Share

Kau Wanitaku!

Penulis: Risca Amelia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-11 20:01:45

Selesai membersihkan diri, Joya keluar dari bathtub dan mendapati dirinya dihadapkan pada masalah baru. Tidak ada pakaian di kamar mandi, bahkan bathrobe pun tidak tersedia.

Joya menggigit bibir, mencoba mencari solusi. Dengan terpaksa, ia melilitkan handuk ke tubuhnya, menutupi sebagian besar kulitnya, meski ia tahu ini tidak ideal.

Dengan rambut yang masih basah, Joya membuka pintu kamar mandi perlahan. Ia berjalan mengendap-endap, berharap bisa menemukan sesuatu untuk dikenakan tanpa menarik perhatian Alastar. Namun, langkahnya terhenti ketika matanya menangkap sosok pria itu sedang berdiri di dekat jendela, berbicara di telepon.

Suara rendah Alastar terdengar tegas meski ia berbicara dengan nada santai. Ketika Joya melangkah masuk ke ruangan, Alastar langsung mengakhiri panggilannya, seolah menyadari kehadirannya. Ia menoleh, matanya segera tertuju pada tubuh Joya yang hanya dibalut handuk.

Senyum kecil menghiasi wajahnya, membuat darah Joya mendidih seketika.

“Kenapa hanya memakai handuk?” tanyanya santai, tapi nada suaranya terdengar menggoda. “Apa semalam belum cukup bagimu?”

Tangan Joya mengepal di sisi tubuhnya, gemetar menahan amarah. Ia semakin yakin bahwa Alastar adalah pria mesum tanpa hati.

Namun, sebelum ia sempat menjawab, Alastar sudah berjalan menuju lemari di sudut ruangan. Ia membuka pintu lemari, mengambil sebuah paper bag, dan membawanya ke arah Joya.

“Di sini ada pakaian yang sudah kusiapkan untukmu,” katanya sambil menyerahkan paper bag itu.

Joya mendengus pelan, tidak mengambil paper bag tersebut. “Aku tidak perlu pakaian darimu,” jawabnya dengan nada dingin. “Aku akan memakai gaun yang semalam.”

Mendengar itu, ekspresi Alastar berubah. Ia melangkah mendekat, mengabaikan penolakan Joya, lalu menariknya perlahan. Wajahnya hanya beberapa inci dari wajah Joya, membuat wanita itu menegang.

“Aku tidak mau wanitaku memakai gaun terbuka di hadapan orang lain,” katanya dengan suara rendah. “Kau harus memakai pakaian yang kuberikan.”

Mata Joya membelalak. “Aku bukan wanitamu! Aku wanita bersuami!” sanggah Joya, nada suaranya tajam penuh ketegasan.

Alastar tidak segera menjawab. Sebaliknya, ia semakin mendekat, membuat Joya refleks memejamkan mata. Ia berpikir Alastar akan mencium bibirnya, tetapi pria itu hanya berbisik pelan.

“Kau milikku sekarang, Joya,” kata Alastar dengan nada dingin. “Selama enam bulan ke depan, sesuai perjanjian dengan suamimu. Tidak ada jalan keluar lain.”

Tubuh Joya bergetar. Bukan hanya karena ancaman itu, tetapi juga karena nada suara Alastar yang terasa begitu yakin dan dominan. Ketika ia membuka mata, Alastar sudah mundur selangkah, memberinya ruang untuk bernapas.

“Aku bukan pria seperti yang ada di pikiranmu,” lanjut Alastar dengan tenang. “Menjadi kekasihku bukan berarti kau akan selalu berakhir di atas ranjang. Aku akan memanggilmu ketika aku membutuhkanmu.”

Joya hanya bisa menatapnya dengan bingung dan marah. Kata-kata itu tidak masuk akal baginya.

“Setelah ini,” kata Alastar lagi, “aku akan mengizinkanmu pulang, tapi ada satu syarat.”

Joya mengerutkan kening, waspada terhadap apa pun yang akan diucapkan pria itu.

“Kau tidak boleh bersentuhan dengan Denis. Aku tidak suka berbagi milikku dengan pria lain," ujar Alastar, matanya menatap tajam.

Joya tercengang mendengar kata-kata itu. Ia memandang Alastar dengan tatapan tidak percaya, seolah-olah pria itu adalah seorang suami yang posesif, padahal hubungan mereka hanya berdasarkan perjanjian yang dipaksakan.

Namun, yang membuatnya semakin bingung adalah ketenangan Alastar. Ia tidak menunjukkan tanda-tanda emosi, hanya keyakinan penuh bahwa apa yang ia katakan adalah kebenaran yang tidak bisa diganggu gugat.

“Pakai bajumu sekarang, sebelum aku berubah pikiran,” lanjut Alastar sambil menekan nomor kontak seseorang di ponselnya.

Joya menelan ludah, mencoba mengendalikan emosinya yang bercampur aduk. Ia tahu, ia harus bermain dengan cerdik jika ingin keluar dari situasi ini tanpa kehilangan segalanya. Namun di dalam hati, ia berjanji—suatu saat, ia akan membalikkan keadaan dan membalas dua pria keji yang sudah menginjak-injak harga dirinya.

Tanpa banyak bicara, Joya kembali ke kamar mandi untuk mengenakan baju yang diberikan Alastar. Ia sengaja berlama-lama di kamar mandi, berharap lelaki dingin itu sudah pergi.

Namun, saat ia membuka pintu, Alastar masih berdiri di sana, memunggungi Joya sambil menelepon seseorang. Lelaki itu sudah melepas bathrobe dan hanya mengenakan celana pendek. Bagian atas tubuhnya dibiarkan terbuka, seolah ingin memamerkan otot-ototnya yang terpahat sempurna.

Joya melangkah pelan menuju pintu, berusaha untuk segera kabur. Namun, suara berat Alastar menghentikannya.

“Mau ke mana buru-buru seperti itu?”

Langkah Joya terhenti. Alastar menutup telepon dan memutar tubuh, menghadang pintu dengan bahunya yang lebar. Pandangannya tajam, seperti selalu tahu apa yang dipikirkan oleh Joya.

Joya menarik napas dalam. “Bukankah Bapak sudah mengizinkan saya pulang? Suami saya pasti menunggu di rumah,” ujarnya pura-pura tegas. Ia kembali menggunakan bahasa yang formal untuk bicara pada Alastar.

Alastar menyeringai, sudut bibirnya melengkung ke atas. “Suamimu? Kau pikir dia benar-benar menunggumu?”

Kata-katanya menghantam Joya seperti pukulan. Ia menatap Alastar dengan bingung sekaligus kesal.

“Apa maksud Bapak? Apa ini cara Bapak mengejek saya?”

Alastar tidak menjawab. Sebaliknya, ia melipat tangan di depan dada dan menatap Joya dengan pandangan yang sulit ditebak.

Setelah beberapa detik, tangan lelaki itu menunjuk ke arah meja kecil di sudut kamar, di mana nampan berisi sarapan masih utuh.

“Kamu boleh pulang setelah sarapan. Aku tidak suka membuang uang untuk makanan yang tidak dimakan.” Nada suaranya datar, tetapi ada sesuatu di balik kata-kata itu yang membuat Joya waspada.

“Saya tidak lapar,” balas Joya, mencoba terdengar tegas.

Alastar mendekat, jemarinya menyentuh dagu Joya dengan santai. Tatapan mata lelaki itu membuat lutut Joya terasa goyah.

“Kalau menolak makan,” katanya perlahan, “aku akan memintamu melakukan hal lain.”

Joya membelalak, paham apa yang dimaksud pria itu. “Baik, saya makan!” jawabnya cepat, nyaris berteriak.

Anehnya, pandangan Joya justru tertuju pada bahu kanan Alastar yang terbuka, menampilkan sebuah tato berbentuk huruf 'J'. Tato itu sederhana, tetapi memancarkan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Lekukan hurufnya tegas, menonjolkan kesan maskulin yang kuat.

Alastar menangkap arah pandangan Joya. Ia menyeringai lagi. “Kenapa? Kamu menginginkan sesuatu dariku?” tanyanya dengan nada menggoda.

Wajah Joya memerah seketika. Ia menggeleng cepat, tetapi Alastar sudah mendekat lagi, membuat jarak di antara mereka semakin tipis. Tanpa aba-aba, pria itu menyentuh bibirnya sekilas dengan ujung jari.

Joya langsung menelan ludah, merasa dipermainkan. “Saya mau makan sekarang. Bisa menyingkir?” ucapnya tajam, mencoba menutupi rasa malunya.

Alastar tersenyum tipis, tetapi akhirnya mundur. “Aku suka kalau kau patuh,” ujarnya santai, lalu membiarkan Joya berjalan ke arah meja.

Joya duduk dan mulai menyantap nasi goreng dengan sembarangan. Ia tidak peduli rasa makanannya, yang penting ia bisa segera keluar dari tempat ini. Namun, fokusnya terganggu ketika Alastar dengan santainya mulai berganti pakaian di hadapannya tanpa sedikit pun rasa malu.

Joya cepat-cepat membuang muka, tetapi jantungnya berdebar cepat. Entah mengapa, pikirannya kembali pada tato di bahu Alastar. Huruf ‘J’ itu ... apakah mungkin inisial namanya?

Tidak, itu konyol. Mereka baru saja bertemu. Pasti huruf itu mewakili nama seseorang yang penting bagi Alastar, mungkin kekasih atau calon istrinya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
wah wah wah kyknya ada rahasia besar nih dibalik tatinya Alastar kok bisa inisialnya " j"?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Harus Pergi

    Sementara Joya sibuk dengan pikirannya, Alastar mengambil nasi goreng bagiannya dan duduk di sofa. Ia menyilangkan kaki, menyuap makanan sambil berkirim pesan di ponsel. Aura otoriter yang biasa menyelimuti pria itu sedikit mereda, tetapi Joya tetap merasa waspada. Rasanya, Joya ingin melempar nasi goreng di tangannya ke wajah Alastar. Namun, ia menahan diri untuk tidak melakukan hal itu. Tujuannya saat ini hanya satu, yaitu keluar dari kamar hotel dengan selamat.Setelah makan dengan asal menelan, Joya meletakkan sendoknya dengan keras. “Saya sudah selesai. Saya akan pergi sekarang.”Alastar mengangkat alis tanpa berkata apa-apa. Ia hanya memberi isyarat dengan tangan, seolah mengizinkan Joya pergi. Namun, saat Joya berbalik menuju pintu ia tiba-tiba berkata dengan suara datar.“Ingat, Joya. Kalau aku menghubungimu lagi, kau harus datang.” Joya mendengus, merasa kesal. “Terserah Bapak,” jawabnya pendek sebelum cepat-cepat keluar dari kamar, berharap bisa melupakan pengalaman pahi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Tolong, Maafkan Aku

    Nada suara Denis yang memelas itu membuat Joya merasa muak. Denis tidak pernah berbicara selembut ini sebelumnya, apalagi meminta sesuatu dengan nada penuh kerendahan hati. Pastilah ini hanya kebohongan lain yang keluar dari mulut pria yang telah mengkhianatinya. “Aku tidak peduli, Denis,” jawab Joya dingin, lalu tanpa ragu memutuskan panggilan. Dengan berat hati, Joya meletakkan kopernya kembali ke sudut kamar. Ia memandang benda itu, seakan menyesali keputusannya untuk menunda kepergiannya sementara waktu. Namun kali ini, ia tidak punya pilihan. “Ibu lebih penting,” bisiknya kepada diri sendiri. Sambil menghela napas beberapa kali, Joya merapikan diri, lalu keluar dari kamar untuk memesan taksi. Ia berdiri di ruang tamu yang sepi, menunggu kedatangan kendaraan yang akan membawanya ke rumah sakit. Di luar, langit nampak mendung dengan awan kelabu yang mulai berarak. Dalam perjalanan menuju rumah sakit, Joya terdiam, pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan. Haruskah ia tetap

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Posesif

    Mendengar Joya akan memberinya kesempatan, Denis akhirnya berdiri, wajahnya penuh kelegaan. Lelaki itu bahkan mencoba meraih tangan Joya, tetapi Joya dengan cepat mundur selangkah. “Jangan sentuh aku,” ujar Joya dingin, matanya menatap tajam ke arah Denis. “Nanti kita bicara di rumah. Sekarang, lebih baik kamu kembali ke kantor.” Denis terdiam sejenak, seperti ingin membantah, tetapi akhirnya ia mengangguk patuh. “Baik. Aku akan menunggumu di rumah setelah pulang kantor.” Joya tidak menjawab. Ia berbalik dan bergegas kembali ke lift, meninggalkan Denis yang berdiri diam di lorong, di tengah kerumunan orang yang masih memandang mereka dengan penasaran. Setibanya di kamar rawat, Joya mencoba menenangkan diri. Ia mengatur napas sebelum masuk, memasang senyum kecil untuk ibu mertuanya yang menatapnya dengan penuh kasih sayang. “Sudah makan, Nak?” tanya sang ibu. Joya mengangguk, mengambil posisi duduk di samping ranjang. “Sudah, Bu. Sekarang saya di sini untuk menjaga Ibu.”

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Sumber Uang

    Sore hari di rumah sakit terasa begitu panjang bagi Joya. Ia masih duduk di kursi plastik di samping brankar ibu mertuanya, matanya sesekali melirik ke arah monitor yang menunjukkan detak jantung. Ia berusaha mengusir kantuk dengan browsing lowongan pekerjaan di ponsel, meskipun pikirannya melayang ke banyak hal yang lebih berat.Telepon dari Alastar tadi masih terngiang-ngiang di telinganya. Alastar, lelaki yang tak pernah ia sangka akan masuk dalam hidupnya, kini menjadi bayang-bayang yang sulit ia hindari. Ia menarik napas panjang, mencoba mengusir pikiran tentang pria gila itu.Beberapa saat kemudian, pintu ruangan terbuka pelan, dan seorang lelaki paruh baya masuk. Wajahnya penuh kekhawatiran, tetapi senyum ramah muncul ketika ia melihat Joya. “Joya, maaf, Om baru bisa datang. Warung makan tadi cukup ramai,” ucapnya seraya mendekat ke arah brankar.“Tidak apa-apa, Om Wildan,” jawab Joya tersenyum tipis. Ia mencoba menyembunyikan kelelahan yang tergurat di wajahnya. “Bagaimana k

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Demi Ibu

    Setelah taksi yang mengantarnya melaju pergi, Joya berdiri sejenak di depan pagar rumah Denis. Hatinya bimbang. Langkah kakinya terasa berat, tetapi janji yang sudah ia buat tak memberinya pilihan. Ia harus berbicara dengan Denis, menyelesaikan persoalan pelik yang tertahan di antara mereka.Rumah tampak sepi saat Joya membuka pintu depan dengan kunci cadangan yang selalu ia bawa. Joya menghela napas panjang dan duduk di sofa ruang tamu. Pikirannya melayang-layang antara masa lalu dan masa kini. Tidak ada yang bisa mengubah apa yang sudah terjadi, tetapi ia berharap waktu bisa mengurangi rasa sakit yang kini menggelayuti hatinya.Sejenak, Joya membiarkan keheningan menyelimuti, hingga ponselnya bergetar di atas meja. Nama Mutia -- sahabat satu-satunya yang ia miliki -- muncul di layar. Joya segera menjawab telepon itu tanpa berpikir dua kali.“Halo, Mutia?”“Joya? Kau baik-baik saja? Aku terkejut saat kau bilang mau mencari pekerjaan,” tanya Mutia dengan nada heran.Joya tahu Mutia pa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Penyesalan Palsu

    Setelah percakapan dingin itu berakhir, Joya masuk ke kamarnya tanpa menoleh lagi pada Denis. Ia menutup pintu dengan perlahan, seolah berharap ketenangan akan datang bersama gerakannya yang hati-hati. Kamar itu sunyi, hanya suara dengung kipas angin yang menemani. Joya menjatuhkan dirinya di atas kasur, memejamkan mata walau tidur terasa jauh dari jangkauan. Besok adalah hari besar—operasi bypass jantung yang akan menjadi penentuan kesembuhan sang ibu mertua. Apa pun yang terjadi, ia harus ada di sana. Di balik hubungan pernikahannya dengan Denis yang kini terasa seperti racun, Joya tetap memiliki rasa hormat dan kasih terhadap ibu mertuanya. Di kamar yang bersebelahan, Denis duduk di atas tempat tidur dengan ponsel di tangan. Wajahnya tidak menunjukkan penyesalan sama sekali. Sebaliknya, ada kilatan kesibukan di matanya. Jemarinya lincah mengetik pesan, membalas seseorang dengan tergesa. Tidak butuh waktu lama, ponselnya bergetar. Sebuah panggilan masuk muncul di layar.Denis me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Diawasi Setiap Saat

    Mata Joya masih menatap Siena yang sedang memeriksa ponsel baru di tangannya. Bibirnya hampir saja melontarkan tanya, tetapi ia mengurungkan niat tersebut. Bagaimanapun, ia tak ingin menyinggung perasaan adiknya, apalagi merusak kebahagiannya hanya karena rasa ingin tahu.“Aku pergi dulu, Kak Joya,” ujar Siena sambil melangkah ke teras rumah. Ia merapikan tas kecilnya, bersiap untuk pergi ke supermarket.Joya hanya mengangguk. “Hati-hati di jalan,” pesannya sambil mengikuti Siena sampai ke teras. Ia menghela napas, sedikit lega karena tak perlu memulai percakapan yang rumit dengan sang adik.Di sana, Denis masih duduk di kursi kayu sambil menyantap sarapan pagi. Saat Siena hendak menaiki motornya, ia sempat menyapa Denis“Mas Denis, maaf saya tidak bisa ikut ke rumah sakit. Saya doakan Bu Dewi lekas sembuh,” kata Siena sopan, menatap Denis dengan tatapan penuh simpati.Denis mengangguk sambil menelan suapan terakhirnya. “Terima kasih, Siena,” balasnya singkat.Tanpa berkata lebih bany

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Secercah Harapan

    Denis yang berdiri di sisi ruangan nampak terkejut melihat asisten Alastar memberikan perhatian lebih kepada Joya. Wajahnya berubah tegang, dan ada kilatan ketidaksukaan yang jelas di matanya. “Pak Arman, kenapa Pak Alastar sampai mengirimkan makanan untuk istri saya?” tanyanya mencoba santai.Pak Arman menoleh ke arah Denis, senyumnya tidak luntur. “Pak Alastar hanya ingin memastikan Bu Joya baik-baik saja, terutama di situasi seperti ini.”Joya menelan ludah. Kata-kata itu terdengar manis, tetapi baginya ibarat racun yang membuat hatinya semakin pahit. Ia mengangkat kepala, menatap asisten Alastar itu dengan mata memincing.“Katakan kepada Pak Alastar bahwa saya bisa mengurus diri sendiri,” pungkas Joya, suaranya bergetar meski ia mencoba terdengar tegas.Pak Arman hanya tersenyum. “Anda bisa menyampaikan secara langsung kepada Pak Alastar. Saya hanya menjalankan tugas.” Dengan sangat terpaksa, Joya menerima tas yang diberikan Pak Arman meski hatinya menolak. Ia pun mengangguk kec

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11

Bab terbaru

  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Tidak Perlu Dijodohkan

    “Siena?” tanyanya dengan nada heran begitu ia mendekat.Siena menoleh dan tersenyum. “Kak Joya. Aku kebetulan sudah pulang kerja, jadi aku pikir sekalian ikut menjemput Bu Dewi.”Joya mengernyit. Ia tidak menyangka Siena akan ikut dalam perjalanan ini. Seharusnya ia tidak merasa keberatan, tetapi entah mengapa kehadiran Siena membuatnya merasa ada yang janggal. Ia tidak ingin Siena terlalu terlibat dalam urusan rumah tangganya, terutama yang berkaitan dengan Denis.“Kenapa mendadak?” Joya bertanya lagi, matanya bergantian menatap Siena dan Denis.Denis yang sejak tadi hanya diam akhirnya angkat bicara. “Aku yang mengajak Siena, karena kami kebetulan bertemu di lift. Kupikir akan lebih baik jika dia ikut. Nggak ada salahnya, ‘kan?”Joya menghela napas pelan. Tidak ada yang salah, tentu saja. Namun tetap saja, ia merasa kehadiran Siena akan membuatnya lebih sulit untuk menghadapi Denis. Siena melangkah lebih dekat dan menggandeng lengan Joya dengan akrab. “Kak Joya, ayo cepat masuk mob

  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Calon Istri untuk Alastar

    Joya masih tercengang di tempat, pikirannya berputar menangkap setiap kata yang baru saja diucapkan oleh Alastar. Rumah ini akan menjadi tempat tinggalnya selamanya? Itu mustahil. Alastar hanya bertindak impulsif, seperti biasa. Mana mungkin dia menetap di sini selamanya. Hubungan mereka hanya bersifat sementara, enam bulan dan tidak lebih. Begitu perjanjian itu berakhir, dia akan pergi, dan Alastar akan menikahi wanita lain yang pantas untuknya. Rumah ini pasti akan menjadi milik istri Alastar kelak, bukan dirinya. Joya pun memilih untuk menelan saja semua perkataan Alastar dan menyimpan kunci rumah itu di dalam tas. Lebih baik ia pura-pura menurut dulu, supaya Alastar merasa berada di atas angin. Barulah nanti ia mencari cara agar bisa keluar dari rumah itu.Selang beberapa detik, pria itu merangkul bahunya.“Kita kembali ke kantor sekarang. Aku tidak mau terlambat menghadiri meeting,” ujar Alastar kemudian.Tanpa banyak bicara, Alastar mengajak Joya kembali ke mobil. Di dalam mob

  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Nyonya Rumah

    Joya menggeleng, mencoba memahami jalan pikiran Alastar. Ia tahu, ini bukan sekadar rumah melainkan bentuk lain dari kendali Alastar atas hidupnya. Bagaimanapun, ia harus mencari cara untuk keluar dari lingkaran gelap ini."Saya bisa mencari tempat sendiri. Saya tidak butuh rumah yang—""Aku tidak menerima penolakan," potong Alastar tegas.Mobil mewah berwarna hitam pekat itu akhirnya berhenti di depan sebuah rumah megah bergaya Amerika klasik. Rumah itu memiliki dua lantai dengan dominasi kaca yang luas, memungkinkan sinar matahari menerangi hampir seluruh bagian dalamnya.Warna cokelat kayu berpadu sempurna dengan aksen putih di tiang dan jendela, menciptakan kesan hangat. Sebuah balkon kecil di lantai dua tampak menghadap halaman depan, yang dihiasi rumput hijau dan beberapa tanaman hias. Sopir Alastar membunyikan klakson sekali, dan beberapa saat kemudian, gerbang besi hitam perlahan terbuka. Seorang pria berperawakan tegap muncul, membukakan pintu gerbang dengan sikap hormat. Ta

  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Sangkar Emas

    Joya semakin geram mendengar percakapan dua pria di hadapannya, yang menganggap dia seperti barang yang bisa dipindah-tangankan. Seperti biasa, dengan mudahnya Denis menyetujui setiap perintah sang CEO, dan kini tanpa ragu menyepakati bahwa ia akan tinggal bersama Alastar. Sungguh, Denis tak layak lagi dipandang sebagai seorang suami. Di sisi lain, Alastar dengan sewenang-wenang menuntutnya untuk mengikuti perintah tersebut. Namun, Joya menahan diri untuk tidak berbicara dulu. Ia sudah memiliki rencana sendiri untuk melepaskan diri dari dua pria gila ini.“Maaf, Pak. Jadi, hari ini saya masih boleh pulang bersama Joya?” tanya Denis memastikan. “Benar,” jawab Alastar tegas. “Tapi, aku melakukan ini atas permintaan Joya, bukan karena kau. Dan ingat, Joya harus sudah meninggalkan rumahmu paling lambat hari Minggu.”Mendengar hal itu, wajah Denis berubah, tetapi ia tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya mengucapkan terima kasih kepada Alastar, lalu mohon diri tanpa berani melayangkan protes

  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Joya adalah Milikku

    Livia segera berdiri dan tersenyum sopan kepada Denis. "Silakan duduk dulu, Pak Denis. Saya akan menghubungi Pak Alastar."Denis hanya mengangguk singkat, lalu duduk di salah satu kursi tamu tanpa menyapa Joya. Sementara itu, Livia beralih pada Joya, menatapnya dengan sorot mata penuh makna. "Joya, kamu saja yang mengurus ini. Tanyakan dulu kepada Pak Alastar."Joya meneguk ludahnya, sedikit gelisah. Ia tidak tahu apa tujuan Alastar memanggil Denis. Apakah ini ada kaitannya dengan kepulangannya hari ini untuk menjemput ibu mertuanya? Atau justru ada hal lain yang tak ia ketahui?Dengan ragu, Joya pun mengangkat gagang telepon dan menekan tombol sambungan langsung ke ruang CEO. Ia berusaha keras melupakan apa yang baru saja terjadi antara dirinya dan Alastar tadi.Setelah beberapa nada tunggu, suara bariton Alastar terdengar di seberang."Ya, ada apa?"Joya berdeham, berusaha mengontrol nada suaranya agar tetap stabil. "Maaf, Pak Alastar, Pak Denis sudah tiba. Apakah diizinkan masuk?"

  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Lain di Mulut, Lain di Hati

    Joya duduk di kursinya, sibuk menyusun beberapa laporan yang harus diselesaikan. Sebagai sekretaris, ia harus membuat laporan keuangan mingguan, beberapa memo ke divisi terkait, dan juga laporan kunjungan ke outlet bersama CEO. Jari-jarinya dengan cekatan mengetik di laptop, sesekali memeriksa kembali dokumen-dokumen yang perlu ditandatangani Alastar. Dentuman halus pintu terbuka membuat Joya refleks mengangkat kepala. Matanya menangkap sosok Bianca yang keluar dari ruangan, diikuti oleh Alastar yang mengantarnya hingga ke pintu.Asisten pribadi Bianca pun sudah bersiap menunggu di luar. Namun, yang membuat napas Joya sedikit tercekat adalah ketika Bianca mendadak berbalik dan memeluk Alastar di depan matanya. "Aku akan menunggumu di restoran hotel Crown jam tujuh malam, Al. Jangan lupa," ujar Bianca dengan nada lembut, tetapi cukup lantang untuk didengar Joya dan Livia. Joya dengan cepat menundukkan kepala, menyembunyikan ekspresi yang berkecamuk dalam dirinya. Sementara itu, Alas

  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Aku Tetap Memilihnya

    Livia tersenyum sopan kepada wanita cantik yang berdiri angkuh di hadapan mereka. "Joya adalah sekretaris baru yang akan menggantikan saya, Bu," jelasnya dengan nada profesional.Bianca mengangkat sebelah alisnya, lalu menyilangkan tangan di depan dada. "Pantas saja dia tidak sopan karena tidak menyapaku lebih dulu," ucapnya dengan nada meremehkan. Mata tajamnya menatap Joya tak berkedip, seolah menilai apakah wanita di hadapannya cukup pantas untuk berdiri di tempat ini.Livia segera memberi isyarat pada Joya agar menyapa Bianca dan memperkenalkan diri. Menyadari dirinya telah melakukan kesalahan, Joya menunduk sedikit sebagai bentuk penghormatan. "Selamat pagi, Bu Bianca. Nama saya Joya, sekretaris baru Pak Alastar."Bianca hanya mengangguk kecil, ada sorot kesombongan di matanya. "Sebagai sekretaris CEO, kau harus belajar menjaga sikap," ujarnya dengan nada dingin. "Apalagi terhadap rekan bisnis penting Alastar, sekaligus orang terdekatnya."Mendengar itu, hati Joya terasa sesak

  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Tamu Wanita Cantik

    Suara kicauan burung di luar membangunkan Joya dari mimpi. Wanita itu mengerjapkan mata, mengusir kantuk yang masih menempel, lalu duduk di tepi ranjang. Udara pagi terasa sejuk, dan ia memutuskan untuk segera mandi agar bisa bersiap lebih awal. Dengan langkah ringan, Joya mengambil handuk dan menuju kamar mandi. Setelah menyegarkan diri, Joya keluar dengan aroma sabun yang masih melekat di kulitnya. Namun, ia terkejut saat melihat Siena tiba-tiba berlari menuju kamar mandi dengan tangan menutup mulut. Tanpa sempat bertanya, Siena sudah menutup pintu, dan tak lama kemudian terdengar suara muntah dari dalam. Joya mengernyit khawatir, lalu mengetuk pintu dengan lembut."Siena? Kau baik-baik saja?" tanyanya cemas.Tak ada jawaban. Sebagai gantinya, suara gemericik air terdengar dari dalam kamar mandi, menandakan Siena sudah mulai mandi. Joya menghela napas panjang, memutuskan untuk menunggu hingga adiknya keluar. Setelah beberapa saat, pintu kamar mandi terbuka. Siena melangkah keluar

  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Bermuka Dua

    Siena mendadak terdiam. Matanya sedikit membulat, lalu dengan cepat ia mengalihkan pandangan. Tangannya meraih martabak, meski tadi ia bilang ingin makan nanti. Dengan gerakan agak canggung, ia menarik ujung martabak, lalu menggigitnya kecil-kecil."Mungkin yang dimaksud itu Mas Galih, kakaknya Lita," ujar Siena akhirnya. "Dia sering mengantar Lita ke kosku dan menemani kami untuk mengerjakan skripsi bersama. Kebetulan, dosen pembimbing kami sama.”Joya mengerutkan kening. Jawaban Siena terdengar ganjil. Ia tahu Siena bukan tipe yang mudah dekat dengan pria asing, apalagi jika pria itu bukan bagian dari lingkaran pertemanan dekatnya.“Kenapa sekarang Kak Joya yang banyak bertanya padaku?” tandas Siena dengan sorot mata penuh kewaspadaan. Ia tahu kakaknya tidak akan berhenti bertanya tentang sosok "kakak laki-laki" yang disebut oleh ibu penjaga kos. Maka, sebelum Joya bisa kembali menyelidik, Siena buru-buru menyerang balik sang kakak."Bukankah tadi siang di kafe, Kakak berjanji akan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status