Setiap orang pasti menginginkan pernikahan, bukan sebuah pernikahan paksa, tetapi pernikahan dengan orang yang dicintai.
Seperti gadis ini, menikah dengan pria yang selama ini dicintai, mengucap janji suci didepan di depan tuhan
Namun pernikahan yang begitu didambakan, hancur karena ada pihak ketiga, bukan adanya pelakor, melainkan kedatangan sang ibu mertua ke dalam rumah tangganya.
Awalnya gadis ini biasa saja, ia tidak menaruh curiga pada sang mertua, tapi lambat laun sang ibu mertua menunjukan taringnya.
Ia disiksa, difitnah bahkan dengan sengaja membuat gadis ini digunjingkan oleh keluarga suaminya sendiri
Gadis ini hanya bisa diam tanpa melawan sang ibu mertua, karena sebuah ancaman yang membuatnya tidak berkutik.
Dia hanya bisa menangis, di kala ibu mertuanya selalu mengejek, merendahkan martabat dirinya sebagai seorang wanita dan juga istri, ada pun perkataan tajam yang membuatnya ingin sekali berontak.
Tetapi semua itu tidak ia lakukan, mengingat ancaman ibu mertuanya, yang akan memisahkan dirinya dengan sang buah hati.
Dan suaminya tidak melakukan pembelaan, dikala sang istri direndahkan oleh ibunya.
Hingga satu kesalahan yang tidak disengaja wanita ini lakukan, membuatnya terusir dari rumah oleh suaminya sendiri, tanpa mau mendengar penjelasannya
"Apa yang kau lakukan pada Mommyku? Kau sengaja membuat darah tinggi mommy ku naik, dan berakibatkan mommyku masuk rumah sakit, aku tidak menyangka istriku tega berbuat hal keji pada mommy, lebih baik kau pergi dari mansion ini, dan jangan pernah berharap aku akan mencarimu atau memintamu kembali ke kehidupan keluarga ku, wanita sialan!!!" Usir sang suami, dengan ucapan sinis dan dingin menghinanya dengan sebutan sialan.
"Aku tidak melakukan itu,percayalah padaku."
"PERGI!! PERGI!! AKU TIDAK MAU MELIHAT KAU BERADA DI MANSION INI."
Wanita itu menangis, mendengar teriakan dan bentakkan suaminya. Penjelasan yang ia berikan pun tidak dihiraukan.
Dan di malam yang sunyi, rintik hujan mulai turun, wanita itu pergi dari mansion suaminya, tanpa membawa benda berharga untuk bekal hidupnya, sang suami tidak mengizinkan istrinya membawa benda apapun. Termasuk sang buah hati.
••••
Malam semakin larut, dan hujan semakin deras membasahi bumi, wanita bernama Natasha Campbell berjalan ditengah derasnya hujan.
Tubuh yang terkena hujan membuatnya kedinginan, ia tak mampu menahan dingin pada tubuhnya.
Tubuhnya semakin lemah, tak bertenaga, karena saat pengusiran yang di lakukan oleh suaminya, Natasha sama sekali tidak makan, hanya sedikit roti, yang tersisa dari anaknya.
Natasha ambruk, tidak kuat menahan seluruh rasa sakit di tubuhnya, terutama hatinya, goreskan luka yang ditorehkan suaminya membuat ia merelakan dan mengorbankan seluruh hidupnya termasuk harga dirinya.
Dan disaat itu pula, sebuah mobil melintas,tepatnya saat Natasha ambruk dan terjatuh.
Seorang pria yang berada di dalam mobil keluar, menolong Natasha yang sudah tak sadarkan diri.
Pria tampan yang menolong Natasha panik, saat dia mengecek tubuh Natasha yang dingin, pucat dan lemah.
"Ya Tuhan nona, kau tidak apa- apa? Bersabarlah aku akan membawamu ke rumah sakit," ucap pria itu, saat melihat kondisi Natasha lemah.
Pria itu pun mengangkat tubuh Natasha, membawa Natasha ke dalam mobilnya, tidak peduli dengan tubuh basahnya, yang dipikirkan saat ini adalah kondisi Natasha yang nyaris tiada.
Hanya 15 menit mengendarai kuda besinya, pria bernama Enrico Ackerley berusia 35 tahun, seorang pemimpin Ackerley group.
Membopong Natasha masuk ke dalam rumah sakit, dan perawat yang sedang berjaga mengambil brankar untuk menaruh tubuh Natasha.
Natasha segera dilarikan ke dalam ruang ICU karena tubuh yang sangat memprihatinkan.
Namun sayangnya, saat Enrico ingin ikut ke dalam ruang ICU di tahan oleh salah satu perawat.
"Maaf tuan, sebaiknya anda berada di luar ruangan, agar mempermudah dokter menangani pasien," kata perawat itu
"Tapi, aku," ucap Enrico ingin melihat kondisi Natasha. Terpotong dengan ucapan perawat satunya.
"Kami mohon kerjasamanya tuan, biarkan dokter memeriksanya terlebih dahulu, setelah memastikan kondisi pasien membaik, kami akan memberitahu anda," jelas perawat satunya, supaya Enrico mengerti.
Enrico tidak bisa berkata apapun, setelah perawat menjelaskan semuanya, ia mengerti dan memahami prosedur rumah sakit. Dia hanya bisa berdoa untuk keselamatan wanita yang ditolongnya.
•••••
Selepas pengusiran Natasha yang dilakukan anaknya, sang nyonya besar keluarga Addison tersenyum puas, rencana yang selama ini disusun berjalan sesuai keinginannya, tidak ada ada satupun hambatan.
Dan sekarang, Agatha Addison tinggal memikirkan perjodohan antara putra sulungnya dengan Amber Carlton, putri dari keluarga tersohor, Kenneth Carlton. Pengusaha sukses yang mempunyai perusahan dimana- mana.
"Hanya tinggal selangkah lagi, rencana yang sudah aku bangun selesai, tinggal menyingkirkan cucu sialan itu," ucap Agatha pada dirinya sendiri sambil tersenyum licik merencanakan untuk membuang cucunya, atau melemparkannya ke panti asuhan.
Ya, Agatha berencana ingin membuang cucunya sendiri demi ambisinya, yang selama ini diinginkannya. Dan setelah itu dia akan menikahkan putranya, secepat mungkin. Agar kekuasaan milik Carlton bisa dinikmati.
Seorang wanita yang berada di ambang pintu mendengar ucapan Agatha, wanita itu tidak menyangka Agatha begitu kejam terhadap menantu dan cucunya.
Padahal, selama ini Natasha berjuang untuk mendapatkan hati mertuanya, tapi yang didapatkan Natasha tidaklah sebanding dengan perjuangan dan pengorbanannya.
Wanita yang mendengar ucapan Agatha tidak lain adalah putri Agatha sendiri yang bernama Caroline, Carry nama sapaannya tidak menyangka, ibunya bisa memperlakukan kakak iparnya begitu kejam, dengan drama murahan yang dibuatnya, sehingga membuat Natasha terusir dari kediaman keluarganya.
"Mom." Panggil Carry saat masuk ke dalam kamar milik sang ibu.
"Hai honey, ada apa?" Tanya Agatha pada sang putri.
"Bagaimana keadaanmu, apa Mommy sudah merasa membaik?" Carry menghampiri Mommynya yang sedang berbaring diranjang, dan duduk di sisi ranjang.
"Tidak begitu membaik sayang, tubuh mommy masih merasakan sakit," Jawab Agatha berpura- pura sakit di depan putrinya.
"Mommy istirahatlah, aku akan menjaga mommy sampai keadaan mommy memulih." Ujar Carry tersenyum pada sang mommy, walaupun dia tahu, mommy–nya hanya berpura-pura sakit, agar mendapatkan perhatian khusus dari sang kakak, terutama kepercayaan sang kakak.
"Terimakasih sayang, kau begitu peduli dengan mommy."
Agatha pun mengelus surai panjang milik Carry, memeluk erat sang putri dan mencium keningnya, ia bersyukur memiliki puteri penurut seperti Carry, yang hidupnya selalu diatur olehnya.
••••
Aiden Addison sedang duduk di kursi kerjanya, ia terlihat termenung memikirkan perlakuannya pada sang istri. Ada sedikit rasa penyesalan dalam dirinya, tapi semuanya itu di tepisnya, menurutnya istrinya pantas mendapat ganjaran setimpal, karena telah berani membuat sang mommy terjatuh sakit.
Akan tetapi Aiden tidak memikirkan nasib sang putera yang terus meminta ibunya. Ia tidak peduli, rasa benci dan kecewanya sudah masuk ke dalam hatinya.
Walaupun sang adik meminta Aiden untuk mencari Natasha, dia hanya diam, tidak ingin mencarinya. Malahan Aiden meninggalkan Carry yang sedang membujuknya. Mengemis untuk membawa Natasha kembali ke mansion ini demi keponakan tercinta.
"Mencarimu sama saja mengantarkan nyawa ibuku, dan aku bersumpah tidak akan pernah mau membawamu kembali ke mansion ku, walaupun kau mengemis, menangis sampai air matamu mengeluarkan cairan merah, aku tidak sudi mengizinkan mu menginjakan kaki di mansion ku lagi," ujar Aiden pada dirinya sendiri. Ia sudah teramat benci pada Natasha karena hasutan sang ibu.
5 tahun kemudian.Seorang wanita cantik sedang duduk di bangku taman sambil menyesap secangkir teh buatannya.Wanita itu adalah Natasha Campbell, istri dari Aiden Addison. Sekarang ini ia tinggal di keluarga Ackerley, pria yang telah menolongnya saat ituAkan tetapi semuanya berubah, Natasha bukanlah wanita yang lemah, tapi ia menjadi sosok wanita yang kuat, penuh dengan perhitungan dan dendam yang selama ini disimpan dalam hatinya.Natasha bertekad untuk membalas semua perlakuan buruk mertua dan suaminya, ia akan memberi pelajaran pada mereka, yang sudah membuat hidupnya hancur dan telah menginjak harga dirinya.Berkat pertolongan Enrico, Natasha kini, memiliki beberapa bisnis, bersanding dengan perusahaan milik Aiden, sang suami.Namun, Natasha tidak pernah menunjukan dirinya di depan publik, ia hanya bekerja di balik layar. Cukup dengan meminta asistennya mengirim laporan tiap harinya.Seperti sekarang ini, Natasha sibuk membaca laporan yang masuk ke dalam surelnya. Membaca semua l
Mansion Addison.Aiden sudah terlihat rapi dengan suit berwarna hitam yang ia kenakan saat ini, wajahnya terlihat begitu segar dan tampan, berbeda dari biasanya yang tampak begitu lusuh dan tak bersemangat.Entah apa yang membuat Aiden begitu bersemangat kali ini, ia pun tidak tahu. Hanya saja perkataan mommy nya benar, tidak seharusnya dia terlihat lesu seperti beberapa tahun yang lalu.Aiden harus menunjukan bahwa dirinya tidak terpengaruh dengan ada atau tidaknya Natasha dalam hidupnya. Wanita tidak tahu diri yang hampir membunuh ibunya.Mengingat peristiwa itu membuat emosi Aiden muncul dalam dirinya. Dan membangkitkan kebencian yang besar pada Natasha."Wanita sialan. Jika saja kau bukan istriku. Sudah Ku pastikan kau akan kubunuh saat itu juga." Batin Aiden mengingat mommy nya terkapar di lantai dingin akibat ulahnya.Suara ketukan pintu dari luar kamarnya menyadarkan Aiden dari lamunannya. Sejenak Aiden menatap pintu yang dibuka mommy–nya. Ia tersenyum saat mommy–nya menghampir
Aiden melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, ia sendiri tidak mau terburu-buru sampai ke tempat fashion show itu, entah kenapa hatinya merasa menolak untuk datang ke pesta itu. Seperti ada yang mengganjal dalam dirinya.Padahal, Aiden ingin sekali sedikit bersenang-senang melupakan semua penat dirasakannya selama ini, berkumpul sesama pebisnis atau hanya sekedar minum Alkohol walaupun cuma sedikit saja, itu lah yang dipikiran Aiden saat ini.Amber yang sejak tadi melihat gelagat Aiden, hanya bisa menatapnya saja, hingga ia pun mengulum bibirnya untuk membuka pembicaraan."Hmm... Aiden!" panggil Amber."Hmm...""Apa kau sudah menemukan Natasha?" tanya Amber ragu. Melirik sekilas Aiden. Menegang saat ia menyebutkan Natasha."Aku tidak pernah mencarinya selama ini, atau pun menghubungi. Bagi ku Natasha sudah ku anggap mati," jelas Aiden, ia berkata jujur kepada Amber."Maksudmu?" Amber tidak mengerti dengan jawaban Aiden, setahunya Aiden begitu memuja Natasha, sampai dia rela menent
Natasha melihat kedatangan Aiden bersama Amber, jujur saja dia merasa terkejut melihat kedua orang yang tidak ingin dilihatnya. Namun Enrico sengaja menyapa Aiden, dan membawanya ke hadapan Aiden dan Amber. Memperkenalkan dirinya sebagai kekasihnya Enrico.Terlihat jelas tatapan suka dari Aiden, menyerot Natasha begitu intens, hanya saja Natasha tidak peduli dengan Aiden, baginya Aiden adalah masa lalu, dan ia tidak akan mengharapkan ucapan maaf dari Aiden.Sudah cukup 5 tahun untuk Natasha menyimpan semua lukanya, dan kali ini dia akan menunjukkan pada Aiden, tanpa Aiden, dia mampu berdiri sendiri."Ric, bisakah kau mengantarku ke dalam? Sepertinya aku memerlukan sesuatu?" ucap Natasha tidak ingin berlama-lama melihat kedua orang munafik di depannya."Sure baby, apapun yang kau inginkan, aku akan mengantarnya," balas Enrico mengecup kening Natasha di depan Aiden dan Amber. Membuat Aiden mengepalkan tangannya hingga buku-buku jarinya memutih, menahan emosinya sejak tadi melihat Enrico
Natasha melihat kedatangan Aiden bersama Amber, jujur saja dia merasa terkejut melihat kedua orang yang tidak ingin dilihatnya. Namun Enrico sengaja menyapa Aiden, dan membawanya ke hadapan Aiden dan Amber. Memperkenalkan dirinya sebagai kekasihnya Enrico.Terlihat jelas tatapan suka dari Aiden, menyerot Natasha begitu intens, hanya saja Natasha tidak peduli dengan Aiden, baginya Aiden adalah masa lalu, dan ia tidak akan mengharapkan ucapan maaf dari Aiden.Sudah cukup 5 tahun untuk Natasha menyimpan semua lukanya, dan kali ini dia akan menunjukkan pada Aiden, tanpa Aiden, dia mampu berdiri sendiri."Ric, bisakah kau mengantarku ke dalam? Sepertinya aku memerlukan sesuatu?" ucap Natasha tidak ingin berlama-lama melihat kedua orang munafik di depannya."Sure baby, apapun yang kau inginkan, aku akan mengantarnya," balas Enrico mengecup kening Natasha di depan Aiden dan Amber. Membuat Aiden mengepalkan tangannya hingga buku-buku jarinya memutih, menahan emosinya sejak tadi melihat Enrico
Aiden melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, ia sendiri tidak mau terburu-buru sampai ke tempat fashion show itu, entah kenapa hatinya merasa menolak untuk datang ke pesta itu. Seperti ada yang mengganjal dalam dirinya.Padahal, Aiden ingin sekali sedikit bersenang-senang melupakan semua penat dirasakannya selama ini, berkumpul sesama pebisnis atau hanya sekedar minum Alkohol walaupun cuma sedikit saja, itu lah yang dipikiran Aiden saat ini.Amber yang sejak tadi melihat gelagat Aiden, hanya bisa menatapnya saja, hingga ia pun mengulum bibirnya untuk membuka pembicaraan."Hmm... Aiden!" panggil Amber."Hmm...""Apa kau sudah menemukan Natasha?" tanya Amber ragu. Melirik sekilas Aiden. Menegang saat ia menyebutkan Natasha."Aku tidak pernah mencarinya selama ini, atau pun menghubungi. Bagi ku Natasha sudah ku anggap mati," jelas Aiden, ia berkata jujur kepada Amber."Maksudmu?" Amber tidak mengerti dengan jawaban Aiden, setahunya Aiden begitu memuja Natasha, sampai dia rela menent
Mansion Addison.Aiden sudah terlihat rapi dengan suit berwarna hitam yang ia kenakan saat ini, wajahnya terlihat begitu segar dan tampan, berbeda dari biasanya yang tampak begitu lusuh dan tak bersemangat.Entah apa yang membuat Aiden begitu bersemangat kali ini, ia pun tidak tahu. Hanya saja perkataan mommy nya benar, tidak seharusnya dia terlihat lesu seperti beberapa tahun yang lalu.Aiden harus menunjukan bahwa dirinya tidak terpengaruh dengan ada atau tidaknya Natasha dalam hidupnya. Wanita tidak tahu diri yang hampir membunuh ibunya.Mengingat peristiwa itu membuat emosi Aiden muncul dalam dirinya. Dan membangkitkan kebencian yang besar pada Natasha."Wanita sialan. Jika saja kau bukan istriku. Sudah Ku pastikan kau akan kubunuh saat itu juga." Batin Aiden mengingat mommy nya terkapar di lantai dingin akibat ulahnya.Suara ketukan pintu dari luar kamarnya menyadarkan Aiden dari lamunannya. Sejenak Aiden menatap pintu yang dibuka mommy–nya. Ia tersenyum saat mommy–nya menghampir
5 tahun kemudian.Seorang wanita cantik sedang duduk di bangku taman sambil menyesap secangkir teh buatannya.Wanita itu adalah Natasha Campbell, istri dari Aiden Addison. Sekarang ini ia tinggal di keluarga Ackerley, pria yang telah menolongnya saat ituAkan tetapi semuanya berubah, Natasha bukanlah wanita yang lemah, tapi ia menjadi sosok wanita yang kuat, penuh dengan perhitungan dan dendam yang selama ini disimpan dalam hatinya.Natasha bertekad untuk membalas semua perlakuan buruk mertua dan suaminya, ia akan memberi pelajaran pada mereka, yang sudah membuat hidupnya hancur dan telah menginjak harga dirinya.Berkat pertolongan Enrico, Natasha kini, memiliki beberapa bisnis, bersanding dengan perusahaan milik Aiden, sang suami.Namun, Natasha tidak pernah menunjukan dirinya di depan publik, ia hanya bekerja di balik layar. Cukup dengan meminta asistennya mengirim laporan tiap harinya.Seperti sekarang ini, Natasha sibuk membaca laporan yang masuk ke dalam surelnya. Membaca semua l
Setiap orang pasti menginginkan pernikahan, bukan sebuah pernikahan paksa, tetapi pernikahan dengan orang yang dicintai.Seperti gadis ini, menikah dengan pria yang selama ini dicintai, mengucap janji suci didepan di depan tuhanNamun pernikahan yang begitu didambakan, hancur karena ada pihak ketiga, bukan adanya pelakor, melainkan kedatangan sang ibu mertua ke dalam rumah tangganya.Awalnya gadis ini biasa saja, ia tidak menaruh curiga pada sang mertua, tapi lambat laun sang ibu mertua menunjukan taringnya.Ia disiksa, difitnah bahkan dengan sengaja membuat gadis ini digunjingkan oleh keluarga suaminya sendiriGadis ini hanya bisa diam tanpa melawan sang ibu mertua, karena sebuah ancaman yang membuatnya tidak berkutik.Dia hanya bisa menangis, di kala ibu mertuanya selalu mengejek, merendahkan martabat dirinya sebagai seorang wanita dan juga istri, ada pun perkataan tajam yang membuatnya ingin sekali berontak.Tetapi semua itu tidak ia lakukan, mengingat ancaman ibu mertuanya, yang a