Share

Kau Wanitaku!

Penulis: Risca Amelia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-11 20:01:45

Selesai membersihkan diri, Joya keluar dari bathtub dan mendapati dirinya dihadapkan pada masalah baru. Tidak ada pakaian di kamar mandi, bahkan bathrobe pun tidak tersedia.

Joya menggigit bibir, mencoba mencari solusi. Dengan terpaksa, ia melilitkan handuk ke tubuhnya, menutupi sebagian besar kulitnya, meski ia tahu ini tidak ideal.

Dengan rambut yang masih basah, Joya membuka pintu kamar mandi perlahan. Ia berjalan mengendap-endap, berharap bisa menemukan sesuatu untuk dikenakan tanpa menarik perhatian Alastar. Namun, langkahnya terhenti ketika matanya menangkap sosok pria itu sedang berdiri di dekat jendela, berbicara di telepon.

Suara rendah Alastar terdengar tegas meski ia berbicara dengan nada santai. Ketika Joya melangkah masuk ke ruangan, Alastar langsung mengakhiri panggilannya, seolah menyadari kehadirannya. Ia menoleh, matanya segera tertuju pada tubuh Joya yang hanya dibalut handuk.

Senyum kecil menghiasi wajahnya, membuat darah Joya mendidih seketika.

“Kenapa hanya memakai handuk?” tanyanya santai, tapi nada suaranya terdengar menggoda. “Apa semalam belum cukup bagimu?”

Tangan Joya mengepal di sisi tubuhnya, gemetar menahan amarah. Ia semakin yakin bahwa Alastar adalah pria mesum tanpa hati.

Namun, sebelum ia sempat menjawab, Alastar sudah berjalan menuju lemari di sudut ruangan. Ia membuka pintu lemari, mengambil sebuah paper bag, dan membawanya ke arah Joya.

“Di sini ada pakaian yang sudah kusiapkan untukmu,” katanya sambil menyerahkan paper bag itu.

Joya mendengus pelan, tidak mengambil paper bag tersebut. “Aku tidak perlu pakaian darimu,” jawabnya dengan nada dingin. “Aku akan memakai gaun yang semalam.”

Mendengar itu, ekspresi Alastar berubah. Ia melangkah mendekat, mengabaikan penolakan Joya, lalu menariknya perlahan. Wajahnya hanya beberapa inci dari wajah Joya, membuat wanita itu menegang.

“Aku tidak mau wanitaku memakai gaun terbuka di hadapan orang lain,” katanya dengan suara rendah. “Kau harus memakai pakaian yang kuberikan.”

Mata Joya membelalak. “Aku bukan wanitamu! Aku wanita bersuami!” sanggah Joya, nada suaranya tajam penuh ketegasan.

Alastar tidak segera menjawab. Sebaliknya, ia semakin mendekat, membuat Joya refleks memejamkan mata. Ia berpikir Alastar akan mencium bibirnya, tetapi pria itu hanya berbisik pelan.

“Kau milikku sekarang, Joya,” kata Alastar dengan nada dingin. “Selama enam bulan ke depan, sesuai perjanjian dengan suamimu. Tidak ada jalan keluar lain.”

Tubuh Joya bergetar. Bukan hanya karena ancaman itu, tetapi juga karena nada suara Alastar yang terasa begitu yakin dan dominan. Ketika ia membuka mata, Alastar sudah mundur selangkah, memberinya ruang untuk bernapas.

“Aku bukan pria seperti yang ada di pikiranmu,” lanjut Alastar dengan tenang. “Menjadi kekasihku bukan berarti kau akan selalu berakhir di atas ranjang. Aku akan memanggilmu ketika aku membutuhkanmu.”

Joya hanya bisa menatapnya dengan bingung dan marah. Kata-kata itu tidak masuk akal baginya.

“Setelah ini,” kata Alastar lagi, “aku akan mengizinkanmu pulang, tapi ada satu syarat.”

Joya mengerutkan kening, waspada terhadap apa pun yang akan diucapkan pria itu.

“Kau tidak boleh bersentuhan dengan Denis. Aku tidak suka berbagi milikku dengan pria lain," ujar Alastar, matanya menatap tajam.

Joya tercengang mendengar kata-kata itu. Ia memandang Alastar dengan tatapan tidak percaya, seolah-olah pria itu adalah seorang suami yang posesif, padahal hubungan mereka hanya berdasarkan perjanjian yang dipaksakan.

Namun, yang membuatnya semakin bingung adalah ketenangan Alastar. Ia tidak menunjukkan tanda-tanda emosi, hanya keyakinan penuh bahwa apa yang ia katakan adalah kebenaran yang tidak bisa diganggu gugat.

“Pakai bajumu sekarang, sebelum aku berubah pikiran,” lanjut Alastar sambil menekan nomor kontak seseorang di ponselnya.

Joya menelan ludah, mencoba mengendalikan emosinya yang bercampur aduk. Ia tahu, ia harus bermain dengan cerdik jika ingin keluar dari situasi ini tanpa kehilangan segalanya. Namun di dalam hati, ia berjanji—suatu saat, ia akan membalikkan keadaan dan membalas dua pria keji yang sudah menginjak-injak harga dirinya.

Tanpa banyak bicara, Joya kembali ke kamar mandi untuk mengenakan baju yang diberikan Alastar. Ia sengaja berlama-lama di kamar mandi, berharap lelaki dingin itu sudah pergi.

Namun, saat ia membuka pintu, Alastar masih berdiri di sana, memunggungi Joya sambil menelepon seseorang. Lelaki itu sudah melepas bathrobe dan hanya mengenakan celana pendek. Bagian atas tubuhnya dibiarkan terbuka, seolah ingin memamerkan otot-ototnya yang terpahat sempurna.

Joya melangkah pelan menuju pintu, berusaha untuk segera kabur. Namun, suara berat Alastar menghentikannya.

“Mau ke mana buru-buru seperti itu?”

Langkah Joya terhenti. Alastar menutup telepon dan memutar tubuh, menghadang pintu dengan bahunya yang lebar. Pandangannya tajam, seperti selalu tahu apa yang dipikirkan oleh Joya.

Joya menarik napas dalam. “Bukankah Bapak sudah mengizinkan saya pulang? Suami saya pasti menunggu di rumah,” ujarnya pura-pura tegas. Ia kembali menggunakan bahasa yang formal untuk bicara pada Alastar.

Alastar menyeringai, sudut bibirnya melengkung ke atas. “Suamimu? Kau pikir dia benar-benar menunggumu?”

Kata-katanya menghantam Joya seperti pukulan. Ia menatap Alastar dengan bingung sekaligus kesal.

“Apa maksud Bapak? Apa ini cara Bapak mengejek saya?”

Alastar tidak menjawab. Sebaliknya, ia melipat tangan di depan dada dan menatap Joya dengan pandangan yang sulit ditebak.

Setelah beberapa detik, tangan lelaki itu menunjuk ke arah meja kecil di sudut kamar, di mana nampan berisi sarapan masih utuh.

“Kamu boleh pulang setelah sarapan. Aku tidak suka membuang uang untuk makanan yang tidak dimakan.” Nada suaranya datar, tetapi ada sesuatu di balik kata-kata itu yang membuat Joya waspada.

“Saya tidak lapar,” balas Joya, mencoba terdengar tegas.

Alastar mendekat, jemarinya menyentuh dagu Joya dengan santai. Tatapan mata lelaki itu membuat lutut Joya terasa goyah.

“Kalau menolak makan,” katanya perlahan, “aku akan memintamu melakukan hal lain.”

Joya membelalak, paham apa yang dimaksud pria itu. “Baik, saya makan!” jawabnya cepat, nyaris berteriak.

Anehnya, pandangan Joya justru tertuju pada bahu kanan Alastar yang terbuka, menampilkan sebuah tato berbentuk huruf 'J'. Tato itu sederhana, tetapi memancarkan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Lekukan hurufnya tegas, menonjolkan kesan maskulin yang kuat.

Alastar menangkap arah pandangan Joya. Ia menyeringai lagi. “Kenapa? Kamu menginginkan sesuatu dariku?” tanyanya dengan nada menggoda.

Wajah Joya memerah seketika. Ia menggeleng cepat, tetapi Alastar sudah mendekat lagi, membuat jarak di antara mereka semakin tipis. Tanpa aba-aba, pria itu menyentuh bibirnya sekilas dengan ujung jari.

Joya langsung menelan ludah, merasa dipermainkan. “Saya mau makan sekarang. Bisa menyingkir?” ucapnya tajam, mencoba menutupi rasa malunya.

Alastar tersenyum tipis, tetapi akhirnya mundur. “Aku suka kalau kau patuh,” ujarnya santai, lalu membiarkan Joya berjalan ke arah meja.

Joya duduk dan mulai menyantap nasi goreng dengan sembarangan. Ia tidak peduli rasa makanannya, yang penting ia bisa segera keluar dari tempat ini. Namun, fokusnya terganggu ketika Alastar dengan santainya mulai berganti pakaian di hadapannya tanpa sedikit pun rasa malu.

Joya cepat-cepat membuang muka, tetapi jantungnya berdebar cepat. Entah mengapa, pikirannya kembali pada tato di bahu Alastar. Huruf ‘J’ itu ... apakah mungkin inisial namanya?

Tidak, itu konyol. Mereka baru saja bertemu. Pasti huruf itu mewakili nama seseorang yang penting bagi Alastar, mungkin kekasih atau calon istrinya.

Bab terkait

  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Harus Pergi

    Sementara Joya sibuk dengan pikirannya, Alastar mengambil nasi goreng bagiannya dan duduk di sofa. Ia menyilangkan kaki, menyuap makanan sambil berkirim pesan di ponsel. Aura otoriter yang biasa menyelimuti pria itu sedikit mereda, tetapi Joya tetap merasa waspada. Rasanya, Joya ingin melempar nasi goreng di tangannya ke wajah Alastar. Namun, ia menahan diri untuk tidak melakukan hal itu. Tujuannya saat ini hanya satu, yaitu keluar dari kamar hotel dengan selamat.Setelah makan dengan asal menelan, Joya meletakkan sendoknya dengan keras. “Saya sudah selesai. Saya akan pergi sekarang.”Alastar mengangkat alis tanpa berkata apa-apa. Ia hanya memberi isyarat dengan tangan, seolah mengizinkan Joya pergi. Namun, saat Joya berbalik menuju pintu ia tiba-tiba berkata dengan suara datar.“Ingat, Joya. Kalau aku menghubungimu lagi, kau harus datang.” Joya mendengus, merasa kesal. “Terserah Bapak,” jawabnya pendek sebelum cepat-cepat keluar dari kamar, berharap bisa melupakan pengalaman pahi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Tolong, Maafkan Aku

    Nada suara Denis yang memelas itu membuat Joya merasa muak. Denis tidak pernah berbicara selembut ini sebelumnya, apalagi meminta sesuatu dengan nada penuh kerendahan hati. Pastilah ini hanya kebohongan lain yang keluar dari mulut pria yang telah mengkhianatinya. “Aku tidak peduli, Denis,” jawab Joya dingin, lalu tanpa ragu memutuskan panggilan. Dengan berat hati, Joya meletakkan kopernya kembali ke sudut kamar. Ia memandang benda itu, seakan menyesali keputusannya untuk menunda kepergiannya sementara waktu. Namun kali ini, ia tidak punya pilihan. “Ibu lebih penting,” bisiknya kepada diri sendiri. Sambil menghela napas beberapa kali, Joya merapikan diri, lalu keluar dari kamar untuk memesan taksi. Ia berdiri di ruang tamu yang sepi, menunggu kedatangan kendaraan yang akan membawanya ke rumah sakit. Di luar, langit nampak mendung dengan awan kelabu yang mulai berarak. Dalam perjalanan menuju rumah sakit, Joya terdiam, pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan. Haruskah ia tetap

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Posesif

    Mendengar Joya akan memberinya kesempatan, Denis akhirnya berdiri, wajahnya penuh kelegaan. Lelaki itu bahkan mencoba meraih tangan Joya, tetapi Joya dengan cepat mundur selangkah. “Jangan sentuh aku,” ujar Joya dingin, matanya menatap tajam ke arah Denis. “Nanti kita bicara di rumah. Sekarang, lebih baik kamu kembali ke kantor.” Denis terdiam sejenak, seperti ingin membantah, tetapi akhirnya ia mengangguk patuh. “Baik. Aku akan menunggumu di rumah setelah pulang kantor.” Joya tidak menjawab. Ia berbalik dan bergegas kembali ke lift, meninggalkan Denis yang berdiri diam di lorong, di tengah kerumunan orang yang masih memandang mereka dengan penasaran. Setibanya di kamar rawat, Joya mencoba menenangkan diri. Ia mengatur napas sebelum masuk, memasang senyum kecil untuk ibu mertuanya yang menatapnya dengan penuh kasih sayang. “Sudah makan, Nak?” tanya sang ibu. Joya mengangguk, mengambil posisi duduk di samping ranjang. “Sudah, Bu. Sekarang saya di sini untuk menjaga Ibu.”

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Sumber Uang

    Sore hari di rumah sakit terasa begitu panjang bagi Joya. Ia masih duduk di kursi plastik di samping brankar ibu mertuanya, matanya sesekali melirik ke arah monitor yang menunjukkan detak jantung. Ia berusaha mengusir kantuk dengan browsing lowongan pekerjaan di ponsel, meskipun pikirannya melayang ke banyak hal yang lebih berat.Telepon dari Alastar tadi masih terngiang-ngiang di telinganya. Alastar, lelaki yang tak pernah ia sangka akan masuk dalam hidupnya, kini menjadi bayang-bayang yang sulit ia hindari. Ia menarik napas panjang, mencoba mengusir pikiran tentang pria gila itu.Beberapa saat kemudian, pintu ruangan terbuka pelan, dan seorang lelaki paruh baya masuk. Wajahnya penuh kekhawatiran, tetapi senyum ramah muncul ketika ia melihat Joya. “Joya, maaf, Om baru bisa datang. Warung makan tadi cukup ramai,” ucapnya seraya mendekat ke arah brankar.“Tidak apa-apa, Om Wildan,” jawab Joya tersenyum tipis. Ia mencoba menyembunyikan kelelahan yang tergurat di wajahnya. “Bagaimana k

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Demi Ibu

    Setelah taksi yang mengantarnya melaju pergi, Joya berdiri sejenak di depan pagar rumah Denis. Hatinya bimbang. Langkah kakinya terasa berat, tetapi janji yang sudah ia buat tak memberinya pilihan. Ia harus berbicara dengan Denis, menyelesaikan persoalan pelik yang tertahan di antara mereka.Rumah tampak sepi saat Joya membuka pintu depan dengan kunci cadangan yang selalu ia bawa. Joya menghela napas panjang dan duduk di sofa ruang tamu. Pikirannya melayang-layang antara masa lalu dan masa kini. Tidak ada yang bisa mengubah apa yang sudah terjadi, tetapi ia berharap waktu bisa mengurangi rasa sakit yang kini menggelayuti hatinya.Sejenak, Joya membiarkan keheningan menyelimuti, hingga ponselnya bergetar di atas meja. Nama Mutia -- sahabat satu-satunya yang ia miliki -- muncul di layar. Joya segera menjawab telepon itu tanpa berpikir dua kali.“Halo, Mutia?”“Joya? Kau baik-baik saja? Aku terkejut saat kau bilang mau mencari pekerjaan,” tanya Mutia dengan nada heran.Joya tahu Mutia pa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Dijebak Suami

    “Pak Alastar?” suara Joya tercekat. Pria bertubuh tegap itu berdiri di ambang pintu dengan senyum tipis yang membuat bulu kuduk Joya berdiri. Matanya yang tajam menatap langsung ke arahnya, seperti serigala yang hendak memangsa seekor kelinci. Joya mencoba mengatur napasnya yang memburu karena terkejut. “Kenapa Anda ada di sini? Ini… ini kamar saya dan suami saya.” Alastar menutup pintu di belakangnya, mengunci dengan santai. “Kamar ini disediakan untukmu, Joya. Dan malam ini, aku akan menghabiskan waktu bersamamu.” Joya membeku. Tubuhnya terasa kaku, dan pikirannya berputar mencari penjelasan. “A-apa maksud Anda? Saya akan teriak kalau Anda mendekat!” Alastar nampak tidak terpengaruh sama sekali dengan ancaman Joya. Ia justru berjalan semakin mendekat. “Tidak ada gunanya kamu berteriak. Apakah suamimu belum menjelaskan semuanya? Dia sendiri yang menyerahkanmu padaku.”Joya menggeleng cepat, tubuhnya mulai gemetar. “Anda pasti salah. Denis tidak akan pernah melakukan perbua

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Satu Malam dengan Pria Lain

    Joya mencoba menjauh, tetapi tubuhnya terasa lemas. Dengan susah payah, dia mendorong Alastar hingga pria itu mundur selangkah. Namun, rasa panas di tubuhnya semakin menjadi. Tangan Joya mulai bergerak ke arah gaun merah yang melekat di tubuhnya. “Panas sekali … aku nggak tahan,” katanya, suaranya bergetar. Secara refleks, Joya melepaskan gaunnya dengan tangan gemetar, tubuhnya terasa seperti dikuasai oleh sesuatu yang tak bisa ia lawan. Alastar hanya tersenyum tipis, tatapan matanya penuh misteri. Ia mengamati setiap gerakan Joya dengan tenang.Ketika gaun itu terjatuh ke lantai, Alastar segera bergerak mendekati Joya. Di sisa kesadarannya, Joya mencoba menolak, tetapi tubuhnya terlalu lemah. Pria itu menyentuh wajahnya dengan lembut, lalu mengecup bibirnya penuh damba. Ingin rasanya Joya berteriak dan melawan, tetapi tubuhnya tidak merespons. Di dalam hati, Joya hanya bisa menangis saat Alastar menggendongnya menuju ranjang dan meletakkannya di sana. Joya terbaring pasrah, tu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11

Bab terbaru

  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Demi Ibu

    Setelah taksi yang mengantarnya melaju pergi, Joya berdiri sejenak di depan pagar rumah Denis. Hatinya bimbang. Langkah kakinya terasa berat, tetapi janji yang sudah ia buat tak memberinya pilihan. Ia harus berbicara dengan Denis, menyelesaikan persoalan pelik yang tertahan di antara mereka.Rumah tampak sepi saat Joya membuka pintu depan dengan kunci cadangan yang selalu ia bawa. Joya menghela napas panjang dan duduk di sofa ruang tamu. Pikirannya melayang-layang antara masa lalu dan masa kini. Tidak ada yang bisa mengubah apa yang sudah terjadi, tetapi ia berharap waktu bisa mengurangi rasa sakit yang kini menggelayuti hatinya.Sejenak, Joya membiarkan keheningan menyelimuti, hingga ponselnya bergetar di atas meja. Nama Mutia -- sahabat satu-satunya yang ia miliki -- muncul di layar. Joya segera menjawab telepon itu tanpa berpikir dua kali.“Halo, Mutia?”“Joya? Kau baik-baik saja? Aku terkejut saat kau bilang mau mencari pekerjaan,” tanya Mutia dengan nada heran.Joya tahu Mutia pa

  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Sumber Uang

    Sore hari di rumah sakit terasa begitu panjang bagi Joya. Ia masih duduk di kursi plastik di samping brankar ibu mertuanya, matanya sesekali melirik ke arah monitor yang menunjukkan detak jantung. Ia berusaha mengusir kantuk dengan browsing lowongan pekerjaan di ponsel, meskipun pikirannya melayang ke banyak hal yang lebih berat.Telepon dari Alastar tadi masih terngiang-ngiang di telinganya. Alastar, lelaki yang tak pernah ia sangka akan masuk dalam hidupnya, kini menjadi bayang-bayang yang sulit ia hindari. Ia menarik napas panjang, mencoba mengusir pikiran tentang pria gila itu.Beberapa saat kemudian, pintu ruangan terbuka pelan, dan seorang lelaki paruh baya masuk. Wajahnya penuh kekhawatiran, tetapi senyum ramah muncul ketika ia melihat Joya. “Joya, maaf, Om baru bisa datang. Warung makan tadi cukup ramai,” ucapnya seraya mendekat ke arah brankar.“Tidak apa-apa, Om Wildan,” jawab Joya tersenyum tipis. Ia mencoba menyembunyikan kelelahan yang tergurat di wajahnya. “Bagaimana k

  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Posesif

    Mendengar Joya akan memberinya kesempatan, Denis akhirnya berdiri, wajahnya penuh kelegaan. Lelaki itu bahkan mencoba meraih tangan Joya, tetapi Joya dengan cepat mundur selangkah. “Jangan sentuh aku,” ujar Joya dingin, matanya menatap tajam ke arah Denis. “Nanti kita bicara di rumah. Sekarang, lebih baik kamu kembali ke kantor.” Denis terdiam sejenak, seperti ingin membantah, tetapi akhirnya ia mengangguk patuh. “Baik. Aku akan menunggumu di rumah setelah pulang kantor.” Joya tidak menjawab. Ia berbalik dan bergegas kembali ke lift, meninggalkan Denis yang berdiri diam di lorong, di tengah kerumunan orang yang masih memandang mereka dengan penasaran. Setibanya di kamar rawat, Joya mencoba menenangkan diri. Ia mengatur napas sebelum masuk, memasang senyum kecil untuk ibu mertuanya yang menatapnya dengan penuh kasih sayang. “Sudah makan, Nak?” tanya sang ibu. Joya mengangguk, mengambil posisi duduk di samping ranjang. “Sudah, Bu. Sekarang saya di sini untuk menjaga Ibu.”

  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Tolong, Maafkan Aku

    Nada suara Denis yang memelas itu membuat Joya merasa muak. Denis tidak pernah berbicara selembut ini sebelumnya, apalagi meminta sesuatu dengan nada penuh kerendahan hati. Pastilah ini hanya kebohongan lain yang keluar dari mulut pria yang telah mengkhianatinya. “Aku tidak peduli, Denis,” jawab Joya dingin, lalu tanpa ragu memutuskan panggilan. Dengan berat hati, Joya meletakkan kopernya kembali ke sudut kamar. Ia memandang benda itu, seakan menyesali keputusannya untuk menunda kepergiannya sementara waktu. Namun kali ini, ia tidak punya pilihan. “Ibu lebih penting,” bisiknya kepada diri sendiri. Sambil menghela napas beberapa kali, Joya merapikan diri, lalu keluar dari kamar untuk memesan taksi. Ia berdiri di ruang tamu yang sepi, menunggu kedatangan kendaraan yang akan membawanya ke rumah sakit. Di luar, langit nampak mendung dengan awan kelabu yang mulai berarak. Dalam perjalanan menuju rumah sakit, Joya terdiam, pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan. Haruskah ia tetap

  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Harus Pergi

    Sementara Joya sibuk dengan pikirannya, Alastar mengambil nasi goreng bagiannya dan duduk di sofa. Ia menyilangkan kaki, menyuap makanan sambil berkirim pesan di ponsel. Aura otoriter yang biasa menyelimuti pria itu sedikit mereda, tetapi Joya tetap merasa waspada. Rasanya, Joya ingin melempar nasi goreng di tangannya ke wajah Alastar. Namun, ia menahan diri untuk tidak melakukan hal itu. Tujuannya saat ini hanya satu, yaitu keluar dari kamar hotel dengan selamat.Setelah makan dengan asal menelan, Joya meletakkan sendoknya dengan keras. “Saya sudah selesai. Saya akan pergi sekarang.”Alastar mengangkat alis tanpa berkata apa-apa. Ia hanya memberi isyarat dengan tangan, seolah mengizinkan Joya pergi. Namun, saat Joya berbalik menuju pintu ia tiba-tiba berkata dengan suara datar.“Ingat, Joya. Kalau aku menghubungimu lagi, kau harus datang.” Joya mendengus, merasa kesal. “Terserah Bapak,” jawabnya pendek sebelum cepat-cepat keluar dari kamar, berharap bisa melupakan pengalaman pahi

  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Kau Wanitaku!

    Selesai membersihkan diri, Joya keluar dari bathtub dan mendapati dirinya dihadapkan pada masalah baru. Tidak ada pakaian di kamar mandi, bahkan bathrobe pun tidak tersedia. Joya menggigit bibir, mencoba mencari solusi. Dengan terpaksa, ia melilitkan handuk ke tubuhnya, menutupi sebagian besar kulitnya, meski ia tahu ini tidak ideal. Dengan rambut yang masih basah, Joya membuka pintu kamar mandi perlahan. Ia berjalan mengendap-endap, berharap bisa menemukan sesuatu untuk dikenakan tanpa menarik perhatian Alastar. Namun, langkahnya terhenti ketika matanya menangkap sosok pria itu sedang berdiri di dekat jendela, berbicara di telepon. Suara rendah Alastar terdengar tegas meski ia berbicara dengan nada santai. Ketika Joya melangkah masuk ke ruangan, Alastar langsung mengakhiri panggilannya, seolah menyadari kehadirannya. Ia menoleh, matanya segera tertuju pada tubuh Joya yang hanya dibalut handuk. Senyum kecil menghiasi wajahnya, membuat darah Joya mendidih seketika.“Kenapa hanya

  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Satu Malam dengan Pria Lain

    Joya mencoba menjauh, tetapi tubuhnya terasa lemas. Dengan susah payah, dia mendorong Alastar hingga pria itu mundur selangkah. Namun, rasa panas di tubuhnya semakin menjadi. Tangan Joya mulai bergerak ke arah gaun merah yang melekat di tubuhnya. “Panas sekali … aku nggak tahan,” katanya, suaranya bergetar. Secara refleks, Joya melepaskan gaunnya dengan tangan gemetar, tubuhnya terasa seperti dikuasai oleh sesuatu yang tak bisa ia lawan. Alastar hanya tersenyum tipis, tatapan matanya penuh misteri. Ia mengamati setiap gerakan Joya dengan tenang.Ketika gaun itu terjatuh ke lantai, Alastar segera bergerak mendekati Joya. Di sisa kesadarannya, Joya mencoba menolak, tetapi tubuhnya terlalu lemah. Pria itu menyentuh wajahnya dengan lembut, lalu mengecup bibirnya penuh damba. Ingin rasanya Joya berteriak dan melawan, tetapi tubuhnya tidak merespons. Di dalam hati, Joya hanya bisa menangis saat Alastar menggendongnya menuju ranjang dan meletakkannya di sana. Joya terbaring pasrah, tu

  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Dijebak Suami

    “Pak Alastar?” suara Joya tercekat. Pria bertubuh tegap itu berdiri di ambang pintu dengan senyum tipis yang membuat bulu kuduk Joya berdiri. Matanya yang tajam menatap langsung ke arahnya, seperti serigala yang hendak memangsa seekor kelinci. Joya mencoba mengatur napasnya yang memburu karena terkejut. “Kenapa Anda ada di sini? Ini… ini kamar saya dan suami saya.” Alastar menutup pintu di belakangnya, mengunci dengan santai. “Kamar ini disediakan untukmu, Joya. Dan malam ini, aku akan menghabiskan waktu bersamamu.” Joya membeku. Tubuhnya terasa kaku, dan pikirannya berputar mencari penjelasan. “A-apa maksud Anda? Saya akan teriak kalau Anda mendekat!” Alastar nampak tidak terpengaruh sama sekali dengan ancaman Joya. Ia justru berjalan semakin mendekat. “Tidak ada gunanya kamu berteriak. Apakah suamimu belum menjelaskan semuanya? Dia sendiri yang menyerahkanmu padaku.”Joya menggeleng cepat, tubuhnya mulai gemetar. “Anda pasti salah. Denis tidak akan pernah melakukan perbua

DMCA.com Protection Status