(Sementara itu, di dalam mobil)
Fuuuh, sudah berapa tahun aku tidak melihatnya ternyata dia masih tidak pernah berubah. Terus-terusan disakiti oleh pria itu.
Sambil mengendarai mobilnya dia melirik pada wanita yang masih dalam kondisi pingsan di kursi samping pengemudi.
Wanita itu menggunakan cadar dan pria itu sama sekali tidak membukanya tapi memang dia mengenali sosok itu.
Dari dulu dia masih menggunakan tas yang sama. Anak ini memang benar-benar menghemat dan kurasa selamanya aku salah menilainya. Kak Nada sendiri yang cerita padaku kalau dia dalam kondisi dijodohkan. Tapi seharusnya
"Berita apa?"Cepat-cepat Aida mengeluarkan handphonenya."Itu handphone layarnya udah pecah. Apa nggak punya uang buat ganti handphone?""Rese banget sih."Aida tidak ada niat untuk membahas masalah handphonenya. Tapi orang di hadapannya terus aja nyerocos."Handphone masih kayak gitu niat untuk membayar aku buat biaya rumah sakit?”"Hei. Aku bukannya tidak mau ganti handphone. Tapi ini adalah handphone kenang-kenangan yang dibeliin bapakku."
"Hmm. Aku dan beberapa teman yang memang kami membutuhkan uang akhirnya seriusin itu dan kita berusaha untuk bikin usaha kita ini benar-benar profesional, kita mengurus izinnya terus kita juga mempelajari lebih jauh tentang terarium ini, kita ikutin banyak workshop juga yang pasti bukan cuman jualan aja sih. Kita lakuin banyak inovasi termasuk kita bikin kokedama dan masih banyak lagi yang kita buat dari tanaman-tanaman hias yang banyak diminati. Kita juga ngurus izinnya supaya tanaman yang kita punya ini bisa diekspor ke luar negeri. "Ya ampun aku nggak nyangka. Ternyata mereka benar-benar berkembang. Dan iya ya aku baru nyadarkalau aku ada di dalam mobil yang harganya lumayan. Dia udah bisa beli mobil ini sedangkan aku dulu adalah salah seorang yang bikin terrarium sama bagusnya
"Hmm, ok deh, ayok." Aida sudah mengambil keputusan. Tentu saja dia tidak menolak untuk bertemu dengan anggota timnya.Dan hatinya juga kini merasa lega karena seperti mendapat pertolongan untuk kegalauannya selama ini.Aku harus bicara dengan Inggrid dan Mas Seno. Tapi mungkin aku nggak bisa bicara hari ini karena aku mau ketemu timku dulu. Aku harus bicara dengan mereka dan aku harus cerita kondisi Mas Reiko selama beberapa tahun belakangan ini. Mereka harus tahu supaya mereka nggak berpikir macam-macam dan mungkin mereka bisa cerita ke ibu. Supaya Mas Reiko juga nggak disalahkan dan dibenci, takutnya ini bisa jadi berlarut-larut. Tapi ini semua harus pelan-pelan. Mungkin besok atau lusa kalau aku ada waktu kosong aku akan ke kampus dan bicara dengan Inggrid.
"Eh, Enggak usah!"Aida tak enak betul kalau sampai harus diantar. Lagian dia tidak tahu apa nanti akan jadi pembicaraan orang lain atau tidak. Rasanya ngeri sekali kalau harus berhubungan dengan laki-laki.Lagi pula saat ini dia masih berstatus istri orang, bukan?"Nggak apa-apa lah. Aku cuman nganterin sampai depan apartemen doang kok. Nggak akan ada yang ngeliat dan peduli, kamu bisa duduk di belakang di kursi penumpang. Orang-orang pasti pikir kamu pakai taksi online kan?"Masuk akal juga yang satu ini dalam benak Aida dan sekarang ini wajar jika orang naik taksi kendaraan pribadi bukan?"Iya Aida, bener tuh. Lagian ini udah jam setengah sebelas malam loh. Bukannya mendingan kamu dianterin Didi?"Lebih menakutkan lagi kalau pergi de
"Sssh, sudahlah kamu nggak tahu masalahnya nggak usah banyak bicara." Aida malas memperpanjang ini."Oh ya laki-laki yang kamu bilang tadi itu loh. Yang namanya kak Dewa. Apa dia lebih baik dibandingin sama Raditya Prayoga? Maksudku kelebihannya gitu sampai kamu ngedukung banget?""Yang pertama dia itu mau kerja keras. Mau berusaha dengan usahanya sendiri buat wujudin semua impiannya dan tipikal orang yang memang ulet. Pokoknya aku suka pemikirannya."Didi tahu kalau Aida berusaha untuk mengalihkan pembicaraan dan dia mengikuti alurnya saja. Tak mau memaksakan pada Aida."Yang kedua, aku rasa kak Nada pas ama dia karena itu bisa mengembangkan diri dan punya daya pikir yang maju ke depan. Dia itu lebih kreatif. Dan aku melihat kak Nada itu lebih hidup dengannya. Lebih punya kemampuanlah buat berkembang, lebih
Syukurlah sedikit demi sedikit dia mau terbuka padaku. Padahal dari yang aku tahu dan saat aku mencuri dengar juga banyak yang mengatakan dia sangat tertutup sekali dengan masalah rumah tangganya. Dan mungkin saja hubungan ini bisa membuatnya sedikit lebih cair dan terbuka. Karena sekuat-kuatnya manusia dia pasti akan gila kalau tidak bisa menceritakan semua keluhannya pada orang lain. Dan sepertinya enak juga ngobrol sama dia.Dan dalam hati Didi, dia sebetulnya cukup bersyukur dengan melihat Aida yang sekarang. Karena ada perasaan bersalah dalam dirinya yang selama ini sudah menuduh Aida macam-macam.Dulu kupikir dia adalah wanita yang merebut suami orang. Tapi untung saja Kak Nada sama Mas Radit sedang mengobrol tentang dirinya saat aku datang. Jadi sedikit demi sedikit aku bisa tahu kalau dia bukan wanita yang seperti itu. Dan mungkin ini adalah waktunya aku menemb
"Oh, ndak usahlah!"Aida cukup tau diri. Dia yang kini sudah duduk di kursi belakang karena mengikuti saran Didi supaya saat di apartemen Aida tidak dapat omongan macam-macam menolak."Aku bisa naik bus way kok. Lagian aku kan belum pernah naik kendaraan umum. Aku rasa nggak ada masalah kan?""Nggak ada masalah. Tapi sekarang nama kamu itu lagi dijadiin bahan gunjingan. Kakak ipar yang udah ngambil resep adik ipar. Yah, walaupun nggak semua orang percaya sih. Tapi nggak ada pembelaan dari keluarga Adiwijaya padamu. Dan kalau ada orang yang ngenalin kamu kayaknya ini akan membuatmu sulit. Apa kamu siap?""Ehm, kalau kamu jemput aku malah bisa timbul gosip makin gak sedap, dong?""Seenggaknya aku bisa nunggu di basement. Atau mungkin kamu bisa pura-pura naik taksi online? Ka
"Bee, bukan begitu maksudku. Tapi tadi tidak ada makanan di kulkas dan aku jadi kesulitan aja buat masak. Aku gak mikir ke dia. Lagian masakanku ini, makanan yang kita makan berdua dan tadi kamu lihat sendiri kan dia langsung naik ke atas? Kurasa dia sudah makan di luar." Benar juga yang dikatakan Reiko. Pria itu memang masak hanya untuk Brigita. Kenapa dia terlalu mengkhawatirkan wanita yang kini sudah sama sekali tidak ada di dalam benak laki-laki yang terlihat begitu setia padanya seperti dulu? "Oh jadi kamu mau masak buat kita, Sayang?" "Ya iyalah!" tegas Reiko. "Masa aku masak buat orang lain? Lagi pula kamu lihat sendiri apa yang kumasak sekarang kan?" "Ehm, maaf ya Sayang. Aku hanya khawatir aja kalau kamu mau masak buat dia terus aku jadi kepikiran kalau kamu itu sebenarnya balik lag