"Maksudmu, Ai?" Reiko nge-blank.
"Mas Reiko pasti membuat nature space di dalam Aurora corporation untuk menciptakan suasana hijau di dalam hiruk pikuk Mall, tapi tidak dengan tanaman palsu. Dan kebanyakan sekarang rata-rata mall di Indonesia mereka lebih suka menggunakan tanaman palsu. Karena itu lebih mudah untuk dirawat dan tidak perlu ribet menjelaskan pada staf kebersihan bagaimana merawatnya. Nggak perlu memberikan extra cost juga untuk beli pupuk dan obat untuk hama tanaman. Bener kan?"
"Hmmm!" Reiko tak menyangkal. "Iya, tapi tadi apa maksudmu?" Namun Reiko tak sabaran.
"Maksudku kita akan menyerang dengan cara yang lain, Mas! Kita akan membuat perbedaan ini menjadi salah satu yang paling mencolok dari desai
"Eheheh, Mas Reiko kenapa nanya itu?" Aida tersenyum dengan deru jantungnya yang merasa sangat takut."Kalau sampai ada yang mengganggu hatimu di kampus dan kamu juga melayaninya …." Reiko memicingkan matanya.Glek!Membuat Aida ngeri betul karena sepertinya ancaman itu seperti menyindirnya dan tatapan Reiko seakan dia mau menguliti Aida membuat wanita itu mundur selangkah disaat Reiko juga maju selangkah."Aku tak akan segan-segan mencincangnya sampai seratus potong dan kamu, akan kupasung di rumah. Tak ada yang akan kuizinkan menemuimu!""Ahahahah.
"Yep!"Reiko mengangguk dengan senyumnya, tapi Aida masih bingung maksud dari tatapan dan sikapnya itu."Jadi kita kerjasama ama Bang Ibra?""Kamu pernah bilang dia sangat beruntung karena dia bisa punya masjid. Bener, kan?" Reiko malah bertanya balik."Mas Reiko mau bikin masjid?" Aida mengangguk tanda dia ingat obrolan itu sambil bertanya balik."Bukan."Memang bukan itu rencana Reiko."Terus gim
"Mas Reiko ndak sekalian ngebunuh aku aja gitu loh Mas!""Maksudmu apa sih? Ayo cepet!"Aida tadinya mau protes. Tapi suaminya sepertinya tidak mau mendengarnya dan justru menariknya keluar dari lift menuju ke helipad yang baru saja mendarat helikopter di atasnya."Mas, aku ini mahasiswa baru. Dan tidak boleh diantar lewat gerbang kampus. Tapi helipad itu ada di depan rektorat, dalam gerbang kampus. Nanti aku gimana? Bisa di-bully sama mahasiswa di sana. Apalagi mereka udah ngeliat gimana perlakuan buruk dari keluarga Adiwijaya? Mas Reiko mau mencoreng nama Adiwijaya memangnya?""Huh?"
Alhamdulillah, untung aku ndak telat!Tepat sekali beberapa detik sebelum batas waktu kedatangan tiba, Aida sudah sampai di ruang untuk MABA dari fakultasnya."Aida, kenapa kamu bisa sampai mepet gini nyampenya? Kemarin masih ada selang waktu. Ini pas banget waktunya. Habis lembur ya tadi malem?""Huh, lembur ngomongin konsep bisnis!""Bisnis? Bisnis apaan? Bikin anak?" seru Inggrid yang bicara sambil berbisik-bisik karena kakak tingkat mereka sudah bicara di depan, untuk memberikan pengarahan kegiatan hari ini."Nantilah aku ceritanya. Ki
"Didi, aku punya kue, nih kamu mau?"Sesaat sebelumnya saat Aida baru memutuskan untuk segera mungkin pergi ke masjid."Makasih!"Seseorang terlihat tersenyum manis dan dia menawarkan sesuatu yang ada di tangannya pada seorang pria yang baru selesai mengobrol dengan temannya.Sungguh sikap wanita ini membuat yang dipinggil Didi jengah. Bahkan seseorang yang sedang mengobrol dengan Didi juga sebetulnya tidak suka dengan sikap wanita yang dari tadi terus saja mengganggu Didi. Hanya saja dia tidak mau cari masalah dan sudah pergi menuju ke arah kantin bersama dua orang pria lainnya."Eh tunggu dulu!"&nb
Mbak Aida haduh, maafin aku ya Mbak aku nggak bisa nutupin jati dirimu di hadapan adik iparmu itu. Soalnya sekarang aku juga panik. Aduh gimana nih Mbak Aida berdarah gitu sama kaya di Aurora Mall!"Ya ampun kenapa nih?"Ada seseorang yang sudah mendekat lebih dulu dan langsung bertanya saat Inggrid masih panik dan karena kecemasannya itu dia belum bisa melakukan apa pun. Yang melihat Aida yang mimisan tanpa bertindak."Astaghfirullah … Aida kenapa?"Ditambah lagi seorang lagi yang datang membuat Reti menatap ke arah sumber suara.Dia ke
"Bentar!"Irsyad tak langsung menjawab pertanyaan Tiwi. Tapi pandangan matanya justru mengarah pada mereka yang masih ada di sekelilingnya."Yang lainnya bubar. Balik ke kelompok masing-masing!"Dimas tahu pembicaraan ini bukan sesuatu yang harus didengar oleh orang lain, makanya melihat Irsyad yang tak tegaan untuk menyuruh mereka semua bubar, Dimas yang berinisiatif."Apaan Syad? Cepetan deh ga pake lama!" protes Tiwi."Maaf ya dek, bubar ya! Balik ke kelompok kamu""Eh iya k
Ternyata benar yang dibilang Papa. Kakek tidak main-main untuk membagi kekuasaan di perusahaan ini. Jadi sekarang Pak Lek memang akan mengambil alih sebagian dari perusahaan ini yang memang menjadi haknya, bukan?Reiko berbisik di dalam hatinya ketika tadi dia mendengar penjelasan Adiwijaya."Kamu tunggu apa lagi Endra? Ayo cepat masuk ke ruang rapat!"Sesaat sebelum kejadian ketika Adiwijaya memerintahkan putranya untuk memulai rapatnya di saat hati Endra masih kalang kabut dan merasa tak tenang mendengar rencana dari ayahnya itu."Baik Romo!"Tap