"Sssh, sudahlah kamu nggak tahu masalahnya nggak usah banyak bicara." Aida malas memperpanjang ini.
"Oh ya laki-laki yang kamu bilang tadi itu loh. Yang namanya kak Dewa. Apa dia lebih baik dibandingin sama Raditya Prayoga? Maksudku kelebihannya gitu sampai kamu ngedukung banget?"
"Yang pertama dia itu mau kerja keras. Mau berusaha dengan usahanya sendiri buat wujudin semua impiannya dan tipikal orang yang memang ulet. Pokoknya aku suka pemikirannya."
Didi tahu kalau Aida berusaha untuk mengalihkan pembicaraan dan dia mengikuti alurnya saja. Tak mau memaksakan pada Aida.
"Yang kedua, aku rasa kak Nada pas ama dia karena itu bisa mengembangkan diri dan punya daya pikir yang maju ke depan. Dia itu lebih kreatif. Dan aku melihat kak Nada itu lebih hidup dengannya. Lebih punya kemampuanlah buat berkembang, lebih
Syukurlah sedikit demi sedikit dia mau terbuka padaku. Padahal dari yang aku tahu dan saat aku mencuri dengar juga banyak yang mengatakan dia sangat tertutup sekali dengan masalah rumah tangganya. Dan mungkin saja hubungan ini bisa membuatnya sedikit lebih cair dan terbuka. Karena sekuat-kuatnya manusia dia pasti akan gila kalau tidak bisa menceritakan semua keluhannya pada orang lain. Dan sepertinya enak juga ngobrol sama dia.Dan dalam hati Didi, dia sebetulnya cukup bersyukur dengan melihat Aida yang sekarang. Karena ada perasaan bersalah dalam dirinya yang selama ini sudah menuduh Aida macam-macam.Dulu kupikir dia adalah wanita yang merebut suami orang. Tapi untung saja Kak Nada sama Mas Radit sedang mengobrol tentang dirinya saat aku datang. Jadi sedikit demi sedikit aku bisa tahu kalau dia bukan wanita yang seperti itu. Dan mungkin ini adalah waktunya aku menemb
"Oh, ndak usahlah!"Aida cukup tau diri. Dia yang kini sudah duduk di kursi belakang karena mengikuti saran Didi supaya saat di apartemen Aida tidak dapat omongan macam-macam menolak."Aku bisa naik bus way kok. Lagian aku kan belum pernah naik kendaraan umum. Aku rasa nggak ada masalah kan?""Nggak ada masalah. Tapi sekarang nama kamu itu lagi dijadiin bahan gunjingan. Kakak ipar yang udah ngambil resep adik ipar. Yah, walaupun nggak semua orang percaya sih. Tapi nggak ada pembelaan dari keluarga Adiwijaya padamu. Dan kalau ada orang yang ngenalin kamu kayaknya ini akan membuatmu sulit. Apa kamu siap?""Ehm, kalau kamu jemput aku malah bisa timbul gosip makin gak sedap, dong?""Seenggaknya aku bisa nunggu di basement. Atau mungkin kamu bisa pura-pura naik taksi online? Ka
"Bee, bukan begitu maksudku. Tapi tadi tidak ada makanan di kulkas dan aku jadi kesulitan aja buat masak. Aku gak mikir ke dia. Lagian masakanku ini, makanan yang kita makan berdua dan tadi kamu lihat sendiri kan dia langsung naik ke atas? Kurasa dia sudah makan di luar." Benar juga yang dikatakan Reiko. Pria itu memang masak hanya untuk Brigita. Kenapa dia terlalu mengkhawatirkan wanita yang kini sudah sama sekali tidak ada di dalam benak laki-laki yang terlihat begitu setia padanya seperti dulu? "Oh jadi kamu mau masak buat kita, Sayang?" "Ya iyalah!" tegas Reiko. "Masa aku masak buat orang lain? Lagi pula kamu lihat sendiri apa yang kumasak sekarang kan?" "Ehm, maaf ya Sayang. Aku hanya khawatir aja kalau kamu mau masak buat dia terus aku jadi kepikiran kalau kamu itu sebenarnya balik lag
Reiko: Iya Pa?Reiko setelah masuk ke dalam ruang kerjanya mengangkat telepon Endra di saat-saat akhir telepon itu mau terputus.Endra: Iya apa-nya iya Rei?Reiko: Ehm, Papa meleponku--Endra: Tak perlu basa basi denganku. Kau bilang kau akan kirim laporannya tapi kenapa belum kirim juga?Reiko: Maaf, Pah. Aku lupa. Tadi Bee sempat marah padaku jadi aku mencoba untuk menenangkannya dulu.Jawaban yang membuat Endra diam, dan di ujung sana dia menyandarkan tubuhnya sambil menghempaskan napas. Sedikit pelik pikirannya.Endra: Rei, Papa sudah lama tidak bicara denganmu dari hati ke hati. Sekarang Papa lagi tidak mau membicarakan masalah pekerjaan dulu. Iya sebenarnya papa pengen tagih kamu soal kerjaan k
Reiko: Ehm, ada apa gimana Pah?Endra: Kenapa kau seperti seseorang yang tidak bisa mengingat apapun Rei?Jelas saja Endra merasa bingung karena putranya seperti tak nyambung. Endra jadi semakin tak tenang hatinya dan sudah meluapkan rasa penasarannya sebelum Reiko bisa memberikan pembelaan.Endra: Dan aku juga ingin protes dengan sikapmu yang membiarkan Reti mengatakan kalau bisnis restoran milik istrimu itu adalah resep buatannya yang dicuri! Aku diam selama ini bukan karena aku setuju tapi karena aku menghargai dan menunggumu bereaksi, Reiko!Glek!Reiko makin tak paham, tapi Endra memang tak berhenti bicara yang membuatnya harus mendengarkan dan bersabar.Endra: Itu adalah mie yang sering dibuat nenekmu tapi di dapat dari kakeknya.
Reiko: Aku belum punya rencana apa-apa. Tapi aku akan mengurus dulu urusan perusahaan ini karena besok kan sudah deadline-nya dan aku juga akan mempersiapkan untuk keberangkatanku ke Abu Dhabi lalu untuk urusanku sendiri seperti yang tadi Papa bicarakan tentang kebingungan Papa dan--Endra: Rei, melihatmu bersama dengan Aida, Papa merasa seperti Papa melihat hidupmu sama seperti Papa dulu bersama dengan ibumu Aifah.Sebetulnya Reiko masih ingin melanjutkan bicara tapi papanya sudah memotong dan terpaksa dia mendengarkan.Endra: Kalian menjalani semuanya mengalir begitu tampak natural. Hubungan yang sebetulnya Papa ragu kalau Aida bisa menjadi wanita yang baik untukmu dengan semua keterbatasannya. Tapi kamu bisa membuktikan dengan keberadaan wanita itu semua pekerjaanmu lebih baik. Hidupmu lebih tertata. Papa bisa melihat senyummu, Papa juga bisa
Apa yang terjadi pada diriku?Reiko sambil dia mengirimkan file pada papanya dia sambil bertanya pada dirinya sendiri yang tidak tahu harus menjawab apa.Aku mengatakan aku mencintaimu Bee, aku melihat sendiri video-video kami bersama dan aku memang terlihat sangat mencintainya. Aku merasakan chemistry diantara kami dan memang video itu adalah aku. Itu bukan orang lain. Tapi kenapa papaku bilang begitu?Pertama pernyataan papanya tentang kakeknya ini membuat dirinya sungguh tak percaya. Ditambah dengan pernyataan papanya tentang ibu tirinya, Rika yang ternyata disuruh oleh Brigita ini juga tak masuk akal menurut Reiko.
Untung saja aku sudah makan, dua piring lagi. Kalau tidak, masuk apartemen ini bisa-bisa aku cuman mupeng dan nangis di dalam kamar karena aku lapar.Aida mendengar semua yang dikatakan Brigita saat dia naik ke atas tangga, tapi dia tidak peduli. Cuma satu yang dia pedulikan yaitu masakan yang membuatnya merindu.Makanya setelah dia sampai di dalam kamarnya dia merenungkan soal itu.SRUUUT …"Alah sudahlah."Aida menghapus titik bening yang keluar dari sudut matanya dan menarik cairan hidung yang juga membuat dirinya sedikit sulit b
"Biar kubantu. Dan biarkan Reizo menenangkan dirinya dulu."Dan tiba-tiba seseorang datang, padahal tadi dia tidak ada di sana."Tuan Rafael mohon bantuannya."Dokter Juna dan Rafael akhirnya yang menggali sedangkan Reizo sendiri dalam kondisi dia yang tidak tenang. Irsyad menunggu mayat dengan terus saja bertasbih. Dia tidak meninggalkan Aida, meski dia juga tidak menyentuhnya. Hanya memastikan selalu terdengar tasbih dan sholawat di dekat mayit."Allahu Akbar."Dan tiba-tiba saja dokter Juna meninggikan suaranya. Dia kaget betul dengan apa yang dilihat nya sekarang."Raizo berdiri di sini. Atau kau duduk di sini dan teruslah tasbih. Kasihan Aida."Irsyad terpaksa menarik Reizo untuk mendekat pada Aida, sedangkan dirinya cepat-cepat menuju ke liang lahat.Subhanallah, air matanya ingin tumpah sedangkan dokter Juna juga kebingungan."Bahkan bekas daerah-darahnya juga sudah hilang. Kulitnya kembali seperti semula. Tapi dia tidak bernyawa.""Dia mirip seperti Reizo, tapi dia pucat.""Iy
"Aku tahu. Kau jangan banyak bicara!”"Ya sudah, mulailah Reizo, atau lebih baik kau suruh saja Irsyad yang melakukannya kalau memang kau tidak sanggup.""Aw … ehm ... Irsyad, kau saja yang lakukan. Aku tidak bisa."Sudah seperti yang dipikirkan oleh Irsyad, karena memang saat ini pria itu sedang benar-benar terpukul. Apa yang terjadi pada pikirannya, tapi sungguh dia memang merasa marah dan campur aduk yang tak jelas."Allahu Akbar Allahu Akbar."Dan suara lantunan azan yang begitu merdu itu pun tidak bisa membuat pria itu fokus.Aku tidak bisa menyelamatkanmu dulu dan itu semua karena aku datang terlambat. Tapi kini aku juga tidak bisa menyelamatkan istrimu, karena kemarahanku padanya. Aku meninggalkannya dan aku pikir memang dua rekanku menjaganya. Aku tidak buru-buru mencarinya. Ini semua salahku. Mungkin memang aku tidak pantas untuk menjaganya? Dan sebenarnya apa perasaanku padanya? Kenapa aku seperti makin lama makin ingin tahu tentang dirinya? Tapi kenapa dia begitu bodoh? Ken
"Innalillahi wa innalillahi roji'un."Irsyad yang lebih dulu menyadari tentang kepergian seseorang yang sangat dicintainya.Tak tahulah dia harus bagaimana. Tangannya masih menjahit bekas luka saat tadi mengeluarkan bayi. Dan matanya kini basah dengan air mata yang berusaha untuk ditahan olehnya."Hey, bangun! Jangan main-main! Buka matamu!" Tapi lain Irsyad, lain juga pria yang ada di samping Aida yang tadi diberikan oleh Aida rambutnya yang memang rontok. “Bangun! Buka matamu!" Pria itu kembali memaksa."Reizo, kau memintanya bagaimanapun, dia tidak akan bangun. Lukanya terlanjur parah. Lambungnya tersayat, asam lambung di lambungnya menyebar di tubuhnya dan kau tahu? Asam lambung itu sangat berbahaya. Dia bisa melukai dan membakar organ lainnya. Ditambah lagi… lihat ini. Beruntung Aida melahirkan bayinya lebih cepat. Aku tidak tahu kalau ditunda lagi, mungkin bayi-bayi itu juga akan terkena masalah dengan sel kankernya. Pertumbuhan tidak normal dan kau bisa lihat sendiri."Memang a
"Aida."Mereka semua kaget melihat ada beling yang menancap di tubuh Aida dari belakang dan tembus ke depan. Wanita itu pun agak kesulitan untuk bicara."Kau."Leo sudah memegang senjatanya untuk menembak orang di belakang Aida."Kau tidak akan pernah bisa mendapatkan kami. Chip itu sudah kami bawa."Tapi Alexander yang terluka parah, dia juga bisa menggunakan transportasi. Dan Alexander kloningan yang ada di belakang Aida sudah mengambil chip itu. Di saat yang bersamaan, Alexander yang terluka menghilang lalu dia mendekat pada Alexander yang baru keluar dari kapsul lalu membawa pria itu pergi. Sisa sembilan kapsul lagi yang kacanya pecah sekarang.DOOR DOOR DOOR!Makanya Leo yang sudah memegang senjata cepat-cepat mengarahkan senjatanya ke kepala mereka."Aida!” Dan kini Dokter Juna dengan cepat berusaha untuk masuk mengambil Aida."Cepat bawa dia ke rumah sakit!”Rafael yang bicara, lalu dia menatap Jo dan Leo, dia sudah mengaktifkan peledaknya.“Kita harus cari atau semua orang di
"Ah tidak. Aku hanya mendengar cerita dari Alan.”"Dan Alan." Kini Alexander menunjuk pada Aida dengan senyum kecut di bibirnya. "Kalau bukan karena ada pengkhianat seperti dirinya, aku pasti menang dari Rafael," ujarnya lagi dan kini dia menekankan sambil berjalan mendekat pada Aida."Bisakah kau berdiri diam di sana dan tidak mendekat padaku? Aku risih jika bukan suamiku dekat padaku.""Dan kau tahu? Aku menyukaimu. Kau bisa hidup damai denganku dan bekerja denganku. Untuk menjadi suamimu aku juga tidak masalah. Karena kau adalah wanita yang menarik. Hanya saja, aku harus tekankan padamu keselamatanmu itu bergantung pada keloyalanmu padaku dan aku tidak suka pengkhianatan.""Ehm, kenapa kau menyimpan gudang senjata di apartemen suamiku?""Oh, kau membicarakan senjata di lemari yang baru kebuka?”Aida tak mau Alexander mendekat lagi sehingga dia kembali menanyakan sesuatu untuk mendistraksinya.Tipe orang yang suka show of. Aku harus membuatnya menceritakan semua hal. Ini adalah cara
"Terlalu jauh kalau harus membunuhmu. Aku tidak bisa melawanmu karena sekarang aku juga sedang mengandung. Tapi coba keluarkan dulu saja masnya supaya kau tidak membuang waktuku lebih lama berdiri.""Ah … kau pasti lelah. Kau ingin duduk?” tanyanya lagi.“Kau tunggu di sini! Biar kuambilkan kursi dari ruang kerja suamimu supaya kau bisa duduk.”Dia cukup baik juga. Bisik hati Aida lagi. Sesuatu yang membuat dirinya juga penasaran.Ada sisi baiknya. Apakah ini dari gen yang dimiliki oleh ayahnya Tuan Rafael? Dan ada sisi buruknya, apakah ini dari gen yang dimiliki oleh temannya Tuan Rafael? Karena dia memiliki gabungan gen yang berbeda.Aida tak peduli larangan Alexander untuk mengambil sesuatu dari ruang kerja suaminya, tapi dia sempat mendekat pada tempat emas dan mengambil sesuatu dari sana. Sesuatu yang diselipkan di balik kerudungnya. Di tempat yang tidak bisa terlihat oleh siapa pun tentu saja."Kau duduklah di sini!”"Terima kasih." Aida menjawab dengan ucapan sesantai itu dan d
"Kau sudah mengecek semua isi ruangan di sini?" Aida bertanya masih dengan posisinya berdiri di belakang dinding."Tentu saja. Aku mengecek semuanya termasuk semua lingerie yang kau punya. Wow. Ini sangat menarik sekali. Kau tidak memiliki dua bagian penting bagi tubuh wanita, tapi kamu miliki banyak sekali lingerie. Untuk apa kau memakai itu?"Wajah Alexander seakan-akan ingin menertawai Aida. Dan Aida juga tahu alasan kenapa dia harus memiliki baju itu."Lucu, ya? Aku pun merasakan hal yang sama. Tapi itu kemauan suamiku. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan, tapi dia memintaku untuk memakai itu.”"Sepertinya dia sangat suka berkhayal.”"Tidak. Dia bukan orang yang suka berkhayal. Dia adalah orang yang menggunakan logikanya. Dia lebih baik daripada aku.""Tapi untuk apa dia memberikanmu ini?""Menurutmu untuk apa?" tanya Aida di bibirnya.Setidaknya aku bisa mengulur waktu. Aku harus bisa membuat dirinya banyak bercerita sampai ada orang yang menyelamatkanku, pikir di dalam hati Aid
"Selamat datang di tempat tinggalku.""Ini adalah rumahku. Ini adalah apartemen milik Mas Reiko-ku. Bagaimana kalau bisa bilang kalau ini adalah tempat tinggalmu?" Aida pikir, dia akan dibawa ke mana oleh orang yang menculiknya, tapi lagi-lagi dia dibawa ke apartemen yang dulu ditempati bersama dengan suaminya."Haha, tapi sayangnya dia sudah tidak ada di sini. Dan tempat ini aku yang tinggali. Kau sendiri juga tidak meninggalinya.""Apa yang kau cari di sini?""Haha. Kau sangat curigaan sekali."Sebenarnya Aida tidak melucu dan dia bertanya serius, tapi pria yang ada di hadapannya justru selalu saja tertawa setiap kali mendengar pertanyaan darinya. Aida yakin sekali ada sesuatu yang dicari oleh Alexander di sana. Sesuatu yang tidak bisa dia dapatkan."Relax. Kau baru sampai di rumahku sebaiknya kau bersantai dulu. Kenapa mundur terus? Kau mau ke mana, hmm? Ruangan ini tetap segini saja. Dan di belakangmu sudah ada rak buku."Pria di hadapan Aida terus maju karena itulah dia berusaha
"Romo, kami sudah cari ke mana-mana tapi tidak ada. Di rumahnya Pakde Waluyo juga nggak ada, terus kita udah cari di sekeliling rumah Romo juga nggak ada. Tadi aku tanya sama ibunya Mbak Aida juga nggak ada di dalam kamarnya.""Lah, ke mana Aida? Apa mungkin dibawa sama Reizo atau dia ketemu sama Dokter Juna? Tadi itu kan Raditya ngebicarain soal Dokter Juna dan mungkin aja dia cerita ke Dokter Juna kalau dia habis ngomong sama Raditya?""Bisa jadi, Romo. Tapi tadi aku telepon Mbak Aida handphone-nya ketinggalan tuh. Dia ndak bawa handphone.""Mungkin sengaja handphone-nya ndak dibawa supaya ndak ketahuan sama Reizo dia ke mana.""Tapi kan mereka punya alat-alat yang sama. Pasti bisa komunikasi, Romo. Soalnya kata Mbak Aida itu kalau sudah pakai itu, semuanya bisa saling komunikasi. Terus mereka juga sudah tahu di mana letak koordinat masing-masing.""Yo embuh, aku ndak tahu, lah. Lagian kamu kalau udah tahu kayak gitu kok malah nanya sama orang yang nggak tahu?""Hehehe. Habisnya aku