Share

Perempuan favorit

Penulis: minipau
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-12 10:29:14

“Kamu pulang.”

Prasetyo nyaris terjungkal saking terkejutnya, spontan lelaki itu melirik jam di pergelangan tangannya. Pukul tiga dini hari, seharusnya Natalia sudah tidur sejak tadi.

“Belum tidur?” tanya Prasetyo sembari menutup pintu kamar, tubuhnya terasa lengket. Ia butuh mandi dan menyegarkan tubuh setelah seharian beraktifitas di banyak tempat. “Aku akan mandi dulu.”

Natalia sama sekali tidak menjawab, perempuan itu hanya duduk diam di atas ranjang sembari menatap kosong pada layar televisi yang menampilkan drama dari salah satu stasiun tv ternama.

“Kenapa kalian para perempuan sangat menyukai tontonan penuh drama seperti itu?” tanya Prasetyo begitu keluar dari kamar mandi, tubuh lelaki itu masih setengah basah. lelaki itu hanya melapisi tubuhnya dengan bathrobe berwarna hitam. “Cari penyakit.” Cecar lelaki itu lagi begitu adegan di dalam layar menampilkan tokoh utama perempuan yang terisak begitu mengetahui ternyata suaminya memiliki wanita idaman lain.

“Menurutmu kenapa?” tanya Natalia tanpa mengalihkan tatapan dari layar. “Tentu saja untuk menyadarkan kami apa yang akan terjadi jika bersikap bodoh saat suami kami benar-benar memiliki wanita idaman lain.”

Natalia melirik suaminya begitu lelaki itu tertawa, bagi Prasetyo ucapannya jelas hanya bualan. Lelaki itu sudah sejak awal mengatakan tidak akan pernah bisa setia terhadap pernikahan mereka, sejak awal Prasetyo tidak pernah berjanji bahwa ia adalah satu-satunya.

“Apa dia cukup hebat saat di atas ranjang?” tanya Natalia langsung.

Prasetyo yang sedang menuangkan vodka ke dalam gelas hanya tersenyum miring, lelaki itu jelas tahu apa yang Natalia maksudkan. Tapi sepertinya Prasetyo lebih senang bermain-main dengan perasaan istrinya, alih-alih memberikan jawaban Prasetyo justru melemparkan pertanyaan yang menyebalkan.

“Siapa yang ingin kamu pastikan?” tanya lelaki itu sembari menyesap vodka di dalam gelasnya.

Tangan Natalia terkepal, “Ada berapa perempuan sebenarnya?”

“Perlukah aku mempertemukan kalian?” tanya Prasetyo santai.

Natalia tahu suaminya hanya sedang mempermainkannya, tapi hatinya sudah terlalu panas. Perempuan itu sudah terlalu buta untuk menyadari bahwa bisa saja lelaki itu sedang meledeknya.

“Favoritmu pasti Samantha.”

Alis Prasetyo terangkat seolah bertanya kenapa Natalia berpikir demikian.

“Kamu tidak pernah mengizinkan siapapun menyentuh ponselmu, kamu sendiri yang bilang kalau ponsel adalah barang privasi yang tidak bisa dipegang tanpa izin.” Natalia berusaha sekuat tenaga agar suaranya tidak bergetar. “Tapi kamu mengizinkan Samantha menyentuhnya, perempuan itu bahkan bisa mengangkat panggilan dariku.”

Prasetyo kembali menuang vodka ke dalam gelas, gestur lelaki itu sangat santai, duduk di single sofa tidak jauh dari ranjang. Gestur santai itu memancing amarah Natalia, perempuan itu merasa Prasetyo tidak terlalu menanggapinya padahal seharusnya lelaki itu meminta maaf atau minimal berjanji akan membiarkan Natalia memiliki akses ke ponselnya juga, sama seperti apa yang lelaki itu berikan kepada Samantha.

“Jadi, apa cukup memuaskan kamu, Mas?” tanya Natalia dengan sinis. “JIka dia memang sehebat itu, kamu yakin hanya kamu satu-satunya lelaki yang menyentuhnya?” Natalia terus mengoceh. “Bagaimana jika saat kamu pergi, perempuan itu mengundang lelaki lain untuk naik ke atas ranjangnya? bagaimana jika-”

Ucapan Natalia terhenti karena tiba-tiba saja, Prasetyo naik ke atas ranjang. Lelaki itu mencengkram rambut Natasha hingga membuat perempuan itu harus mengdongkakkan kepala.

“Samantha bukan perempuan rendahan seperti kamu, Nat. Dia tidak memerlukan lelaki untuk naik ke level kehidupan yang lebih tinggi.” desis Prasetyo tepat di depan wajah Natalia. “Dia bukan kamu.”

Tubuh Natalia gemetar, ia bisa merasakan satu tangan suaminya yang bebas berusaha membuka simpul gaun tidurnya. “Dibandingkan mencemburui Samantha, lebih baik kamu juga berusaha keras agar bisa menjadi perempuan kesayanganku.”

Kepala Prasetyo turun, memberi kecupan ringan pada urat-urat leher Natalia yang menonjol. “Layani aku malam ini dan kita lihat, apakah aku akan mengizinkan kamu membuka ponselku saat sarapan nanti.”

Bab terkait

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Aku bukan pelacur

    Prasetyo menatap tubuh indah yang kehabisan napas di bawah kuasanya, kulit Natalia penuh keringat. Lelaki itu tersenyum senang, selalu ada kepuasan tersendiri ketika ia berhasil menaklukan istrinya setelah pertengkaran mereka. Prasetyo merasa menang, karena masih bisa memiliki perempuan itu meski Natalia membencinya. “Tidak pernah ada tempat untuk kembali, Nat.” Bisik Prasetyo tepat di hadapan bibir Natalia yang bengkak karena ulahnya. “Kamu yang merangkak masuk ke kehidupanku dan ini lah kehidupan yang harus kamu lalui.” “Mas.” Rintih Natalia karena Prasetyo kembali bergerak, padahal baru beberapa saat lalu ia mendapatkan pelepasannya. “Cukup.” Prasetyo menulikan telinga, lelaki itu justru bertindak makin berani dengan mengunci kedua tangan Natalia di atas kepala perempuan tersebut. Hal itu membuat Prasetyo lebih dapat menikmati pemandangan dua bukit kembar Natalia yang semakin tinggi menantang. “Mas.” Rintih Natalia karena pelepasannya kembali datang, di tambah ia juga harus me

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Lakon drama rumah tangga

    “Jangan ulangi lagi.” Dari ujung matanya Prasetyo mendengar langkah kaki samar yang sangat dikenalnya, Natalia. Bukannya menyudahi panggilan, lelaki itu justru tetap melanjutkan obrolan. Bahkan obrolan tersebut terdengar semakin mesra, Natalia yang hendak memasuki ruang makan memilih untuk menghentikan langkah sembari mencuri dengar. “Datanglah pukul tujuh malam nanti, bar Arman yang baru ini katanya lebih seru.” Kata Prasetyo sembari menghirup aroma kopi hitam kesukaannya. “Oh ayolah, seseru apa pun tempatnya pasti jadi membosankan kalau kamu nggak datang.” Telinga Natalia semakin panas, meski begitu ia tahu bahwa Prasetyo tidak suka di konfrontasi. Apa yang dialaminya malam tadi adalah pelajaran sekaligus peringatan, suaminya tidak suka jika Natalia mencampuri urusannya, terutama tentang Samantha. Dengan kesadaran itu, Natalia mencoba menenangkan diri dan baru setelahnya memasuki ruang makan dengan langkah dan wajah yang tenang seolah-olah tidak terganggu dengan percakapan sua

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Bersikap abu abu

    Prasetyo sama sekali tidak terkejut begitu melihat Akbar ada di dalam ruang kerjanya pagi ini, mereka sudah bersahabat cukup lama. Bisa dibilang, Akbar dan Arman adalah saksi hidup atas setiap kenakalan yang Prasetyo lakukan semasa remaja bahkan sampai sebelum lelaki itu menikah. “Wajahmu selalu saja muram, Pras.” Akbar berdiri untuk menyambut Prasetyo. “Apa yang kau lakukan sepagi ini di kantor orang lain?” tanya Prasetyo, lelaki itu mengabaikan salam dari Akbar dan langsung menuju meja kerjanya yang sudah diisi oleh tumpukan laporan yang harus diperiksa. “Pergilah, kau membuatku kesal.” Akbar tertawa. “Kalimat macam apa itu. Padahal baru saja kau membujukku untuk datang ke bar Arman yang baru.” Akbar dengan santai duduk di sofa hitam tepat di depan meja kerja Prasetyo. “Oh ayolah, seseru apa pun tempatnya pasti jadi membosankan kalau kamu nggak datang.” Akbar menirukan perkataan Prasetyo sembari menggerakan bibirnya secara berlebihan, lelaki itu sengaja menggoda Prasetyo yang se

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Pagutan pertama (18+ warning)

    Bertahun-tahun lalu, Prasetyo menghabiskan masa muda dengan penuh kesenangan. Ia memiliki uang, kekuasaan sekaligus perempuan tercantik di kampusnya, Samantha. Hidup Prasetyo lengkap, ia bahkan sudah sangat yakin untuk memilih Samantha sebagai pasangan hidupnya. Sampai perempuan itu mengecewakannya, menghancurkan kehidupan Prasetyo yang sempurna dengan melemparkan kotoran ke wajahnya. Samantha menolak lamaran Prasetyo, tidak cukup sampai di sana perempuan itu bahkan dengan tega mengakhiri hubungan mereka dan memilih untuk mengejar karirnya di New York padahal Prasetyo sudah merendahkan diri dengan memohon agar Samantha tidak meninggalkannya. Lelaki itu bersedia menunggu sebanyak apapun waktu yang perempuan itu butuhkan. Tapi jawaban Samantha tetap sama, lalu hubungan mereka berakhir. Sekarang perempuan itu kembali, terlihat semakin cantik dari sosok Samantha yang Prasetyo ingat terakhir kali. Prasetyo harus terus mengingatkan diri agar tidak terbawa perasaan, karena setelah sekia

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Tidak sadarkan diri

    Samantha merasa adrenalinnya terpacu begitu Prasetyo membalas ciumannya, lelaki itu bahkan menariknya kian rapat. Lidahnya menyusup, membelai setiap sudut dengan tidak sabaran. Respon yang seperti itu membuat Samantha yakin bahwa ia masih memiliki kesempatan, persetan dengan Nathalia. Jika Prasetyo menginginkannya, maka ia tidak akan mundur, perempuan itu juga akan berdiri di sisi Prasetyo dan memperjuangkan hubungan mereka. “Pras.” Desah Samantha begitu pagutan mereka terlepas, matanya berbinar. Perempuan itu sama sekali tidak menutupi kebahagiaannya. “Aku tahu, Pras. Aku tahu, kamu masih mencintaiku. Aku tahu.” Samantha sangat bersemangat, perempuan itu jelas sangat merasa antusias dengan respon Prasetyo terhadap sentuhannya. “Aku benar kan, Pras. Kamu memang masih mencintaiku, iya kan?” Pagutan pada bibirnya adalah jawaban yang diberikan Prasetyo, Samantha senang. Perempuan itu bahkan kian berani menggerakan tangannya untuk menelusuri otot-otot Prasetyo yang masih terbungkus p

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Samantha dan Akbar

    Akbar hanya bisa menghela napas, karena sepeninggalan Prasetyo dan Arman, Samantha tidak bisa berhenti menghancurkan barang-barang di apartemennya. Adik sepupunya itu memang memiliki temperamen yang buruk, tapi sebagai orang yang sudah mengurus Samantha sejak kecil mau tidak mau Akbar harus mengakui bahwa ia memang sangat menyayangi Samanta. “Hentikan!” Akbar menahan tahan Samantha yang kembali akan melempar pajangan di atas nakas, pecahan beling dan kaca berserakan di bawah kaki mereka. Akbar tidak ingin Samantha terluka. “Sudah cukup, Samantha.” “Lepas!” Samantha memberontak, emosinya belum selesai. Ia masih tidak terima karena Prasetyo lebih memilih Nathalia dibandingkan dirinya. “Lepas!” teriak Samantha semakin histeris. “Berhenti bersikap seperti penyakitan!” geram Akbar. Samantha berbalik, mata merah menatap Akbar yang tampak lelah. “Dia meninggalkan aku, Akbar. Dia lebih memilih perempuan sialan itu dibandingkan aku!” “Apa yang kamu harapkan?” tanya Akbar, lelaki itu m

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Terima kasih untuk hari ini

    Arman bergegas bangun dari duduknya begitu melihat Nathalia menggerakan jari-jarinya, beberapa saat yang lalu dokter yang menangani Nathalia datang untuk memeriksa kondisi vital perempuan itu, Prasetyo yang penasaran mengikuti dokter lanjut usia itu ke ruangan prakteknya untuk konsultasi lebih jauh. “Nat.” Panggil Arman pelan, matanya tidak berhenti memperhatikan wajah Nathalia sedangkan tangannya dengan sigap menekan tombol darurat untuk memanggil perawat. “uh, pusing.” “Hey, pelan-pelan saja. Kamu pingsan cukup lama.” Arman mengulurkan tangan untuk menghalangi mata Nathalia dari silaunya lampu kamar perawatan, Arman mengerti bahwa perempuan itu pasti lebih sensitif terhadap cahaya setelah pingsan cukup lama. “Bertahanlah, sebentar lagi. Perawat akan segera datang.” Arman menyampaikan itu semua dengan tenang, suaranya yang lembut membuat Nathalia itu merasa nyaman alih-alih panik karena tiba-tiba saja berada pada kondisi yang asing. Seingatnya, ia sedang membaca di perpustak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Asumsi sendiri

    Arman sebetulnya masih ingin tinggal, tapi lelaki itu cukup sadar diri untuk tidak memaksakan kehendaknya. Diantara mereka berdua, Prasetyo lah yang berhak dan berkuasa atas Nathalia. Karena itu, meski harus mengepalkan tangan sampai kuku jarinya memutih, Arman akhirnya mengalah. “Baiklah, kabari aku jika kau masih membutuhkan bantuan.” Kata Arman sembari mengemasi dompet dan jaketnya. “Aku pulang dulu.” Nathalia hanya memberikan senyum tipis sebagai balasan ketika Arman berpamitan kepadanya, tapi senyumnya tidak bertahan lama karena wajah muram suaminya langsung menyambutnya. “Apa harus sampai seperti ini?” tanya Prasetyo datar.“Mas Pras ini ngomongin apa?”Prasetyo bersedekap, menatap Nathalia yang masih pucat dengan wajah muram. Ia sendiri tidak mengerti dengan perasaannya, ada perasaan kesal luar biasa karena akibat kecerobohan istrinya ia harus merelakan satu malam di rumah sakit alih-alih bersenang-senang di klub malam. Prasetyo berkali-kali berperang dengan dirinya sendiri

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29

Bab terbaru

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Jejak air mata

    Prasetyo duduk diam di dalam mobilnya yang terparkir di depan rumah. Mesin sudah dimatikan sejak sepuluh menit yang lalu, tetapi ia belum juga turun. Di luar, lampu rumah menyala terang, seolah-olah Nathalia sengaja menunggu kehadirannya. Namun, Prasetyo tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Tangannya masih menggenggam setir, kaku, sementara pikirannya tenggelam dalam pusaran rasa bersalah dan kenangan yang terus menghantuinya. Ia memejamkan mata, mencoba mengatur napas. Namun, setiap kali ia mencoba, bayangan Nathalia muncul—bukan hanya Nathalia yang sekarang, tetapi Nathalia dari satu tahun yang lalu, di hari ketika hidupnya berubah selamanya. Pernikahan mereka bukan dimulai dari cinta. Prasetyo masih ingat betul bagaimana ia merasa dikhianati oleh Nathalia, perempuan yang menurutnya telah menjebaknya dalam ikatan pernikahan ini. Ia tidak pernah berencana menikah muda, apalagi dengan seseorang yang ia anggap terlalu ambisius dan penuh trik. Nathalia datang ke dalam hidupnya dengan mem

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Kunci emas

    Suara bantingan keras dari ruang kerja menggema ke seluruh rumah, memecah keheningan malam yang mencekam. Akbar, yang tengah duduk di ruang tamu sambil menyusun laporan pekerjaan, terkejut mendengar suara itu. Tanpa ragu, ia bangkit dan berjalan cepat menuju ruang kerja Prasetyo. Pintu sedikit terbuka, dan Akbar mengintip ke dalam. Pemandangan yang dilihatnya membuat Akbar tertegun. Prasetyo berdiri di tengah ruangan, tubuhnya membungkuk, tangan mencengkeram pinggir meja dengan erat, seolah berusaha menahan dunia yang runtuh di atasnya. Rambutnya acak-acakan, dasinya longgar, dan kemejanya basah oleh keringat. Dokumen berserakan di lantai bersama gelas yang pecah. "Pras?" Akbar memanggil pelan, tetapi Prasetyo tidak menoleh. Ia tetap diam, hanya napasnya yang berat dan putus-putus terdengar di antara keheningan. Akbar mendorong pintu lebih lebar dan masuk. "Pras, apa yang terjadi? Kau baik-baik saja?" Prasetyo mengangkat wajahnya perlahan. Matanya merah, penuh dengan kelelahan dan

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Salah sekutu

    Bar kecil di sudut kota itu penuh dengan suara dentingan gelas dan obrolan yang samar-samar. Di salah satu sudutnya, Akbar dan Arman duduk berhadapan di meja dengan beberapa gelas minuman di antara mereka. Dua sahabat Prasetyo itu terlihat tenggelam dalam pembicaraan serius, meskipun ada nada santai yang mereka coba pertahankan. "Jadi," Arman memulai sambil memutar-mutar gelasnya. "Bagaimana kabar Pras dan Nathalia? Masih terlihat seperti pasangan bahagia?" Akbar mendesah, lalu menyesap minumannya. "Kau tahu Pras. Dia tidak pernah menunjukkan apa yang sebenarnya ia rasakan. Tapi aku bisa melihat ada sesuatu yang mengganggu pikirannya akhir-akhir ini." Arman menyeringai kecil, wajahnya penuh kepura-puraan simpati. "Tentu saja. Dengan Samantha kembali dalam hidupnya, siapa yang tidak akan terganggu?" Mata Akbar menyipit. Ia tidak menyukai cara Arman berbicara, tetapi ia tahu sahabat Prasetyo ini selalu memiliki agenda tersembunyi. "Samantha tidak perlu dibawa-bawa, Man. Pras sudah m

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Hide and seek

    Nathalia tidak bisa mengabaikan firasat buruknya. Pertemuan dengan Samantha di supermarket dan perubahan sikap Prasetyo membuat pikirannya tak henti bertanya-tanya. Suaminya tampak lebih sering melamun, sementara Samantha justru muncul dengan senyuman misterius yang membuat Nathalia semakin curiga.Kali ini, ia memutuskan untuk menemui Samantha secara langsung. Nathalia memilih sebuah kafe kecil di pinggir kota sebagai tempat pertemuan, jauh dari keramaian. Ketika Samantha tiba, ia mengenakan blazer modis dengan senyuman penuh percaya diri yang sudah menjadi ciri khasnya."Wow, kau benar-benar berani mengundangku ke sini," ujar Samantha sambil duduk di kursinya. "Apa yang ingin kau bicarakan, Nathalia?"Nathalia berusaha menjaga ketenangannya. "Aku ingin tahu sesuatu. Tentang hubunganmu dengan Prasetyo."Samantha menaikkan alisnya, lalu tersenyum licik. "Hubunganku dengan Prasetyo? Maksudmu, hubungan yang mana? Sebagai teman lama? Atau sesuatu yang lebih menarik?"Darah Nathalia berde

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Pengakuan tidak terduga

    Prasetyo menggeram kesal begitu mendengar kabar bahwa Samantha telah bertemu dengan Nathalia di supermarket. Tanpa menunggu lama, ia langsung menghubungi perempuan itu, memintanya untuk bertemu di tempat yang jauh dari perhatian publik. Samantha, yang tampaknya sudah menanti momen ini, setuju tanpa banyak bicara. Pertemuan itu berlangsung di sebuah kafe kecil yang sepi. Prasetyo tiba lebih dulu, duduk dengan rahang yang terkatup rapat dan tangan yang mengepal di atas meja. Ketika Samantha masuk, ia mengenakan pakaian yang santai namun tetap elegan, senyum kecil tersungging di bibirnya seperti tidak ada yang salah. "Kamu benar-benar nekat," ujar Prasetyo tanpa basa-basi ketika Samantha duduk di depannya. Nada suaranya rendah, tapi penuh kemarahan yang tertahan. Samantha hanya mengangkat bahu. "Apa yang nekat? Aku hanya berbelanja, sama seperti orang lain. Kebetulan aku bertemu Nathalia. Itu saja." "Kebetulan?" Prasetyo mendesis, matanya menatap tajam ke arah Samantha. "Aku tahu kam

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Pertemuan tidak sengaja

    Hari-hari berlalu, tetapi keadaan Prasetyo semakin memburuk. Wajahnya yang dulu tegas kini terlihat layu, dengan lingkaran hitam yang mencolok di bawah matanya. Ia sering kehilangan fokus di tengah-tengah pekerjaannya, bahkan saat rapat penting sekalipun. Akbar, yang sudah lama menjadi teman sekaligus rekan kerja Prasetyo, hanya bisa menggelengkan kepala setiap kali melihat keadaan sahabatnya itu. "Pras, aku nggak bisa tinggal diam melihat kamu seperti ini," kata Akbar suatu sore di kantor. Mereka berdua duduk di ruang kerja Prasetyo, di mana tumpukan dokumen terlihat berantakan di atas meja. Prasetyo hanya mendesah, menunduk sambil memijat pelipisnya. "Aku baik-baik saja, Bar. Aku cuma perlu waktu untuk menyelesaikan semuanya." "Baik-baik saja?" Akbar memelototi Prasetyo dengan tatapan tidak percaya. "Kamu bahkan nggak bisa konsentrasi selama lebih dari lima menit. Dan jangan pikir aku nggak tahu kalau kamu juga hampir nggak tidur beberapa hari ini. Pras, kamu perlu bantuan." "Ak

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Rahasia bersama

    Prasetyo akhirnya memutuskan untuk pulang. Keputusan itu tidak datang dengan mudah; rasa bersalah yang terus menghantuinya membuat setiap langkah terasa berat. Namun, kekhawatiran akan keadaan Nathalia dan rasa rindu yang perlahan menggerogoti hatinya mendorongnya untuk kembali ke rumah. Dalam perjalanan, pikirannya dipenuhi oleh bayangan Nathalia—wajah lembut istrinya yang dulu selalu menyambutnya dengan senyuman hangat. Tetapi sekarang, senyuman itu terasa seperti cermin yang memantulkan dosa-dosa yang ia lakukan. Ketika Prasetyo sampai di rumah, suasana terasa berbeda. Nathalia, yang sedang duduk di ruang tamu, segera bangkit begitu melihatnya. Wajahnya dipenuhi rasa senang dan lega yang sulit disembunyikan. “Kau pulang,” ucap Nathalia dengan suara yang sedikit bergetar, matanya berbinar-binar. Ia berjalan mendekat, senyum hangat menghiasi wajahnya meski masih terlihat bayang-bayang kelelahan dan kesedihan yang belum sepenuhnya hilang. Namun, Prasetyo tidak mampu menatapnya. Kep

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   obsesi yang tidak kunjung usai

    Rasa bersalah Prasetyo tidak berhenti menghantuinya saat ia sadar, tetapi juga menyusup ke dalam tidurnya. Malam-malamnya diisi oleh mimpi buruk yang begitu nyata, seolah menegaskan kegagalannya sebagai suami dan ayah. Dalam mimpi itu, ia sering melihat seorang anak perempuan, wajahnya cantik dengan rambut lebat dan mata bulat yang berkilau seperti berlian. Namun, air mata mengalir deras di pipi anak itu. Bibir kecilnya gemetar saat ia berkata dengan suara yang pecah oleh isakan, “Kenapa Ayah membiarkan aku disakiti? Kenapa Ayah tidak melindungiku?”Anak itu menangis, suara isaknya menggema di seluruh ruangan mimpi, membuat hati Prasetyo terasa seperti dicabik-cabik. Ia mencoba mendekat, tetapi kakinya berat seolah tertanam di tanah. Semakin ia berusaha melangkah, semakin jauh jarak antara dirinya dan anak itu. Wajah anak perempuan itu semakin dipenuhi kesedihan, dan sorot matanya penuh ketakutan.“Ayah...” suara anak itu bergetar. “Kenapa Ayah meninggalkan aku? Kenapa Ayah membiarkan

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Semakin jauh

    Kabar yang dinantikan akhirnya tiba. Dokter menyatakan bahwa Nathalia sudah cukup pulih untuk pulang ke rumah. Prasetyo, yang mendengar kabar itu, merasa sedikit lega. Setidaknya, ia berpikir, berada di rumah mungkin bisa membantu Nathalia kembali menemukan kedamaian.Namun, kenyataan jauh dari harapannya. Hubungan mereka, yang sebelumnya sudah renggang, kini semakin memburuk. Prasetyo, yang diliputi rasa bersalah, mulai menghindari Nathalia. Ia semakin jarang pulang, menghabiskan waktunya di kantor dengan dalih pekerjaan. Setiap kali Nathalia mencoba berbicara, ia hanya memberi jawaban singkat sebelum mengalihkan perhatian.Di sisi lain, Nathalia tenggelam dalam mimpi buruk yang tak pernah berhenti. Malam-malamnya dipenuhi bayangan keguguran yang menghantui, suara jeritan di kepalanya yang tak kunjung reda. Dalam mimpinya, ia melihat bayinya yang cantik, tetapi setiap kali ia mencoba meraih, bayi itu menghilang, direnggut oleh bayangan gelap.“Maafkan aku,” bisiknya setiap kali terba

DMCA.com Protection Status