Share

Satu Malam dengan Pria Lain

Author: Risca Amelia
last update Last Updated: 2024-12-11 17:54:27

Joya mencoba menjauh, tetapi tubuhnya terasa lemas. Dengan susah payah, dia mendorong Alastar hingga pria itu mundur selangkah. Namun, rasa panas di tubuhnya semakin menjadi. 

Tangan Joya mulai bergerak ke arah gaun merah yang melekat di tubuhnya.  

“Panas sekali … aku nggak tahan,” katanya, suaranya bergetar.  

Secara refleks, Joya melepaskan gaunnya dengan tangan gemetar, tubuhnya terasa seperti dikuasai oleh sesuatu yang tak bisa ia lawan. Alastar hanya tersenyum tipis, tatapan matanya penuh misteri. Ia mengamati setiap gerakan Joya dengan tenang.

Ketika gaun itu terjatuh ke lantai, Alastar segera bergerak mendekati Joya. Di sisa kesadarannya, Joya mencoba menolak, tetapi tubuhnya terlalu lemah. Pria itu menyentuh wajahnya dengan lembut, lalu mengecup bibirnya penuh damba.  

Ingin rasanya Joya berteriak dan melawan, tetapi tubuhnya tidak merespons. Di dalam hati, Joya hanya bisa menangis saat Alastar menggendongnya menuju ranjang dan meletakkannya di sana. Joya terbaring pasrah, tubuhnya terasa lunglai kala Alastar mulai bergerak di atasnya.  

Awalnya, rasa marah dan kecewa menguasai pikiran Joya, tetapi lambat laun semua itu seperti ditelan oleh sensasi aneh yang ia rasakan. Sikap Alastar begitu lembut, bukan kasar atau memaksa. Setiap sentuhan yang diberikan lelaki itu justru membuatnya merasa dipuja dan dimanjakan. Jauh berbeda dari Denis, yang lebih sering mementingkan diri sendiri. Bahkan, sudah tiga bulan terakhir Denis tak pernah menyentuhnya dengan alasan lelah sepulang bekerja.

Tanpa sadar, Joya terbuai dalam permainan cinta yang ditawarkan oleh Alastar. Ia mencengkeram erat seprai, menahan perasaan yang bercampur aduk. Pikiran Joya berkelana tanpa arah hingga tubuhnya menyerah pada kelelahan. Pelan-pelan, kesadarannya memudar hingga ia tertidur dalam pelukan Alastar.  

***

Sinar matahari yang menyelinap dari celah tirai kamar membangunkan Joya. Matanya perlahan terbuka, dan ia merasakan tubuhnya terasa remuk, setiap otot seolah berteriak meminta istirahat. Tenggorokannya kering, dan kepala sedikit berdenyut. 

Joya mengerutkan kening saat mendengar suara gemericik air dari arah kamar mandi. Sebelum ia sempat bereaksi lebih jauh, pintu kamar mandi terbuka, dan di sana berdiri Alastar dengan bathrobe putih yang longgar. Wajah pria itu terlihat segar dengan rambut sedikit basah.

“Kamu sudah bangun,” katanya sambil tersenyum. “Aku sudah memesan sarapan pagi. Akan segera diantar.”  

Joya segera memalingkan wajah, pipinya memerah. Ia merasa malu melihat pria itu begitu santai setelah semua yang terjadi antara mereka semalam. Mungkin, ia hanyalah satu dari puluhan wanita yang sudah pernah menghangatkan ranjang Alastar. 

Berusaha mengabaikan keberadaan pria itu, Joya mencoba turun dari tempat tidur. Pandangannya tertuju pada gaunnya yang tergeletak di lantai, berniat untuk segera memakainya kembali. Namun baru beberapa langkah, Joya merintih pelan. Nyeri di bagian bawah tubuhnya membuat setiap gerakan terasa sulit.  

Melihat Joya hampir limbung, Alastar mendekat dengan langkah panjang dan ringan. Dengan gerakan sigap, ia menopang tubuh Joya menggunakan kedua lengannya. 

“Kamu bahkan tidak bisa berdiri dengan benar,” ujarnya dengan nada tenang.

Selang beberapa detik, Joya terkejut saat ia tiba-tiba diangkat dan digendong oleh Alastar. 

“Apa yang kamu lakukan?!” protesnya sambil mencoba berontak.  

Alastar tidak menjawab. Dengan tenang, ia membawa Joya ke kamar mandi lalu menurunkannya perlahan ke dalam bathtub yang telah diisi air hangat. Uap dari air itu mengepul tipis, menyelimuti Joya dengan kehangatan.  

Joya memandang Alastar dengan tatapan bingung dan marah. “Apa maumu? Apa kamu belum puas menyiksaku?”  

Alastar hanya tersenyum kecil. “Seingatku kamu tidak tersiksa sama sekali, justru kamu sangat menikmatinya. Sekarang, tubuhmu pasti lengket dan tidak nyaman. Kamu harus mandi dan membersihkan diri.”  

Wajah Joya memerah seketika. Buru-buru, ia menyembunyikan diri dengan tenggelam lebih dalam ke dalam air, mencoba menutupi tubuh polosnya dari pandangan Alastar. 

“Kenapa kamu masih di sini? Pergi!” usir Joya dengan nada parau, suaranya masih terdengar lemah.  

Melihat reaksi Joya, Alastar bersedekap sembari menyunggingkan seringai tipis. “Untuk apa malu? Aku sudah melihat semuanya, Joya. Lagi pula aku di sini untuk menawarkan bantuan.”

Joya menatap Alastar dengan tajam, meski wajahnya masih merah padam. “Aku bisa mandi sendiri. Cepat pergi dari sini!”  

Alastar mengangkat tangannya, tanda menyerah. “Baiklah, aku akan pergi. Tapi, jika kamu berubah pikiran dan butuh bantuanku, kamu bisa memanggilku.”  

Pria itu berbalik menuju pintu kamar mandi, tetapi sebelum melangkah keluar, ia menoleh sebentar. “Jangan terlalu lama. Sarapan akan segera datang.”  

Joya hanya mendengus pelan, lalu menunggu sampai pintu benar-benar tertutup. Tubuhnya yang lemah bersandar pada dinding bathtub, air hangat perlahan-lahan meredakan rasa pegal di tubuhnya.  

Namun, pikiran dan hatinya serasa penuh dengan berbagai emosi—kemarahan, kebingungan, dan juga rasa malu yang tak kunjung reda. Ini adalah awal dari sebuah hubungan yang tidak pernah ia bayangkan, dan Joya tidak tahu bagaimana ia akan melewatinya selama enam bulan ke depan.

Merasa frustasi, Joya memilih keluar dari bathtub dan berdiri di bawah kucuran air shower. Dengan perlahan, ia mengusap seluruh bagian tubuhnya. Namun, gerakan tangannya terhenti ketika matanya menangkap dua tanda merah di kulitnya yang putih.  

Tanda itu tercetak jelas, berada di area yang tersembunyi. Wajah Joya seketika memanas, bukan karena malu, tetapi marah. Ia menggosok tanda itu dengan keras, berharap bekasnya akan hilang dengan segera. 

“Dasar pria brengsek!” umpatnya dengan geram, membayangkan wajah Alastar. 

Ia yakin pria itu adalah seorang maniak, tak tahu malu, dan benar-benar keji. Bagaimana mungkin ia tega meniduri istri orang dengan cara licik seperti ini? Bukankah Alastar bisa mendapatkan wanita lajang mana pun yang ia inginkan?

Di sela-sela kemarahannya, pikiran Joya melayang kepada Denis, suaminya. Ya, orang yang seharusnya melindunginya, malah menjualnya kepada pria seperti Alastar. Joya pun menggigit bibirnya, menahan air mata yang nyaris mengalir. 

“Aku sangat membencimu, Denis,” gumam Joya mengepalkan tangan. 

Related chapters

  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Kau Wanitaku!

    Selesai membersihkan diri, Joya keluar dari bathtub dan mendapati dirinya dihadapkan pada masalah baru. Tidak ada pakaian di kamar mandi, bahkan bathrobe pun tidak tersedia. Joya menggigit bibir, mencoba mencari solusi. Dengan terpaksa, ia melilitkan handuk ke tubuhnya, menutupi sebagian besar kulitnya, meski ia tahu ini tidak ideal. Dengan rambut yang masih basah, Joya membuka pintu kamar mandi perlahan. Ia berjalan mengendap-endap, berharap bisa menemukan sesuatu untuk dikenakan tanpa menarik perhatian Alastar. Namun, langkahnya terhenti ketika matanya menangkap sosok pria itu sedang berdiri di dekat jendela, berbicara di telepon. Suara rendah Alastar terdengar tegas meski ia berbicara dengan nada santai. Ketika Joya melangkah masuk ke ruangan, Alastar langsung mengakhiri panggilannya, seolah menyadari kehadirannya. Ia menoleh, matanya segera tertuju pada tubuh Joya yang hanya dibalut handuk. Senyum kecil menghiasi wajahnya, membuat darah Joya mendidih seketika.“Kenapa hanya

    Last Updated : 2024-12-11
  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Harus Pergi

    Sementara Joya sibuk dengan pikirannya, Alastar mengambil nasi goreng bagiannya dan duduk di sofa. Ia menyilangkan kaki, menyuap makanan sambil berkirim pesan di ponsel. Aura otoriter yang biasa menyelimuti pria itu sedikit mereda, tetapi Joya tetap merasa waspada. Rasanya, Joya ingin melempar nasi goreng di tangannya ke wajah Alastar. Namun, ia menahan diri untuk tidak melakukan hal itu. Tujuannya saat ini hanya satu, yaitu keluar dari kamar hotel dengan selamat.Setelah makan dengan asal menelan, Joya meletakkan sendoknya dengan keras. “Saya sudah selesai. Saya akan pergi sekarang.”Alastar mengangkat alis tanpa berkata apa-apa. Ia hanya memberi isyarat dengan tangan, seolah mengizinkan Joya pergi. Namun, saat Joya berbalik menuju pintu ia tiba-tiba berkata dengan suara datar.“Ingat, Joya. Kalau aku menghubungimu lagi, kau harus datang.” Joya mendengus, merasa kesal. “Terserah Bapak,” jawabnya pendek sebelum cepat-cepat keluar dari kamar, berharap bisa melupakan pengalaman pahi

    Last Updated : 2024-12-11
  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Tolong, Maafkan Aku

    Nada suara Denis yang memelas itu membuat Joya merasa muak. Denis tidak pernah berbicara selembut ini sebelumnya, apalagi meminta sesuatu dengan nada penuh kerendahan hati. Pastilah ini hanya kebohongan lain yang keluar dari mulut pria yang telah mengkhianatinya. “Aku tidak peduli, Denis,” jawab Joya dingin, lalu tanpa ragu memutuskan panggilan. Dengan berat hati, Joya meletakkan kopernya kembali ke sudut kamar. Ia memandang benda itu, seakan menyesali keputusannya untuk menunda kepergiannya sementara waktu. Namun kali ini, ia tidak punya pilihan. “Ibu lebih penting,” bisiknya kepada diri sendiri. Sambil menghela napas beberapa kali, Joya merapikan diri, lalu keluar dari kamar untuk memesan taksi. Ia berdiri di ruang tamu yang sepi, menunggu kedatangan kendaraan yang akan membawanya ke rumah sakit. Di luar, langit nampak mendung dengan awan kelabu yang mulai berarak. Dalam perjalanan menuju rumah sakit, Joya terdiam, pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan. Haruskah ia tetap

    Last Updated : 2024-12-11
  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Posesif

    Mendengar Joya akan memberinya kesempatan, Denis akhirnya berdiri, wajahnya penuh kelegaan. Lelaki itu bahkan mencoba meraih tangan Joya, tetapi Joya dengan cepat mundur selangkah. “Jangan sentuh aku,” ujar Joya dingin, matanya menatap tajam ke arah Denis. “Nanti kita bicara di rumah. Sekarang, lebih baik kamu kembali ke kantor.” Denis terdiam sejenak, seperti ingin membantah, tetapi akhirnya ia mengangguk patuh. “Baik. Aku akan menunggumu di rumah setelah pulang kantor.” Joya tidak menjawab. Ia berbalik dan bergegas kembali ke lift, meninggalkan Denis yang berdiri diam di lorong, di tengah kerumunan orang yang masih memandang mereka dengan penasaran. Setibanya di kamar rawat, Joya mencoba menenangkan diri. Ia mengatur napas sebelum masuk, memasang senyum kecil untuk ibu mertuanya yang menatapnya dengan penuh kasih sayang. “Sudah makan, Nak?” tanya sang ibu. Joya mengangguk, mengambil posisi duduk di samping ranjang. “Sudah, Bu. Sekarang saya di sini untuk menjaga Ibu.”

    Last Updated : 2025-01-06
  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Sumber Uang

    Sore hari di rumah sakit terasa begitu panjang bagi Joya. Ia masih duduk di kursi plastik di samping brankar ibu mertuanya, matanya sesekali melirik ke arah monitor yang menunjukkan detak jantung. Ia berusaha mengusir kantuk dengan browsing lowongan pekerjaan di ponsel, meskipun pikirannya melayang ke banyak hal yang lebih berat.Telepon dari Alastar tadi masih terngiang-ngiang di telinganya. Alastar, lelaki yang tak pernah ia sangka akan masuk dalam hidupnya, kini menjadi bayang-bayang yang sulit ia hindari. Ia menarik napas panjang, mencoba mengusir pikiran tentang pria gila itu.Beberapa saat kemudian, pintu ruangan terbuka pelan, dan seorang lelaki paruh baya masuk. Wajahnya penuh kekhawatiran, tetapi senyum ramah muncul ketika ia melihat Joya. “Joya, maaf, Om baru bisa datang. Warung makan tadi cukup ramai,” ucapnya seraya mendekat ke arah brankar.“Tidak apa-apa, Om Wildan,” jawab Joya tersenyum tipis. Ia mencoba menyembunyikan kelelahan yang tergurat di wajahnya. “Bagaimana k

    Last Updated : 2025-01-07
  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Demi Ibu

    Setelah taksi yang mengantarnya melaju pergi, Joya berdiri sejenak di depan pagar rumah Denis. Hatinya bimbang. Langkah kakinya terasa berat, tetapi janji yang sudah ia buat tak memberinya pilihan. Ia harus berbicara dengan Denis, menyelesaikan persoalan pelik yang tertahan di antara mereka.Rumah tampak sepi saat Joya membuka pintu depan dengan kunci cadangan yang selalu ia bawa. Joya menghela napas panjang dan duduk di sofa ruang tamu. Pikirannya melayang-layang antara masa lalu dan masa kini. Tidak ada yang bisa mengubah apa yang sudah terjadi, tetapi ia berharap waktu bisa mengurangi rasa sakit yang kini menggelayuti hatinya.Sejenak, Joya membiarkan keheningan menyelimuti, hingga ponselnya bergetar di atas meja. Nama Mutia -- sahabat satu-satunya yang ia miliki -- muncul di layar. Joya segera menjawab telepon itu tanpa berpikir dua kali.“Halo, Mutia?”“Joya? Kau baik-baik saja? Aku terkejut saat kau bilang mau mencari pekerjaan,” tanya Mutia dengan nada heran.Joya tahu Mutia pa

    Last Updated : 2025-01-08
  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Dijebak Suami

    “Pak Alastar?” suara Joya tercekat. Pria bertubuh tegap itu berdiri di ambang pintu dengan senyum tipis yang membuat bulu kuduk Joya berdiri. Matanya yang tajam menatap langsung ke arahnya, seperti serigala yang hendak memangsa seekor kelinci. Joya mencoba mengatur napasnya yang memburu karena terkejut. “Kenapa Anda ada di sini? Ini… ini kamar saya dan suami saya.” Alastar menutup pintu di belakangnya, mengunci dengan santai. “Kamar ini disediakan untukmu, Joya. Dan malam ini, aku akan menghabiskan waktu bersamamu.” Joya membeku. Tubuhnya terasa kaku, dan pikirannya berputar mencari penjelasan. “A-apa maksud Anda? Saya akan teriak kalau Anda mendekat!” Alastar nampak tidak terpengaruh sama sekali dengan ancaman Joya. Ia justru berjalan semakin mendekat. “Tidak ada gunanya kamu berteriak. Apakah suamimu belum menjelaskan semuanya? Dia sendiri yang menyerahkanmu padaku.”Joya menggeleng cepat, tubuhnya mulai gemetar. “Anda pasti salah. Denis tidak akan pernah melakukan perbua

    Last Updated : 2024-12-11

Latest chapter

  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Demi Ibu

    Setelah taksi yang mengantarnya melaju pergi, Joya berdiri sejenak di depan pagar rumah Denis. Hatinya bimbang. Langkah kakinya terasa berat, tetapi janji yang sudah ia buat tak memberinya pilihan. Ia harus berbicara dengan Denis, menyelesaikan persoalan pelik yang tertahan di antara mereka.Rumah tampak sepi saat Joya membuka pintu depan dengan kunci cadangan yang selalu ia bawa. Joya menghela napas panjang dan duduk di sofa ruang tamu. Pikirannya melayang-layang antara masa lalu dan masa kini. Tidak ada yang bisa mengubah apa yang sudah terjadi, tetapi ia berharap waktu bisa mengurangi rasa sakit yang kini menggelayuti hatinya.Sejenak, Joya membiarkan keheningan menyelimuti, hingga ponselnya bergetar di atas meja. Nama Mutia -- sahabat satu-satunya yang ia miliki -- muncul di layar. Joya segera menjawab telepon itu tanpa berpikir dua kali.“Halo, Mutia?”“Joya? Kau baik-baik saja? Aku terkejut saat kau bilang mau mencari pekerjaan,” tanya Mutia dengan nada heran.Joya tahu Mutia pa

  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Sumber Uang

    Sore hari di rumah sakit terasa begitu panjang bagi Joya. Ia masih duduk di kursi plastik di samping brankar ibu mertuanya, matanya sesekali melirik ke arah monitor yang menunjukkan detak jantung. Ia berusaha mengusir kantuk dengan browsing lowongan pekerjaan di ponsel, meskipun pikirannya melayang ke banyak hal yang lebih berat.Telepon dari Alastar tadi masih terngiang-ngiang di telinganya. Alastar, lelaki yang tak pernah ia sangka akan masuk dalam hidupnya, kini menjadi bayang-bayang yang sulit ia hindari. Ia menarik napas panjang, mencoba mengusir pikiran tentang pria gila itu.Beberapa saat kemudian, pintu ruangan terbuka pelan, dan seorang lelaki paruh baya masuk. Wajahnya penuh kekhawatiran, tetapi senyum ramah muncul ketika ia melihat Joya. “Joya, maaf, Om baru bisa datang. Warung makan tadi cukup ramai,” ucapnya seraya mendekat ke arah brankar.“Tidak apa-apa, Om Wildan,” jawab Joya tersenyum tipis. Ia mencoba menyembunyikan kelelahan yang tergurat di wajahnya. “Bagaimana k

  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Posesif

    Mendengar Joya akan memberinya kesempatan, Denis akhirnya berdiri, wajahnya penuh kelegaan. Lelaki itu bahkan mencoba meraih tangan Joya, tetapi Joya dengan cepat mundur selangkah. “Jangan sentuh aku,” ujar Joya dingin, matanya menatap tajam ke arah Denis. “Nanti kita bicara di rumah. Sekarang, lebih baik kamu kembali ke kantor.” Denis terdiam sejenak, seperti ingin membantah, tetapi akhirnya ia mengangguk patuh. “Baik. Aku akan menunggumu di rumah setelah pulang kantor.” Joya tidak menjawab. Ia berbalik dan bergegas kembali ke lift, meninggalkan Denis yang berdiri diam di lorong, di tengah kerumunan orang yang masih memandang mereka dengan penasaran. Setibanya di kamar rawat, Joya mencoba menenangkan diri. Ia mengatur napas sebelum masuk, memasang senyum kecil untuk ibu mertuanya yang menatapnya dengan penuh kasih sayang. “Sudah makan, Nak?” tanya sang ibu. Joya mengangguk, mengambil posisi duduk di samping ranjang. “Sudah, Bu. Sekarang saya di sini untuk menjaga Ibu.”

  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Tolong, Maafkan Aku

    Nada suara Denis yang memelas itu membuat Joya merasa muak. Denis tidak pernah berbicara selembut ini sebelumnya, apalagi meminta sesuatu dengan nada penuh kerendahan hati. Pastilah ini hanya kebohongan lain yang keluar dari mulut pria yang telah mengkhianatinya. “Aku tidak peduli, Denis,” jawab Joya dingin, lalu tanpa ragu memutuskan panggilan. Dengan berat hati, Joya meletakkan kopernya kembali ke sudut kamar. Ia memandang benda itu, seakan menyesali keputusannya untuk menunda kepergiannya sementara waktu. Namun kali ini, ia tidak punya pilihan. “Ibu lebih penting,” bisiknya kepada diri sendiri. Sambil menghela napas beberapa kali, Joya merapikan diri, lalu keluar dari kamar untuk memesan taksi. Ia berdiri di ruang tamu yang sepi, menunggu kedatangan kendaraan yang akan membawanya ke rumah sakit. Di luar, langit nampak mendung dengan awan kelabu yang mulai berarak. Dalam perjalanan menuju rumah sakit, Joya terdiam, pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan. Haruskah ia tetap

  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Harus Pergi

    Sementara Joya sibuk dengan pikirannya, Alastar mengambil nasi goreng bagiannya dan duduk di sofa. Ia menyilangkan kaki, menyuap makanan sambil berkirim pesan di ponsel. Aura otoriter yang biasa menyelimuti pria itu sedikit mereda, tetapi Joya tetap merasa waspada. Rasanya, Joya ingin melempar nasi goreng di tangannya ke wajah Alastar. Namun, ia menahan diri untuk tidak melakukan hal itu. Tujuannya saat ini hanya satu, yaitu keluar dari kamar hotel dengan selamat.Setelah makan dengan asal menelan, Joya meletakkan sendoknya dengan keras. “Saya sudah selesai. Saya akan pergi sekarang.”Alastar mengangkat alis tanpa berkata apa-apa. Ia hanya memberi isyarat dengan tangan, seolah mengizinkan Joya pergi. Namun, saat Joya berbalik menuju pintu ia tiba-tiba berkata dengan suara datar.“Ingat, Joya. Kalau aku menghubungimu lagi, kau harus datang.” Joya mendengus, merasa kesal. “Terserah Bapak,” jawabnya pendek sebelum cepat-cepat keluar dari kamar, berharap bisa melupakan pengalaman pahi

  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Kau Wanitaku!

    Selesai membersihkan diri, Joya keluar dari bathtub dan mendapati dirinya dihadapkan pada masalah baru. Tidak ada pakaian di kamar mandi, bahkan bathrobe pun tidak tersedia. Joya menggigit bibir, mencoba mencari solusi. Dengan terpaksa, ia melilitkan handuk ke tubuhnya, menutupi sebagian besar kulitnya, meski ia tahu ini tidak ideal. Dengan rambut yang masih basah, Joya membuka pintu kamar mandi perlahan. Ia berjalan mengendap-endap, berharap bisa menemukan sesuatu untuk dikenakan tanpa menarik perhatian Alastar. Namun, langkahnya terhenti ketika matanya menangkap sosok pria itu sedang berdiri di dekat jendela, berbicara di telepon. Suara rendah Alastar terdengar tegas meski ia berbicara dengan nada santai. Ketika Joya melangkah masuk ke ruangan, Alastar langsung mengakhiri panggilannya, seolah menyadari kehadirannya. Ia menoleh, matanya segera tertuju pada tubuh Joya yang hanya dibalut handuk. Senyum kecil menghiasi wajahnya, membuat darah Joya mendidih seketika.“Kenapa hanya

  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Satu Malam dengan Pria Lain

    Joya mencoba menjauh, tetapi tubuhnya terasa lemas. Dengan susah payah, dia mendorong Alastar hingga pria itu mundur selangkah. Namun, rasa panas di tubuhnya semakin menjadi. Tangan Joya mulai bergerak ke arah gaun merah yang melekat di tubuhnya. “Panas sekali … aku nggak tahan,” katanya, suaranya bergetar. Secara refleks, Joya melepaskan gaunnya dengan tangan gemetar, tubuhnya terasa seperti dikuasai oleh sesuatu yang tak bisa ia lawan. Alastar hanya tersenyum tipis, tatapan matanya penuh misteri. Ia mengamati setiap gerakan Joya dengan tenang.Ketika gaun itu terjatuh ke lantai, Alastar segera bergerak mendekati Joya. Di sisa kesadarannya, Joya mencoba menolak, tetapi tubuhnya terlalu lemah. Pria itu menyentuh wajahnya dengan lembut, lalu mengecup bibirnya penuh damba. Ingin rasanya Joya berteriak dan melawan, tetapi tubuhnya tidak merespons. Di dalam hati, Joya hanya bisa menangis saat Alastar menggendongnya menuju ranjang dan meletakkannya di sana. Joya terbaring pasrah, tu

  • Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO   Dijebak Suami

    “Pak Alastar?” suara Joya tercekat. Pria bertubuh tegap itu berdiri di ambang pintu dengan senyum tipis yang membuat bulu kuduk Joya berdiri. Matanya yang tajam menatap langsung ke arahnya, seperti serigala yang hendak memangsa seekor kelinci. Joya mencoba mengatur napasnya yang memburu karena terkejut. “Kenapa Anda ada di sini? Ini… ini kamar saya dan suami saya.” Alastar menutup pintu di belakangnya, mengunci dengan santai. “Kamar ini disediakan untukmu, Joya. Dan malam ini, aku akan menghabiskan waktu bersamamu.” Joya membeku. Tubuhnya terasa kaku, dan pikirannya berputar mencari penjelasan. “A-apa maksud Anda? Saya akan teriak kalau Anda mendekat!” Alastar nampak tidak terpengaruh sama sekali dengan ancaman Joya. Ia justru berjalan semakin mendekat. “Tidak ada gunanya kamu berteriak. Apakah suamimu belum menjelaskan semuanya? Dia sendiri yang menyerahkanmu padaku.”Joya menggeleng cepat, tubuhnya mulai gemetar. “Anda pasti salah. Denis tidak akan pernah melakukan perbua

DMCA.com Protection Status