah pertengkaran mereka. Prasetyo merasa menang, karena masih bisa memiliki perempuan itu meski Natalia membencinya. “Tidak pernah ada tempat untuk kembali, Nat.” Bisik Prasetyo tepat di hadapan bibir Natalia yang bengkak karena ulahnya. “Kamu yang merangkak masuk ke kehidupanku dan ini lah kehidupan yang harus kamu lalui.” “Mas.” Rintih Natalia karena Prasetyo kembali bergerak, padahal baru beberapa saat lalu ia mendapatkan pelepasannya. “Cukup.” Prasetyo menulikan telinga, lelaki itu justru bertindak makin berani dengan mengunci kedua tangan Natalia di atas kepala perempuan tersebut. Hal itu membuat Prasetyo lebih dapat menikmati pemandangan dua bukit kembar Natalia yang semakin tinggi menantang. “Mas.” Rintih Natalia karena pelepasannya kembali datang, di tambah ia juga harus me

    Last Updated : 2024-10-12
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Lakon drama rumah tangga

    “Jangan ulangi lagi.” Dari ujung matanya Prasetyo mendengar langkah kaki samar yang sangat dikenalnya, Natalia. Bukannya menyudahi panggilan, lelaki itu justru tetap melanjutkan obrolan. Bahkan obrolan tersebut terdengar semakin mesra, Natalia yang hendak memasuki ruang makan memilih untuk menghentikan langkah sembari mencuri dengar. “Datanglah pukul tujuh malam nanti, bar Arman yang baru ini katanya lebih seru.” Kata Prasetyo sembari menghirup aroma kopi hitam kesukaannya. “Oh ayolah, seseru apa pun tempatnya pasti jadi membosankan kalau kamu nggak datang.” Telinga Natalia semakin panas, meski begitu ia tahu bahwa Prasetyo tidak suka di konfrontasi. Apa yang dialaminya malam tadi adalah pelajaran sekaligus peringatan, suaminya tidak suka jika Natalia mencampuri urusannya, terutama tentang Samantha. Dengan kesadaran itu, Natalia mencoba menenangkan diri dan baru setelahnya memasuki ruang makan dengan langkah dan wajah yang tenang seolah-olah tidak terganggu dengan percakapan sua

    Last Updated : 2024-10-12
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Bersikap abu abu

    Prasetyo sama sekali tidak terkejut begitu melihat Akbar ada di dalam ruang kerjanya pagi ini, mereka sudah bersahabat cukup lama. Bisa dibilang, Akbar dan Arman adalah saksi hidup atas setiap kenakalan yang Prasetyo lakukan semasa remaja bahkan sampai sebelum lelaki itu menikah. “Wajahmu selalu saja muram, Pras.” Akbar berdiri untuk menyambut Prasetyo. “Apa yang kau lakukan sepagi ini di kantor orang lain?” tanya Prasetyo, lelaki itu mengabaikan salam dari Akbar dan langsung menuju meja kerjanya yang sudah diisi oleh tumpukan laporan yang harus diperiksa. “Pergilah, kau membuatku kesal.” Akbar tertawa. “Kalimat macam apa itu. Padahal baru saja kau membujukku untuk datang ke bar Arman yang baru.” Akbar dengan santai duduk di sofa hitam tepat di depan meja kerja Prasetyo. “Oh ayolah, seseru apa pun tempatnya pasti jadi membosankan kalau kamu nggak datang.” Akbar menirukan perkataan Prasetyo sembari menggerakan bibirnya secara berlebihan, lelaki itu sengaja menggoda Prasetyo yang se

    Last Updated : 2024-10-12
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Pagutan pertama (18+ warning)

    Bertahun-tahun lalu, Prasetyo menghabiskan masa muda dengan penuh kesenangan. Ia memiliki uang, kekuasaan sekaligus perempuan tercantik di kampusnya, Samantha. Hidup Prasetyo lengkap, ia bahkan sudah sangat yakin untuk memilih Samantha sebagai pasangan hidupnya. Sampai perempuan itu mengecewakannya, menghancurkan kehidupan Prasetyo yang sempurna dengan melemparkan kotoran ke wajahnya. Samantha menolak lamaran Prasetyo, tidak cukup sampai di sana perempuan itu bahkan dengan tega mengakhiri hubungan mereka dan memilih untuk mengejar karirnya di New York padahal Prasetyo sudah merendahkan diri dengan memohon agar Samantha tidak meninggalkannya. Lelaki itu bersedia menunggu sebanyak apapun waktu yang perempuan itu butuhkan. Tapi jawaban Samantha tetap sama, lalu hubungan mereka berakhir. Sekarang perempuan itu kembali, terlihat semakin cantik dari sosok Samantha yang Prasetyo ingat terakhir kali. Prasetyo harus terus mengingatkan diri agar tidak terbawa perasaan, karena setelah sekia

    Last Updated : 2024-10-12
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Tidak sadarkan diri

    Samantha merasa adrenalinnya terpacu begitu Prasetyo membalas ciumannya, lelaki itu bahkan menariknya kian rapat. Lidahnya menyusup, membelai setiap sudut dengan tidak sabaran. Respon yang seperti itu membuat Samantha yakin bahwa ia masih memiliki kesempatan, persetan dengan Nathalia. Jika Prasetyo menginginkannya, maka ia tidak akan mundur, perempuan itu juga akan berdiri di sisi Prasetyo dan memperjuangkan hubungan mereka. “Pras.” Desah Samantha begitu pagutan mereka terlepas, matanya berbinar. Perempuan itu sama sekali tidak menutupi kebahagiaannya. “Aku tahu, Pras. Aku tahu, kamu masih mencintaiku. Aku tahu.” Samantha sangat bersemangat, perempuan itu jelas sangat merasa antusias dengan respon Prasetyo terhadap sentuhannya. “Aku benar kan, Pras. Kamu memang masih mencintaiku, iya kan?” Pagutan pada bibirnya adalah jawaban yang diberikan Prasetyo, Samantha senang. Perempuan itu bahkan kian berani menggerakan tangannya untuk menelusuri otot-otot Prasetyo yang masih terbungkus p

    Last Updated : 2024-10-12
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Samantha dan Akbar

    Akbar hanya bisa menghela napas, karena sepeninggalan Prasetyo dan Arman, Samantha tidak bisa berhenti menghancurkan barang-barang di apartemennya. Adik sepupunya itu memang memiliki temperamen yang buruk, tapi sebagai orang yang sudah mengurus Samantha sejak kecil mau tidak mau Akbar harus mengakui bahwa ia memang sangat menyayangi Samanta. “Hentikan!” Akbar menahan tahan Samantha yang kembali akan melempar pajangan di atas nakas, pecahan beling dan kaca berserakan di bawah kaki mereka. Akbar tidak ingin Samantha terluka. “Sudah cukup, Samantha.” “Lepas!” Samantha memberontak, emosinya belum selesai. Ia masih tidak terima karena Prasetyo lebih memilih Nathalia dibandingkan dirinya. “Lepas!” teriak Samantha semakin histeris. “Berhenti bersikap seperti penyakitan!” geram Akbar. Samantha berbalik, mata merah menatap Akbar yang tampak lelah. “Dia meninggalkan aku, Akbar. Dia lebih memilih perempuan sialan itu dibandingkan aku!” “Apa yang kamu harapkan?” tanya Akbar, lelaki itu m

    Last Updated : 2024-10-12
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Terima kasih untuk hari ini

    Arman bergegas bangun dari duduknya begitu melihat Nathalia menggerakan jari-jarinya, beberapa saat yang lalu dokter yang menangani Nathalia datang untuk memeriksa kondisi vital perempuan itu, Prasetyo yang penasaran mengikuti dokter lanjut usia itu ke ruangan prakteknya untuk konsultasi lebih jauh. “Nat.” Panggil Arman pelan, matanya tidak berhenti memperhatikan wajah Nathalia sedangkan tangannya dengan sigap menekan tombol darurat untuk memanggil perawat. “uh, pusing.” “Hey, pelan-pelan saja. Kamu pingsan cukup lama.” Arman mengulurkan tangan untuk menghalangi mata Nathalia dari silaunya lampu kamar perawatan, Arman mengerti bahwa perempuan itu pasti lebih sensitif terhadap cahaya setelah pingsan cukup lama. “Bertahanlah, sebentar lagi. Perawat akan segera datang.” Arman menyampaikan itu semua dengan tenang, suaranya yang lembut membuat Nathalia itu merasa nyaman alih-alih panik karena tiba-tiba saja berada pada kondisi yang asing. Seingatnya, ia sedang membaca di perpustak

    Last Updated : 2024-10-12
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Asumsi sendiri

    Arman sebetulnya masih ingin tinggal, tapi lelaki itu cukup sadar diri untuk tidak memaksakan kehendaknya. Diantara mereka berdua, Prasetyo lah yang berhak dan berkuasa atas Nathalia. Karena itu, meski harus mengepalkan tangan sampai kuku jarinya memutih, Arman akhirnya mengalah. “Baiklah, kabari aku jika kau masih membutuhkan bantuan.” Kata Arman sembari mengemasi dompet dan jaketnya. “Aku pulang dulu.” Nathalia hanya memberikan senyum tipis sebagai balasan ketika Arman berpamitan kepadanya, tapi senyumnya tidak bertahan lama karena wajah muram suaminya langsung menyambutnya. “Apa harus sampai seperti ini?” tanya Prasetyo datar.“Mas Pras ini ngomongin apa?”Prasetyo bersedekap, menatap Nathalia yang masih pucat dengan wajah muram. Ia sendiri tidak mengerti dengan perasaannya, ada perasaan kesal luar biasa karena akibat kecerobohan istrinya ia harus merelakan satu malam di rumah sakit alih-alih bersenang-senang di klub malam. Prasetyo berkali-kali berperang dengan dirinya sendiri

    Last Updated : 2024-11-29

Latest chapter

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Senan-senang

    Prasetyo menarik napas panjang saat ia dan Rendra keluar dari kafe melalui pintu belakang. Jalanan di belakang kafe sepi, hanya diterangi cahaya temaram dari lampu jalan yang berkelip. Namun, Prasetyo tahu bahwa mereka tidak akan dibiarkan pergi begitu saja."Kita harus cepat," kata Rendra, matanya menyapu sekeliling.Langkah kaki terdengar semakin dekat. Prasetyo menoleh ke belakang dan melihat pria bertubuh besar yang tadi masuk ke kafe kini berdiri di ambang pintu belakang, menatap mereka dengan tajam. Dua orang lainnya muncul dari gang sempit di samping kafe, membuat jalan keluar mereka semakin terbatas."Mereka datang lebih cepat dari yang kukira," gumam Prasetyo."Tidak ada waktu untuk ragu," balas Rendra. Ia dengan cekatan meraih sesuatu dari dalam jaketnya—sebuah flash drive kecil. "Ambil ini. Jika terjadi sesuatu padaku, pastikan Samantha dan Nadia mendapatkannya. Mereka tahu harus berbuat apa."Prasetyo mengambil flash drive itu dan memasukkannya ke dalam saku dalam jaketnya

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Rencana baru

    Prasetyo berdiri di tengah ruangan yang perlahan-lahan mulai kosong. Orang-orang masih berbisik tentang apa yang baru saja terjadi, beberapa di antara mereka mencuri pandang ke arahnya dengan berbagai ekspresi—kagum, lega, atau bahkan ketidakpercayaan. Tapi Prasetyo tidak peduli. Pikirannya masih tertuju pada satu hal: ini belum berakhir.Samantha masih berdiri di dekatnya, wajahnya terlihat lebih tenang meski sisa ketegangan belum sepenuhnya hilang. Ia meremas jemarinya sendiri, seolah mencoba menenangkan diri. "Pras, kita harus memastikan Arman benar-benar tidak punya jalan untuk lolos lagi. Kita tidak bisa membiarkannya bermain di balik bayang-bayang."Nadia, sang jurnalis investigasi, menyelipkan tablet ke dalam tasnya lalu menatap Prasetyo dengan serius. "Bukti ini cukup untuk menjatuhkannya sekarang, tapi seperti yang kubilang tadi, ini belum selesai. Ada banyak orang di belakang Arman yang mungkin mencoba membersihkan namanya atau bahkan membalas dendam."Prasetyo mengangguk. "

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   kebenaran akan selalu menang

    Prasetyo menatap pria berseragam itu dengan tajam, pikirannya berpacu mencari cara untuk keluar dari situasi ini. Ia tahu jika ia mengikuti mereka sekarang, Arman akan semakin unggul. Setiap detik terasa begitu panjang, seolah waktu melambat dalam ketegangan yang semakin menyesakkan."Tuan, kami harus meminta Anda untuk tidak membuat ini lebih sulit," suara pria itu tegas, namun tetap formal. Tangannya sudah terulur, siap menggiring Prasetyo keluar dari ruangan.Samantha berdiri dengan gemetar, wajahnya penuh ketakutan dan amarah yang bergejolak. "Tidak! Dia tidak bersalah! Semua ini rekayasa! Arman menjebaknya!"Arman mendesah, menggelengkan kepalanya seolah bosan dengan drama yang terjadi. "Samantha, sayangku, terima saja kenyataan. Prasetyo kalah. Kau juga kalah. Dunia ini tidak pernah berpihak pada orang-orang seperti kalian."Namun sebelum pria berseragam itu bisa membawa Prasetyo, sebuah suara lain menggema di ruangan."Tunggu!"Semua kepala menoleh. Seorang wanita dengan jas ab

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Perang yang sesungguhnya

    Ruangan itu masih sunyi. Udara terasa tegang, seakan-akan waktu berhenti setelah semua kebenaran terungkap. Prasetyo menarik napas panjang, matanya menatap Samantha yang kini benar-benar kehilangan kata-kata. Namun, ia tahu, ini belum selesai.Tiba-tiba, suara tepukan tangan menggema di ruangan itu. Semua orang menoleh ke arah pintu masuk. Di sana, berdiri seorang pria dengan jas hitam rapi, ekspresi wajahnya penuh dengan kepuasan. Arman."Luar biasa, Pras," ujarnya dengan nada mengejek. "Aku harus mengakui, kau memang lebih pintar dari yang aku kira. Tapi apakah kau benar-benar berpikir ini adalah akhir dari segalanya?"Prasetyo mengepalkan tangannya. "Arman, ini sudah selesai. Semua bukti ada di sini. Tidak ada lagi kebohongan yang bisa kau sembunyikan."Namun, alih-alih panik, Arman justru tersenyum sinis. Ia melangkah perlahan ke tengah ruangan, matanya menatap Samantha yang kini tampak putus asa."Samantha, sayangku," ucapnya dengan nada merendahkan. "Aku sudah bilang, jangan ter

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Menepuk lalat

    Ruangan yang awalnya penuh dengan tawa dan kegembiraan kini berubah menjadi panggung pembongkaran. Semua mata tertuju pada Prasetyo, yang berdiri tegak di tengah-tengah ruang, dengan wajah penuh tekad. Di belakangnya, layar televisi lebar yang sudah disiapkan sebelumnya menampilkan serangkaian bukti yang akan mengungkapkan kebohongan besar yang selama ini disembunyikan oleh Samantha dan Kareena.Samantha, yang semula tampak percaya diri, kini mulai tampak panik. Wajahnya memucat, dan tubuhnya sedikit gemetar. Ia tak menyangka jika Prasetyo benar-benar memiliki bukti yang begitu kuat, bukti yang mampu mengguncang seluruh dunia yang ia bangun dengan kebohongannya. Namun, Samantha masih mencoba untuk menyelamatkan dirinya. Dengan cepat, ia berusaha mengelak, suaranya bergetar ketika ia membuka mulut."T-tunggu, Prasetyo! Ini tidak seperti yang kamu pikirkan!" Samantha mencoba menyusun kata-kata, meskipun suaranya terdengar semakin terbata-bata. "Kamu salah paham! Aku… aku tidak tahu apa

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Membongkar kotak pandora

    Meski ingatannya telah kembali sepenuhnya, ia memilih untuk berpura-pura tidak ingat, bahkan bersikap seolah-olah ia masih kehilangan ingatannya. Ia tahu bahwa ini adalah langkah yang berbahaya, tetapi itu adalah cara terbaik untuk mempersiapkan dirinya menghadapi Samantha dan orang-orang yang telah menipu dan memanipulasinya selama ini. Prasetyo merasa bahwa saat ini ia harus menjadi seorang aktor yang baik, menyembunyikan perasaannya dan berakting sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Samantha dan ibunya, Kareena.Samantha, dengan segala kebohongannya, terus berusaha menambah kepingan puzzle kebohongan yang selama ini mereka bangun. Ia tahu bahwa Prasetyo masih berada di dalam genggamannya, dan ia terus mencoba untuk meyakinkannya bahwa mereka berdua adalah pasangan yang sempurna, bahwa dia adalah wanita yang terbaik untuknya. Sementara itu, Kareena, ibu Prasetyo, tampaknya juga telah membenarkan semua kebohongan itu, memberikan dukungan penuh pada Samantha, seolah-olah semuanya be

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Kesempatan kedua

    Nathalia masih berdiri di depan pintu rumah sewaannya, matanya penuh kebingungan, bercampur dengan perasaan yang sulit dijelaskan. Hatinya ingin percaya, tapi rasa takut dan luka lama yang belum sembuh sepenuhnya membuatnya ragu. Namun, di tengah ketidakpastian itu, ponsel Nathalia tiba-tiba berbunyi.Dia melihat nama Akbar muncul di layar. Nathalia merasa sedikit cemas, karena dia tahu Akbar adalah salah satu orang yang paling dekat dengan Prasetyo, dan bisa jadi, Akbar tahu lebih banyak tentang apa yang terjadi. Tanpa berpikir panjang, Nathalia mengangkat telepon itu."Halo, Akbar," sapanya dengan suara sedikit terengah-engah, masih mencoba menenangkan dirinya setelah pertemuannya dengan Prasetyo."Nat, kamu baik-baik saja?" suara Akbar terdengar prihatin dari ujung telepon. "Aku dengar Prasetyo datang menemuimu tadi. Apa yang terjadi?"Nathalia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan pikirannya yang berlarian. "Iya, dia datang," jawabnya perlahan. "Tapi... ada banyak hal ya

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Permintaan maaf

    Setelah beberapa waktu terpisah dan melalui berbagai kebohongan yang menjerat, hatinya kini dipenuhi oleh penyesalan yang mendalam. Ia harus menemui Nathalia, harus melihat wajah wanita itu lagi, meskipun ia tahu ia sudah terlambat. Akibat tindakan ibunya, ia dan Nathalia kini terpisah. Tetapi, berkat bantuan Akbar, akhirnya ia berhasil mengetahui keberadaan Nathalia. Tak ada lagi waktu untuk ragu—Prasetyo merasa ia harus melangkah, walaupun ia tahu ini akan menjadi pertemuan yang penuh emosi dan kerumitan.Saat sampai di depan rumah sewaan Nathalia, perasaan Prasetyo semakin bergejolak. Rumah itu tampak sederhana, jauh berbeda dengan rumah mewah yang dulu mereka impikan bersama. Rumah ini adalah tempat di mana Nathalia harus berjuang sendiri, tanpa kehadirannya. Dalam kondisi seperti ini, Prasetyo merasa dirinya semakin tidak pantas berada di sana.Prasetyo mengatur napasnya, mengetuk pintu dengan tangan yang sedikit gemetar. Tak lama kemudian, pintu terbuka, dan di baliknya, Nathali

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Puzel yang mulai tersusun

    Setelah beberapa hari menjalani perawatan di rumah sakit, Prasetyo akhirnya keluar dan kembali ke rumah, meskipun ingatannya masih sedikit kabur. Samantha tetap berada di sisinya, menjaga setiap langkahnya. Namun, dalam hati Prasetyo, sebuah niat mulai berkembang—untuk menggali lebih dalam tentang siapa yang benar dan siapa yang berbohong. Ia sadar bahwa ingatannya yang hilang bukan hanya tentang dirinya, tetapi juga tentang orang-orang yang ada di sekitarnya.Suatu malam, saat mereka sedang duduk bersama di ruang tamu, Prasetyo memutuskan untuk menghubungi Akbar. Ia tidak memberi tahu Samantha sebelumnya, tapi ia tahu bahwa Akbar adalah satu-satunya orang yang mungkin bisa membantunya mengungkap semua yang disembunyikan. Di luar dugaan, Akbar menjawab telepon dengan cepat, suaranya tegas namun penuh kekhawatiran."Pras? Apa kabar? Kenapa tiba-tiba menghubungi aku?" tanya Akbar dengan nada cemas.Prasetyo menghela napas, menatap langit malam yang gelap di luar jendela. "Ingatan aku su

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status