Gimana aku mau kasih bumbu, orang bumbunya juga nggak ada?
Dan sebetulnya Aida ingin sekali menyarankan pada Reiko untuk bertanya sendiri pada kekasihnya apa yang disiapkan untuk dirinya di dapur itu.
"Anda kan pasti tahu kalau saya ini adalah penyintas kanker payudara. Jadi kalau saya makan dengan banyak bumbu bukankah itu tidak terlalu bagus untuk kondisi kesehatan saya? Saya masih mau keluar dari tempat ini dalam kondisi hidup saat kita berpisah!"
Tapi Aida memang bukan orang yang suka mengeluh dan dia memilih menjawab sekenanya saja sambil berjalan ngeloyor pergi meninggalkan pria yang masih belum puas dengan jawabannya.
Alina: Brigita, aku ini ibumu dan aku akan selalu mendukungmu. Tidak mungkin aku mengharapkan sesuatu yang buruk terjadi padamu apalagi seperti tuduhanmu barusan. Aku tak ingin merendahkanmu. Aku hanya ingin kau berjaga-jaga. Aku merasakan kelemahan dari produk yang kubuat. Aku sengaja memantaunya karena ini juga eksperimenku.Masih mending Alina cukup sabar menghadapi tingkah anaknya dan tidak membuat Brigita sulit.Brigita: Hentikan!Alina: Apa maksudmu hentikan?Brigita: Aku memintamu untuk membantuku saja sampai dia dapat kembali padaku dan sampai di sini kau tidak punya kewajiban lebih. Aku bisa mengurus diriku sendiri.
"Kau memang membantuku menyelesaikan urusanku, tapi bukan berarti kau berhak untuk mengomentari apa yang kulakukan. Apalagi berpikir kalau dia tertarik pada wanita itu!"Sesaat setelah mematikan telepon dari ibunya Brigita memang terlihat begitu marah. Dia emosi sekali karena Alina dianggapnya mencampuri urusan pribadinya."Tapi gimana kalau benar, ya?"Tapi saat dia duduk di kursi kebesarannya di kantor BIA yang kembali dikuasai oleh Brigita, dia berpikir ulang.Bagaimanapun Alina yang memberikan obat itu. Bukankah wajar jika dia tahu apa kelemahan obatnya?
"Frappucino sama espresso dua shot satu ya.""Baik."Tak ada makanan yang dipesan oleh Brigita dan dia sudah melemparkan berkas itu di hadapan Reiko.Mereka duduk di dekat jendela dan tentu saja pemandangan ini juga dilihat oleh seseorang yang berdiri di dekat pagar seakan-akan bersembunyi di sana. Hanya berani melihat dari kejauhan. Dan sesekali bersembunyi karena tak ingin ketahuan.Lihat apa yang kau lakukan selama sebulan? Menangisinya sedangkan dia enak-enakan dengan wanita itu di luar sana. Peduli atau tidak, dia mengingatmu atau tidak tapi hidup ini harus terus berjalan. Kau tidak bisa terus-terusan seperti
(Sementara itu, di dalam mobil)Fuuuh, sudah berapa tahun aku tidak melihatnya ternyata dia masih tidak pernah berubah. Terus-terusan disakiti oleh pria itu.Sambil mengendarai mobilnya dia melirik pada wanita yang masih dalam kondisi pingsan di kursi samping pengemudi.Wanita itu menggunakan cadar dan pria itu sama sekali tidak membukanya tapi memang dia mengenali sosok itu.Dari dulu dia masih menggunakan tas yang sama. Anak ini memang benar-benar menghemat dan kurasa selamanya aku salah menilainya. Kak Nada sendiri yang cerita padaku kalau dia dalam kondisi dijodohkan. Tapi seharusnya
"Berita apa?"Cepat-cepat Aida mengeluarkan handphonenya."Itu handphone layarnya udah pecah. Apa nggak punya uang buat ganti handphone?""Rese banget sih."Aida tidak ada niat untuk membahas masalah handphonenya. Tapi orang di hadapannya terus aja nyerocos."Handphone masih kayak gitu niat untuk membayar aku buat biaya rumah sakit?”"Hei. Aku bukannya tidak mau ganti handphone. Tapi ini adalah handphone kenang-kenangan yang dibeliin bapakku."
"Hmm. Aku dan beberapa teman yang memang kami membutuhkan uang akhirnya seriusin itu dan kita berusaha untuk bikin usaha kita ini benar-benar profesional, kita mengurus izinnya terus kita juga mempelajari lebih jauh tentang terarium ini, kita ikutin banyak workshop juga yang pasti bukan cuman jualan aja sih. Kita lakuin banyak inovasi termasuk kita bikin kokedama dan masih banyak lagi yang kita buat dari tanaman-tanaman hias yang banyak diminati. Kita juga ngurus izinnya supaya tanaman yang kita punya ini bisa diekspor ke luar negeri. "Ya ampun aku nggak nyangka. Ternyata mereka benar-benar berkembang. Dan iya ya aku baru nyadarkalau aku ada di dalam mobil yang harganya lumayan. Dia udah bisa beli mobil ini sedangkan aku dulu adalah salah seorang yang bikin terrarium sama bagusnya
"Hmm, ok deh, ayok." Aida sudah mengambil keputusan. Tentu saja dia tidak menolak untuk bertemu dengan anggota timnya.Dan hatinya juga kini merasa lega karena seperti mendapat pertolongan untuk kegalauannya selama ini.Aku harus bicara dengan Inggrid dan Mas Seno. Tapi mungkin aku nggak bisa bicara hari ini karena aku mau ketemu timku dulu. Aku harus bicara dengan mereka dan aku harus cerita kondisi Mas Reiko selama beberapa tahun belakangan ini. Mereka harus tahu supaya mereka nggak berpikir macam-macam dan mungkin mereka bisa cerita ke ibu. Supaya Mas Reiko juga nggak disalahkan dan dibenci, takutnya ini bisa jadi berlarut-larut. Tapi ini semua harus pelan-pelan. Mungkin besok atau lusa kalau aku ada waktu kosong aku akan ke kampus dan bicara dengan Inggrid.
"Eh, Enggak usah!"Aida tak enak betul kalau sampai harus diantar. Lagian dia tidak tahu apa nanti akan jadi pembicaraan orang lain atau tidak. Rasanya ngeri sekali kalau harus berhubungan dengan laki-laki.Lagi pula saat ini dia masih berstatus istri orang, bukan?"Nggak apa-apa lah. Aku cuman nganterin sampai depan apartemen doang kok. Nggak akan ada yang ngeliat dan peduli, kamu bisa duduk di belakang di kursi penumpang. Orang-orang pasti pikir kamu pakai taksi online kan?"Masuk akal juga yang satu ini dalam benak Aida dan sekarang ini wajar jika orang naik taksi kendaraan pribadi bukan?"Iya Aida, bener tuh. Lagian ini udah jam setengah sebelas malam loh. Bukannya mendingan kamu dianterin Didi?"Lebih menakutkan lagi kalau pergi de
"Biar kubantu. Dan biarkan Reizo menenangkan dirinya dulu."Dan tiba-tiba seseorang datang, padahal tadi dia tidak ada di sana."Tuan Rafael mohon bantuannya."Dokter Juna dan Rafael akhirnya yang menggali sedangkan Reizo sendiri dalam kondisi dia yang tidak tenang. Irsyad menunggu mayat dengan terus saja bertasbih. Dia tidak meninggalkan Aida, meski dia juga tidak menyentuhnya. Hanya memastikan selalu terdengar tasbih dan sholawat di dekat mayit."Allahu Akbar."Dan tiba-tiba saja dokter Juna meninggikan suaranya. Dia kaget betul dengan apa yang dilihat nya sekarang."Raizo berdiri di sini. Atau kau duduk di sini dan teruslah tasbih. Kasihan Aida."Irsyad terpaksa menarik Reizo untuk mendekat pada Aida, sedangkan dirinya cepat-cepat menuju ke liang lahat.Subhanallah, air matanya ingin tumpah sedangkan dokter Juna juga kebingungan."Bahkan bekas daerah-darahnya juga sudah hilang. Kulitnya kembali seperti semula. Tapi dia tidak bernyawa.""Dia mirip seperti Reizo, tapi dia pucat.""Iy
"Aku tahu. Kau jangan banyak bicara!”"Ya sudah, mulailah Reizo, atau lebih baik kau suruh saja Irsyad yang melakukannya kalau memang kau tidak sanggup.""Aw … ehm ... Irsyad, kau saja yang lakukan. Aku tidak bisa."Sudah seperti yang dipikirkan oleh Irsyad, karena memang saat ini pria itu sedang benar-benar terpukul. Apa yang terjadi pada pikirannya, tapi sungguh dia memang merasa marah dan campur aduk yang tak jelas."Allahu Akbar Allahu Akbar."Dan suara lantunan azan yang begitu merdu itu pun tidak bisa membuat pria itu fokus.Aku tidak bisa menyelamatkanmu dulu dan itu semua karena aku datang terlambat. Tapi kini aku juga tidak bisa menyelamatkan istrimu, karena kemarahanku padanya. Aku meninggalkannya dan aku pikir memang dua rekanku menjaganya. Aku tidak buru-buru mencarinya. Ini semua salahku. Mungkin memang aku tidak pantas untuk menjaganya? Dan sebenarnya apa perasaanku padanya? Kenapa aku seperti makin lama makin ingin tahu tentang dirinya? Tapi kenapa dia begitu bodoh? Ken
"Innalillahi wa innalillahi roji'un."Irsyad yang lebih dulu menyadari tentang kepergian seseorang yang sangat dicintainya.Tak tahulah dia harus bagaimana. Tangannya masih menjahit bekas luka saat tadi mengeluarkan bayi. Dan matanya kini basah dengan air mata yang berusaha untuk ditahan olehnya."Hey, bangun! Jangan main-main! Buka matamu!" Tapi lain Irsyad, lain juga pria yang ada di samping Aida yang tadi diberikan oleh Aida rambutnya yang memang rontok. “Bangun! Buka matamu!" Pria itu kembali memaksa."Reizo, kau memintanya bagaimanapun, dia tidak akan bangun. Lukanya terlanjur parah. Lambungnya tersayat, asam lambung di lambungnya menyebar di tubuhnya dan kau tahu? Asam lambung itu sangat berbahaya. Dia bisa melukai dan membakar organ lainnya. Ditambah lagi… lihat ini. Beruntung Aida melahirkan bayinya lebih cepat. Aku tidak tahu kalau ditunda lagi, mungkin bayi-bayi itu juga akan terkena masalah dengan sel kankernya. Pertumbuhan tidak normal dan kau bisa lihat sendiri."Memang a
"Aida."Mereka semua kaget melihat ada beling yang menancap di tubuh Aida dari belakang dan tembus ke depan. Wanita itu pun agak kesulitan untuk bicara."Kau."Leo sudah memegang senjatanya untuk menembak orang di belakang Aida."Kau tidak akan pernah bisa mendapatkan kami. Chip itu sudah kami bawa."Tapi Alexander yang terluka parah, dia juga bisa menggunakan transportasi. Dan Alexander kloningan yang ada di belakang Aida sudah mengambil chip itu. Di saat yang bersamaan, Alexander yang terluka menghilang lalu dia mendekat pada Alexander yang baru keluar dari kapsul lalu membawa pria itu pergi. Sisa sembilan kapsul lagi yang kacanya pecah sekarang.DOOR DOOR DOOR!Makanya Leo yang sudah memegang senjata cepat-cepat mengarahkan senjatanya ke kepala mereka."Aida!” Dan kini Dokter Juna dengan cepat berusaha untuk masuk mengambil Aida."Cepat bawa dia ke rumah sakit!”Rafael yang bicara, lalu dia menatap Jo dan Leo, dia sudah mengaktifkan peledaknya.“Kita harus cari atau semua orang di
"Ah tidak. Aku hanya mendengar cerita dari Alan.”"Dan Alan." Kini Alexander menunjuk pada Aida dengan senyum kecut di bibirnya. "Kalau bukan karena ada pengkhianat seperti dirinya, aku pasti menang dari Rafael," ujarnya lagi dan kini dia menekankan sambil berjalan mendekat pada Aida."Bisakah kau berdiri diam di sana dan tidak mendekat padaku? Aku risih jika bukan suamiku dekat padaku.""Dan kau tahu? Aku menyukaimu. Kau bisa hidup damai denganku dan bekerja denganku. Untuk menjadi suamimu aku juga tidak masalah. Karena kau adalah wanita yang menarik. Hanya saja, aku harus tekankan padamu keselamatanmu itu bergantung pada keloyalanmu padaku dan aku tidak suka pengkhianatan.""Ehm, kenapa kau menyimpan gudang senjata di apartemen suamiku?""Oh, kau membicarakan senjata di lemari yang baru kebuka?”Aida tak mau Alexander mendekat lagi sehingga dia kembali menanyakan sesuatu untuk mendistraksinya.Tipe orang yang suka show of. Aku harus membuatnya menceritakan semua hal. Ini adalah cara
"Terlalu jauh kalau harus membunuhmu. Aku tidak bisa melawanmu karena sekarang aku juga sedang mengandung. Tapi coba keluarkan dulu saja masnya supaya kau tidak membuang waktuku lebih lama berdiri.""Ah … kau pasti lelah. Kau ingin duduk?” tanyanya lagi.“Kau tunggu di sini! Biar kuambilkan kursi dari ruang kerja suamimu supaya kau bisa duduk.”Dia cukup baik juga. Bisik hati Aida lagi. Sesuatu yang membuat dirinya juga penasaran.Ada sisi baiknya. Apakah ini dari gen yang dimiliki oleh ayahnya Tuan Rafael? Dan ada sisi buruknya, apakah ini dari gen yang dimiliki oleh temannya Tuan Rafael? Karena dia memiliki gabungan gen yang berbeda.Aida tak peduli larangan Alexander untuk mengambil sesuatu dari ruang kerja suaminya, tapi dia sempat mendekat pada tempat emas dan mengambil sesuatu dari sana. Sesuatu yang diselipkan di balik kerudungnya. Di tempat yang tidak bisa terlihat oleh siapa pun tentu saja."Kau duduklah di sini!”"Terima kasih." Aida menjawab dengan ucapan sesantai itu dan d
"Kau sudah mengecek semua isi ruangan di sini?" Aida bertanya masih dengan posisinya berdiri di belakang dinding."Tentu saja. Aku mengecek semuanya termasuk semua lingerie yang kau punya. Wow. Ini sangat menarik sekali. Kau tidak memiliki dua bagian penting bagi tubuh wanita, tapi kamu miliki banyak sekali lingerie. Untuk apa kau memakai itu?"Wajah Alexander seakan-akan ingin menertawai Aida. Dan Aida juga tahu alasan kenapa dia harus memiliki baju itu."Lucu, ya? Aku pun merasakan hal yang sama. Tapi itu kemauan suamiku. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan, tapi dia memintaku untuk memakai itu.”"Sepertinya dia sangat suka berkhayal.”"Tidak. Dia bukan orang yang suka berkhayal. Dia adalah orang yang menggunakan logikanya. Dia lebih baik daripada aku.""Tapi untuk apa dia memberikanmu ini?""Menurutmu untuk apa?" tanya Aida di bibirnya.Setidaknya aku bisa mengulur waktu. Aku harus bisa membuat dirinya banyak bercerita sampai ada orang yang menyelamatkanku, pikir di dalam hati Aid
"Selamat datang di tempat tinggalku.""Ini adalah rumahku. Ini adalah apartemen milik Mas Reiko-ku. Bagaimana kalau bisa bilang kalau ini adalah tempat tinggalmu?" Aida pikir, dia akan dibawa ke mana oleh orang yang menculiknya, tapi lagi-lagi dia dibawa ke apartemen yang dulu ditempati bersama dengan suaminya."Haha, tapi sayangnya dia sudah tidak ada di sini. Dan tempat ini aku yang tinggali. Kau sendiri juga tidak meninggalinya.""Apa yang kau cari di sini?""Haha. Kau sangat curigaan sekali."Sebenarnya Aida tidak melucu dan dia bertanya serius, tapi pria yang ada di hadapannya justru selalu saja tertawa setiap kali mendengar pertanyaan darinya. Aida yakin sekali ada sesuatu yang dicari oleh Alexander di sana. Sesuatu yang tidak bisa dia dapatkan."Relax. Kau baru sampai di rumahku sebaiknya kau bersantai dulu. Kenapa mundur terus? Kau mau ke mana, hmm? Ruangan ini tetap segini saja. Dan di belakangmu sudah ada rak buku."Pria di hadapan Aida terus maju karena itulah dia berusaha
"Romo, kami sudah cari ke mana-mana tapi tidak ada. Di rumahnya Pakde Waluyo juga nggak ada, terus kita udah cari di sekeliling rumah Romo juga nggak ada. Tadi aku tanya sama ibunya Mbak Aida juga nggak ada di dalam kamarnya.""Lah, ke mana Aida? Apa mungkin dibawa sama Reizo atau dia ketemu sama Dokter Juna? Tadi itu kan Raditya ngebicarain soal Dokter Juna dan mungkin aja dia cerita ke Dokter Juna kalau dia habis ngomong sama Raditya?""Bisa jadi, Romo. Tapi tadi aku telepon Mbak Aida handphone-nya ketinggalan tuh. Dia ndak bawa handphone.""Mungkin sengaja handphone-nya ndak dibawa supaya ndak ketahuan sama Reizo dia ke mana.""Tapi kan mereka punya alat-alat yang sama. Pasti bisa komunikasi, Romo. Soalnya kata Mbak Aida itu kalau sudah pakai itu, semuanya bisa saling komunikasi. Terus mereka juga sudah tahu di mana letak koordinat masing-masing.""Yo embuh, aku ndak tahu, lah. Lagian kamu kalau udah tahu kayak gitu kok malah nanya sama orang yang nggak tahu?""Hehehe. Habisnya aku