5 tahun kemudian.
Seorang wanita cantik sedang duduk di bangku taman sambil menyesap secangkir teh buatannya.
Wanita itu adalah Natasha Campbell, istri dari Aiden Addison. Sekarang ini ia tinggal di keluarga Ackerley, pria yang telah menolongnya saat itu
Akan tetapi semuanya berubah, Natasha bukanlah wanita yang lemah, tapi ia menjadi sosok wanita yang kuat, penuh dengan perhitungan dan dendam yang selama ini disimpan dalam hatinya.
Natasha bertekad untuk membalas semua perlakuan buruk mertua dan suaminya, ia akan memberi pelajaran pada mereka, yang sudah membuat hidupnya hancur dan telah menginjak harga dirinya.
Berkat pertolongan Enrico, Natasha kini, memiliki beberapa bisnis, bersanding dengan perusahaan milik Aiden, sang suami.
Namun, Natasha tidak pernah menunjukan dirinya di depan publik, ia hanya bekerja di balik layar. Cukup dengan meminta asistennya mengirim laporan tiap harinya.
Seperti sekarang ini, Natasha sibuk membaca laporan yang masuk ke dalam surelnya. Membaca semua laporan dengan teliti, dan tak ada satupun yang terlewat.
Enrico yang baru saja datang, tersenyum melihat Natasha begitu sibuk dengan pekerjaannya.
"Hmm–apa aku mengganggumu?" Tanya Enrico mengagetkan Natasha.
"Hai Ric, kau sudah pulang, bagaimana dengan pekerjaanmu?" tanya Natasha saat Enrico duduk di sebelahnya.
"Semua berjalan lancar, bagaimana denganmu? Apa yang sedang kau lakukan sekarang? Sepertinya kau sibuk?"
"Hanya mengecek beberapa laporan yang masuk Ric, dan aku juga sudah selesai." jawab Natasha sambil tersenyum.
"Jangan memforsir tubuhmu Nat, ingat kesehatanmu." ujar Enrico, menasehati Natasha.
Natasha hanya bisa terkekeh saat mendengar keprotektifan Enrico. "Ckk.. Baiklah tuan Ackerley, kau menang kali ini." Ungkap Natasha sedikit merajuk pada Enrico.
Enrico hanya bisa tersenyum melihat Natasha sedikit merajuk padanya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Nat.." Panggil Enrico lagi saat Natasha berdiri ingin meninggalkannya.
"Ya, kenapa?" Balas Natasha, bertanya.
"Sampai kapan kau akan menutup dirimu? sudah 5 tahun kau menutup jati dirimu, apa kau tidak ingin mempublikasikan dirimu? Sudah saatnya kau keluar Nat, biarkan semua orang tahu, siapa kau sebenarnya, tunjukan pada mereka, kalau kau bukanlah Natasha yang dulu." ungkap Enrico, ia ingin sekali melihat Natasha menunjukan jati dirinya di hadapan publik atau di hadapan orang-orang yang sudah mengusirnya 5 tahun yang lalu.
"Ric, bukannya aku tidak mau, tap–" Balasan Ucapan Natasha terpotong dengan jari telunjuk Enrico yang berada di bibirnya.
"Aku tahu perasaanmu? Aku tahu kau belum siap? Tapi percayalah aku akan selalu berada disisimu, menjagamu dengan segenap rasa cintaku, dan aku tidak peduli, kau belum siap untuk menerima pernyataan cintaku, tapi aku akan tetap menunggumu." Ungkap Enrico mengungkap rasa cintanya yang selama ini dipendamnya, dan ia pun mendorong Natasha untuk keluar dari tempat persembunyiannya selama ini.
Natasha hanya bisa terdiam, ia tidak bisa berkata apapun, hatinya begitu kacau, di tambah rasa trauma dalam dirinya masih membekas. Bukan dia tidak ingin mencintai.
Akan tetapi rasa cinta yang dimilikinya, begitu membeku sulit untuk dicairkan kembali.
"Tidak usah kau pikirkan, aku paham dengan keadaanmu, begitu sulit mengobati trauma. Tapi, aku akan selalu berada disini, disampingmu, dan selalu ada untukmu." Enrico membungkam bibir mungil milik Natasha dengan lembut, mencurahkan seluruh rasanya yang selama ini dipendam.
•••••
Mansion Addison.
Semenjak kepergian Natasha dari mansionnya, Aiden Addison menjadi sosok pria pendiam, tubuhnya pun terlihat lusuh tampak tak terus.
Sedangkan anak semata wayangnya diasuh oleh adiknya dan tinggal jauh dari dirinya. Mommy–nya benar-benar menjauhkan semua orang yang disayang.
Aiden sendiri tidak mengerti, kenapa sang mommy begitu tega memisahkannya dari orang-orang yang dicintainya. Setiap ia menanyakan alasan mommy–nya, sang mommy hanya mengatakan, "ingatlah Aiden, wanita itu ingin membunuh mommy, apa kau mau hidup bersama seorang pembunuh." kata-kata itulah yang Aiden ingat, kata-kata itulah yang membuatnya emosi, dan amarahnya kembali, kata-kata itulah yang selalu menampar hidup Aiden, walaupun dia tidak tahu kebenarannya.
"Hah.." Hembusan nafas kasar Aiden terdengar kasar.
Aiden sedang duduk di kursi kebesarannya, menatap seberkas kertas yang selama ini disimpannya. Kertas yang akan menjadi akhir pernikahannya. Tapi itu semua tidak pernah dilakukannya.
Karena selama 5 tahun ini, Natasha tidak pernah kembali. Saat Aiden mengusirnya, keberadaannya pun tidak pernah diketahuinya.
"Ck.. Hanya pria bodoh yang masih ingin bersamamu Nat, hanya pria bodoh yang masih menginginkanmu," Kata Aiden miris. Terkekeh saat membaca surat cerai yang belum sempat dia bubuhi tanda tangan kedua pihak.
Lagi-lagi Aiden menghembuskan napas panjangnya, kasar. Setelah membaca semua surat perceraiannya. Ia pun menutup lembaran kertas dan menyimpannya kembali ke tempat asalnya.
Sang Mommy pun datang menghampiri Aiden, yang sedang menaruh berkas surat perceraian, Agatha melihat berkas yang Aiden pegang tadi, dan menanyakan berkas itu.
"Aiden, berkas apa yang kau pegang?" tanya Agatha pada sang putra.
"Mom.."
"Apa yang kau sembunyikan dariku Aiden?" tanya Agatha kembali, menghampiri Aiden.
"Hanya laporan keuangan yang masuk bulan ini." jawab Aiden berbohong pada mommy–nya. dengan suara gugup.
"Kau tidak menyembunyikan sesuatu dariku, kan?" kata Agatha mencurigai putranya
"Tidak ada yang kusembunyikan darimu mom, tidak ada. Hanya beberapa berkas yang harus diperiksa, untuk proyekku selanjutnya." ujar Aiden tersenyum pada sang mommy.
"Baiklah, mommy mengerti. Hmm–Aiden, ada yang ingin mommy sampaikan padamu," kata Agatha.
"Tentang?" tanya Aiden pada sang mommy.
Agatha pun menceritakan maksud kedatangannya kemari, bertujuan meminta Aiden untuk menemani Amber ke tempat fashion show yang akan diadakan malam ini.
Namun Aiden menolak permintaan mommy–nya, ia tidak berminat untuk menemani Amber, walaupun sang mommy memaksanya.
"Apa kau tega, melihat Amber pergi sendiri?" tanya Agatha, masih berusaha membujuk Aiden.
"Mom, bukannya aku menolak. Tapi, Amber sudah besar, dia bisa diantar oleh orang lain. Dan aku masih banyak pekerjaan akhir-akhir ini mom." ucap Aiden menjelaskan bahwa ia benar-benar sibuk, tidak bisa menemani Amber.
"Pekerjaanmu bisa kau lanjutkan esok hari, dan mommy tidak terima penolakan mu, dan kau harus menjemput Amber jam 6 sore, karena Amber harus diwawancara malam ini." Agatha menolak tegas ke ingin Aiden, ia tetap pada pendiriannya meminta Aiden menemani Amber malam ini.
Aiden pun menghela nafasnya, jika sudah begini ia harus menuruti kemauan mommy–nya suka atau tidak suka. Tidak ada kata lain selain itu.
••••
Beberapa jam kemudian
Setelah kejadian Enrico mencium Natasha. Kini, Natasha di sibukan dengan gaun-gaun yang akan dipakainya malam ini.
Ya, Enrico mengajak Natasha untuk menghadiri fashion show malam ini, karena di dalam fashion itu Enrico bekerja sama dengan para desainer ternama di Amerika untuk proyek terbarunya.
Natasha sudah siap dengan menggunakan gaun yang diberikan Enrico, gaun berwarna hitam dengan motif tali spaghetti dengan bagian depan yang sedikit memperlihatkan kedua buah dadanya dan kulit putihnya yang begitu mulus menambah kesan seksi dari tubuh rampingnya.
Enrico yang sejak tadi melihat Natasha bercermin hanya bisa menatapnya begitu terpesona, terpesona dengan kecantikan alami Natasha. Sampai matanya pun tidak berkedip berpusat pada wajah cantik Natasha.
Hingga suara indah Natasha membangunkan Enrico dari alam sadarnya. "Ric, sejak kapan kau berada disana?" tanya Natasha melihat Enrico bersandar di kusen pintu walk-in-closet.
"Ah.. Iya, maaf aku tidak bermaksud untuk mengagetkanmu, aku disini sejak kau memutar-mutar tubuhmu, bagaimana apa kau sudah siap?" tanya Enrico..
"Seperti yang kau lihat Ric, aku sudah siap, ayo kita pergi. Aku tidak ingin mengecewakanmu malam ini." balas Natasha mengajak pergi Enrico.
Akan tetapi Enrico masih bergeming menatap Natasha begitu lekat, membuat Natasha kikuk, salah tingkah. Ditatap oleh Enrico begitu lekat.
Hingga Enrico melangkah maju, menghampiri Natasha. Sampai ia memperkikis jaraknya begitu dekat, dan menarik pinggang Natasha untuk merapat ke tubuhnya.
"Beautiful, kau sangat cantik malam ini Nat." kata Enrico tanpa memalingkan wajahnya dari wajah cantik Natasha.
"Rik.." panggil Natasha.
Cup. Enrico mengecup kening Natasha sekilas, penuh sayang. Sehingga, membuat tubuh Natasha kaku, tidak pernah dibayangkan olehnya, perlakuan Enrico benar-benar di luar dugaannya.
"Aku harap, setelah ini. Aku ingin meresmikan hubungan kita Nat, walaupun aku tahu, kau masih berstatus sebagai seorang istri dari Addison, pria brengsek itu," ucap Enrico bersungguh-sungguh.
Enrico ingin sekali meresmikan hubungannya dengan Natasha, walaupun dia sadar, Natasha masih berstatus istri pria lain. Tapi, tidak ada salahnya, jika ia begitu mencintai Natasha selama ini. Wanita yang ditolongnya beberapa tahun silam.
Enrico tidak peduli dengan masa lalu Natasha yang pilu penuh dengan tangisan, yang diinginkan Enrico hanya satu. Membahagiakan Natasha dan menjaganya dari orang-orang yang selalu mengucilkan dan menjatuhkan harga dirinya.
Ya, Enrico siap dengan semua itu, karena cinta yang dimiliki Enrico begitu besar dan tulus, dan ia akan memperjuangkan Natasha
Mansion Addison.Aiden sudah terlihat rapi dengan suit berwarna hitam yang ia kenakan saat ini, wajahnya terlihat begitu segar dan tampan, berbeda dari biasanya yang tampak begitu lusuh dan tak bersemangat.Entah apa yang membuat Aiden begitu bersemangat kali ini, ia pun tidak tahu. Hanya saja perkataan mommy nya benar, tidak seharusnya dia terlihat lesu seperti beberapa tahun yang lalu.Aiden harus menunjukan bahwa dirinya tidak terpengaruh dengan ada atau tidaknya Natasha dalam hidupnya. Wanita tidak tahu diri yang hampir membunuh ibunya.Mengingat peristiwa itu membuat emosi Aiden muncul dalam dirinya. Dan membangkitkan kebencian yang besar pada Natasha."Wanita sialan. Jika saja kau bukan istriku. Sudah Ku pastikan kau akan kubunuh saat itu juga." Batin Aiden mengingat mommy nya terkapar di lantai dingin akibat ulahnya.Suara ketukan pintu dari luar kamarnya menyadarkan Aiden dari lamunannya. Sejenak Aiden menatap pintu yang dibuka mommy–nya. Ia tersenyum saat mommy–nya menghampir
Aiden melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, ia sendiri tidak mau terburu-buru sampai ke tempat fashion show itu, entah kenapa hatinya merasa menolak untuk datang ke pesta itu. Seperti ada yang mengganjal dalam dirinya.Padahal, Aiden ingin sekali sedikit bersenang-senang melupakan semua penat dirasakannya selama ini, berkumpul sesama pebisnis atau hanya sekedar minum Alkohol walaupun cuma sedikit saja, itu lah yang dipikiran Aiden saat ini.Amber yang sejak tadi melihat gelagat Aiden, hanya bisa menatapnya saja, hingga ia pun mengulum bibirnya untuk membuka pembicaraan."Hmm... Aiden!" panggil Amber."Hmm...""Apa kau sudah menemukan Natasha?" tanya Amber ragu. Melirik sekilas Aiden. Menegang saat ia menyebutkan Natasha."Aku tidak pernah mencarinya selama ini, atau pun menghubungi. Bagi ku Natasha sudah ku anggap mati," jelas Aiden, ia berkata jujur kepada Amber."Maksudmu?" Amber tidak mengerti dengan jawaban Aiden, setahunya Aiden begitu memuja Natasha, sampai dia rela menent
Natasha melihat kedatangan Aiden bersama Amber, jujur saja dia merasa terkejut melihat kedua orang yang tidak ingin dilihatnya. Namun Enrico sengaja menyapa Aiden, dan membawanya ke hadapan Aiden dan Amber. Memperkenalkan dirinya sebagai kekasihnya Enrico.Terlihat jelas tatapan suka dari Aiden, menyerot Natasha begitu intens, hanya saja Natasha tidak peduli dengan Aiden, baginya Aiden adalah masa lalu, dan ia tidak akan mengharapkan ucapan maaf dari Aiden.Sudah cukup 5 tahun untuk Natasha menyimpan semua lukanya, dan kali ini dia akan menunjukkan pada Aiden, tanpa Aiden, dia mampu berdiri sendiri."Ric, bisakah kau mengantarku ke dalam? Sepertinya aku memerlukan sesuatu?" ucap Natasha tidak ingin berlama-lama melihat kedua orang munafik di depannya."Sure baby, apapun yang kau inginkan, aku akan mengantarnya," balas Enrico mengecup kening Natasha di depan Aiden dan Amber. Membuat Aiden mengepalkan tangannya hingga buku-buku jarinya memutih, menahan emosinya sejak tadi melihat Enrico
Setiap orang pasti menginginkan pernikahan, bukan sebuah pernikahan paksa, tetapi pernikahan dengan orang yang dicintai.Seperti gadis ini, menikah dengan pria yang selama ini dicintai, mengucap janji suci didepan di depan tuhanNamun pernikahan yang begitu didambakan, hancur karena ada pihak ketiga, bukan adanya pelakor, melainkan kedatangan sang ibu mertua ke dalam rumah tangganya.Awalnya gadis ini biasa saja, ia tidak menaruh curiga pada sang mertua, tapi lambat laun sang ibu mertua menunjukan taringnya.Ia disiksa, difitnah bahkan dengan sengaja membuat gadis ini digunjingkan oleh keluarga suaminya sendiriGadis ini hanya bisa diam tanpa melawan sang ibu mertua, karena sebuah ancaman yang membuatnya tidak berkutik.Dia hanya bisa menangis, di kala ibu mertuanya selalu mengejek, merendahkan martabat dirinya sebagai seorang wanita dan juga istri, ada pun perkataan tajam yang membuatnya ingin sekali berontak.Tetapi semua itu tidak ia lakukan, mengingat ancaman ibu mertuanya, yang a
Natasha melihat kedatangan Aiden bersama Amber, jujur saja dia merasa terkejut melihat kedua orang yang tidak ingin dilihatnya. Namun Enrico sengaja menyapa Aiden, dan membawanya ke hadapan Aiden dan Amber. Memperkenalkan dirinya sebagai kekasihnya Enrico.Terlihat jelas tatapan suka dari Aiden, menyerot Natasha begitu intens, hanya saja Natasha tidak peduli dengan Aiden, baginya Aiden adalah masa lalu, dan ia tidak akan mengharapkan ucapan maaf dari Aiden.Sudah cukup 5 tahun untuk Natasha menyimpan semua lukanya, dan kali ini dia akan menunjukkan pada Aiden, tanpa Aiden, dia mampu berdiri sendiri."Ric, bisakah kau mengantarku ke dalam? Sepertinya aku memerlukan sesuatu?" ucap Natasha tidak ingin berlama-lama melihat kedua orang munafik di depannya."Sure baby, apapun yang kau inginkan, aku akan mengantarnya," balas Enrico mengecup kening Natasha di depan Aiden dan Amber. Membuat Aiden mengepalkan tangannya hingga buku-buku jarinya memutih, menahan emosinya sejak tadi melihat Enrico
Aiden melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, ia sendiri tidak mau terburu-buru sampai ke tempat fashion show itu, entah kenapa hatinya merasa menolak untuk datang ke pesta itu. Seperti ada yang mengganjal dalam dirinya.Padahal, Aiden ingin sekali sedikit bersenang-senang melupakan semua penat dirasakannya selama ini, berkumpul sesama pebisnis atau hanya sekedar minum Alkohol walaupun cuma sedikit saja, itu lah yang dipikiran Aiden saat ini.Amber yang sejak tadi melihat gelagat Aiden, hanya bisa menatapnya saja, hingga ia pun mengulum bibirnya untuk membuka pembicaraan."Hmm... Aiden!" panggil Amber."Hmm...""Apa kau sudah menemukan Natasha?" tanya Amber ragu. Melirik sekilas Aiden. Menegang saat ia menyebutkan Natasha."Aku tidak pernah mencarinya selama ini, atau pun menghubungi. Bagi ku Natasha sudah ku anggap mati," jelas Aiden, ia berkata jujur kepada Amber."Maksudmu?" Amber tidak mengerti dengan jawaban Aiden, setahunya Aiden begitu memuja Natasha, sampai dia rela menent
Mansion Addison.Aiden sudah terlihat rapi dengan suit berwarna hitam yang ia kenakan saat ini, wajahnya terlihat begitu segar dan tampan, berbeda dari biasanya yang tampak begitu lusuh dan tak bersemangat.Entah apa yang membuat Aiden begitu bersemangat kali ini, ia pun tidak tahu. Hanya saja perkataan mommy nya benar, tidak seharusnya dia terlihat lesu seperti beberapa tahun yang lalu.Aiden harus menunjukan bahwa dirinya tidak terpengaruh dengan ada atau tidaknya Natasha dalam hidupnya. Wanita tidak tahu diri yang hampir membunuh ibunya.Mengingat peristiwa itu membuat emosi Aiden muncul dalam dirinya. Dan membangkitkan kebencian yang besar pada Natasha."Wanita sialan. Jika saja kau bukan istriku. Sudah Ku pastikan kau akan kubunuh saat itu juga." Batin Aiden mengingat mommy nya terkapar di lantai dingin akibat ulahnya.Suara ketukan pintu dari luar kamarnya menyadarkan Aiden dari lamunannya. Sejenak Aiden menatap pintu yang dibuka mommy–nya. Ia tersenyum saat mommy–nya menghampir
5 tahun kemudian.Seorang wanita cantik sedang duduk di bangku taman sambil menyesap secangkir teh buatannya.Wanita itu adalah Natasha Campbell, istri dari Aiden Addison. Sekarang ini ia tinggal di keluarga Ackerley, pria yang telah menolongnya saat ituAkan tetapi semuanya berubah, Natasha bukanlah wanita yang lemah, tapi ia menjadi sosok wanita yang kuat, penuh dengan perhitungan dan dendam yang selama ini disimpan dalam hatinya.Natasha bertekad untuk membalas semua perlakuan buruk mertua dan suaminya, ia akan memberi pelajaran pada mereka, yang sudah membuat hidupnya hancur dan telah menginjak harga dirinya.Berkat pertolongan Enrico, Natasha kini, memiliki beberapa bisnis, bersanding dengan perusahaan milik Aiden, sang suami.Namun, Natasha tidak pernah menunjukan dirinya di depan publik, ia hanya bekerja di balik layar. Cukup dengan meminta asistennya mengirim laporan tiap harinya.Seperti sekarang ini, Natasha sibuk membaca laporan yang masuk ke dalam surelnya. Membaca semua l
Setiap orang pasti menginginkan pernikahan, bukan sebuah pernikahan paksa, tetapi pernikahan dengan orang yang dicintai.Seperti gadis ini, menikah dengan pria yang selama ini dicintai, mengucap janji suci didepan di depan tuhanNamun pernikahan yang begitu didambakan, hancur karena ada pihak ketiga, bukan adanya pelakor, melainkan kedatangan sang ibu mertua ke dalam rumah tangganya.Awalnya gadis ini biasa saja, ia tidak menaruh curiga pada sang mertua, tapi lambat laun sang ibu mertua menunjukan taringnya.Ia disiksa, difitnah bahkan dengan sengaja membuat gadis ini digunjingkan oleh keluarga suaminya sendiriGadis ini hanya bisa diam tanpa melawan sang ibu mertua, karena sebuah ancaman yang membuatnya tidak berkutik.Dia hanya bisa menangis, di kala ibu mertuanya selalu mengejek, merendahkan martabat dirinya sebagai seorang wanita dan juga istri, ada pun perkataan tajam yang membuatnya ingin sekali berontak.Tetapi semua itu tidak ia lakukan, mengingat ancaman ibu mertuanya, yang a