Rika: Hahaha! Brigita seharusnya kau juga berterima kasih padaku karena kalau aku tidak menyampaikan apa yang harus kau ketahui maka belum tentu kau tahu bagaimana celahnya bisa mendekat pada Reiko bukan? Tapi tak apalah aku berterima kasih padamu. Setidaknya kau tidak membuat anakku dalam kondisi terpuruk terus.
Brigita: Anakmu dalam kondisi terpuruk? Harusnya dia belajar untuk lebih kreatif. Dan aku rasa aku tidak perlu berterima kasih padamu karena kau hanya memberikan informasi padaku tapi eksekusi apa yang kulakukan sampai bisa membuat Reiko memberikan perusahaan itu pada anakmu. Dan bahkan dia menduga bahwa resep itu adalah resep yang dicuri oleh Aida dari anakmu itu semua usahaku sendiri. Di sini aku yang lebih berjasa darimu. Jadi jangan pernah berpikir kalau kau bisa menyingkirkanku dengan mudah dan terikat. Karena itu berarti kau sendiri yang menggali lubang kubura
"Cih! Aku yakin sekali dia tidak akan bisa menjadi sekutu yang baik untukku. Dia saja bisa membuat anaknya dalam kondisi sulit walaupun itu cuman anak angkat tapi tetap saja aku bisa menilainya kalau suatu saat nanti dia pasti akan menghancurkanku."Brigita sudah menutup telepon dan dia memang tidak menyukai Rika. Dia punya cara sendiri dan rencana sendiri untuk wanita itu."Nantilah. Kalau aku sudah menjadi istri sah dari Reiko maka kau dan seluruh anggota keluargamu termasuk dua manusia tak berguna yang hanya akan menjadi parasit dalam hidupku akan kusingkirkan. Ibuku bisa melakukan itu dengan mudah!"Itu rencana Brigita. Dia tersenyum senang dengan keberadaan Alina dan saat ini lagi-lagi bukan karena uang dia mel
Fuuuuh!Aida menghempaskan napas dan berdecak tak peduli kalau itu hina tapi memang dia menunduk untuk memungut uang itu lembar demi lembar."Ya Tuhan, mungkin saja ini adalah hukuman untukku karena perbuatanku kemarin sudah bersikap buruk pada Mas Reiko. Sama saja seperti aku berselingkuh dan ini mungkin adalah hukuman yang harus kuterima."Aida percaya kalau seseorang pasti akan menerima balasan dari perbuatannya. Ada hukuman yang memang diterimanya di dunia dan ada juga hukuman yang memang akan diterimanya di akhirat atau akan diterimanya di dunia dan di akhirat."Semoga saja semua hukuman yang kudapatkan ini berakhir hanya
Eish, Aidaaaa, mau sampai kapan kamu bisa fokus kerjain ini semuanya.Aida gemas sendiri. Karena memang sudah sebulan berlalu dari saat dia melihat Reiko kembali bersama dengan Brigita ke apartemen mereka, dirinya masih belum bisa mengerti alasannya kenapa sulit sekali konsentrasi.Padahal aku sudah berusaha untuk menghindar dari mereka. Keluar dari kamar itu di waktu mereka berangkat kerja. Aku biasa stok makanan di dalam kamar dan nggak keluar-keluar lagi. Aku milih cuci baju di kamar mandi ini saja dan aku bisa ngeringin kok. Cepat bajuku kering juga. Lagian aku juga sudah minta pembantu yang biasa bersih-bersih di sini buat nggak ngebersihin kamar ini. Aku milih buat bersihin sendiri.
Sesaat sebelumnya."Seno, ada laporan yang harusnya aku bawa tapi ketinggalan."Pria itu berdecak dan agak sedikit kesal karena dia sudah sampai di tempat kerjanya tapi ada sesuatu yang membuat dirinya jadi bad mood."Apa perlu saya ambilkan?""Bee tidak suka kalau ada orang lain masuk ke dalam apartemen kami kecuali housekeeping. Aku akan pulang lagi. Kamu tolong urus rapat yang sekarang nanti berikan laporan padaku ya!""Yakin begitu, Pak?""Iya sudah, sana."
Gimana aku mau kasih bumbu, orang bumbunya juga nggak ada?Dan sebetulnya Aida ingin sekali menyarankan pada Reiko untuk bertanya sendiri pada kekasihnya apa yang disiapkan untuk dirinya di dapur itu."Anda kan pasti tahu kalau saya ini adalah penyintas kanker payudara. Jadi kalau saya makan dengan banyak bumbu bukankah itu tidak terlalu bagus untuk kondisi kesehatan saya? Saya masih mau keluar dari tempat ini dalam kondisi hidup saat kita berpisah!"Tapi Aida memang bukan orang yang suka mengeluh dan dia memilih menjawab sekenanya saja sambil berjalan ngeloyor pergi meninggalkan pria yang masih belum puas dengan jawabannya.
Alina: Brigita, aku ini ibumu dan aku akan selalu mendukungmu. Tidak mungkin aku mengharapkan sesuatu yang buruk terjadi padamu apalagi seperti tuduhanmu barusan. Aku tak ingin merendahkanmu. Aku hanya ingin kau berjaga-jaga. Aku merasakan kelemahan dari produk yang kubuat. Aku sengaja memantaunya karena ini juga eksperimenku.Masih mending Alina cukup sabar menghadapi tingkah anaknya dan tidak membuat Brigita sulit.Brigita: Hentikan!Alina: Apa maksudmu hentikan?Brigita: Aku memintamu untuk membantuku saja sampai dia dapat kembali padaku dan sampai di sini kau tidak punya kewajiban lebih. Aku bisa mengurus diriku sendiri.
"Kau memang membantuku menyelesaikan urusanku, tapi bukan berarti kau berhak untuk mengomentari apa yang kulakukan. Apalagi berpikir kalau dia tertarik pada wanita itu!"Sesaat setelah mematikan telepon dari ibunya Brigita memang terlihat begitu marah. Dia emosi sekali karena Alina dianggapnya mencampuri urusan pribadinya."Tapi gimana kalau benar, ya?"Tapi saat dia duduk di kursi kebesarannya di kantor BIA yang kembali dikuasai oleh Brigita, dia berpikir ulang.Bagaimanapun Alina yang memberikan obat itu. Bukankah wajar jika dia tahu apa kelemahan obatnya?
"Frappucino sama espresso dua shot satu ya.""Baik."Tak ada makanan yang dipesan oleh Brigita dan dia sudah melemparkan berkas itu di hadapan Reiko.Mereka duduk di dekat jendela dan tentu saja pemandangan ini juga dilihat oleh seseorang yang berdiri di dekat pagar seakan-akan bersembunyi di sana. Hanya berani melihat dari kejauhan. Dan sesekali bersembunyi karena tak ingin ketahuan.Lihat apa yang kau lakukan selama sebulan? Menangisinya sedangkan dia enak-enakan dengan wanita itu di luar sana. Peduli atau tidak, dia mengingatmu atau tidak tapi hidup ini harus terus berjalan. Kau tidak bisa terus-terusan seperti