Eish, Aidaaaa, mau sampai kapan kamu bisa fokus kerjain ini semuanya.
Aida gemas sendiri. Karena memang sudah sebulan berlalu dari saat dia melihat Reiko kembali bersama dengan Brigita ke apartemen mereka, dirinya masih belum bisa mengerti alasannya kenapa sulit sekali konsentrasi.
Padahal aku sudah berusaha untuk menghindar dari mereka. Keluar dari kamar itu di waktu mereka berangkat kerja. Aku biasa stok makanan di dalam kamar dan nggak keluar-keluar lagi. Aku milih cuci baju di kamar mandi ini saja dan aku bisa ngeringin kok. Cepat bajuku kering juga. Lagian aku juga sudah minta pembantu yang biasa bersih-bersih di sini buat nggak ngebersihin kamar ini. Aku milih buat bersihin sendiri.
Sesaat sebelumnya."Seno, ada laporan yang harusnya aku bawa tapi ketinggalan."Pria itu berdecak dan agak sedikit kesal karena dia sudah sampai di tempat kerjanya tapi ada sesuatu yang membuat dirinya jadi bad mood."Apa perlu saya ambilkan?""Bee tidak suka kalau ada orang lain masuk ke dalam apartemen kami kecuali housekeeping. Aku akan pulang lagi. Kamu tolong urus rapat yang sekarang nanti berikan laporan padaku ya!""Yakin begitu, Pak?""Iya sudah, sana."
Gimana aku mau kasih bumbu, orang bumbunya juga nggak ada?Dan sebetulnya Aida ingin sekali menyarankan pada Reiko untuk bertanya sendiri pada kekasihnya apa yang disiapkan untuk dirinya di dapur itu."Anda kan pasti tahu kalau saya ini adalah penyintas kanker payudara. Jadi kalau saya makan dengan banyak bumbu bukankah itu tidak terlalu bagus untuk kondisi kesehatan saya? Saya masih mau keluar dari tempat ini dalam kondisi hidup saat kita berpisah!"Tapi Aida memang bukan orang yang suka mengeluh dan dia memilih menjawab sekenanya saja sambil berjalan ngeloyor pergi meninggalkan pria yang masih belum puas dengan jawabannya.
Alina: Brigita, aku ini ibumu dan aku akan selalu mendukungmu. Tidak mungkin aku mengharapkan sesuatu yang buruk terjadi padamu apalagi seperti tuduhanmu barusan. Aku tak ingin merendahkanmu. Aku hanya ingin kau berjaga-jaga. Aku merasakan kelemahan dari produk yang kubuat. Aku sengaja memantaunya karena ini juga eksperimenku.Masih mending Alina cukup sabar menghadapi tingkah anaknya dan tidak membuat Brigita sulit.Brigita: Hentikan!Alina: Apa maksudmu hentikan?Brigita: Aku memintamu untuk membantuku saja sampai dia dapat kembali padaku dan sampai di sini kau tidak punya kewajiban lebih. Aku bisa mengurus diriku sendiri.
"Kau memang membantuku menyelesaikan urusanku, tapi bukan berarti kau berhak untuk mengomentari apa yang kulakukan. Apalagi berpikir kalau dia tertarik pada wanita itu!"Sesaat setelah mematikan telepon dari ibunya Brigita memang terlihat begitu marah. Dia emosi sekali karena Alina dianggapnya mencampuri urusan pribadinya."Tapi gimana kalau benar, ya?"Tapi saat dia duduk di kursi kebesarannya di kantor BIA yang kembali dikuasai oleh Brigita, dia berpikir ulang.Bagaimanapun Alina yang memberikan obat itu. Bukankah wajar jika dia tahu apa kelemahan obatnya?
"Frappucino sama espresso dua shot satu ya.""Baik."Tak ada makanan yang dipesan oleh Brigita dan dia sudah melemparkan berkas itu di hadapan Reiko.Mereka duduk di dekat jendela dan tentu saja pemandangan ini juga dilihat oleh seseorang yang berdiri di dekat pagar seakan-akan bersembunyi di sana. Hanya berani melihat dari kejauhan. Dan sesekali bersembunyi karena tak ingin ketahuan.Lihat apa yang kau lakukan selama sebulan? Menangisinya sedangkan dia enak-enakan dengan wanita itu di luar sana. Peduli atau tidak, dia mengingatmu atau tidak tapi hidup ini harus terus berjalan. Kau tidak bisa terus-terusan seperti
(Sementara itu, di dalam mobil)Fuuuh, sudah berapa tahun aku tidak melihatnya ternyata dia masih tidak pernah berubah. Terus-terusan disakiti oleh pria itu.Sambil mengendarai mobilnya dia melirik pada wanita yang masih dalam kondisi pingsan di kursi samping pengemudi.Wanita itu menggunakan cadar dan pria itu sama sekali tidak membukanya tapi memang dia mengenali sosok itu.Dari dulu dia masih menggunakan tas yang sama. Anak ini memang benar-benar menghemat dan kurasa selamanya aku salah menilainya. Kak Nada sendiri yang cerita padaku kalau dia dalam kondisi dijodohkan. Tapi seharusnya
"Berita apa?"Cepat-cepat Aida mengeluarkan handphonenya."Itu handphone layarnya udah pecah. Apa nggak punya uang buat ganti handphone?""Rese banget sih."Aida tidak ada niat untuk membahas masalah handphonenya. Tapi orang di hadapannya terus aja nyerocos."Handphone masih kayak gitu niat untuk membayar aku buat biaya rumah sakit?”"Hei. Aku bukannya tidak mau ganti handphone. Tapi ini adalah handphone kenang-kenangan yang dibeliin bapakku."
"Hmm. Aku dan beberapa teman yang memang kami membutuhkan uang akhirnya seriusin itu dan kita berusaha untuk bikin usaha kita ini benar-benar profesional, kita mengurus izinnya terus kita juga mempelajari lebih jauh tentang terarium ini, kita ikutin banyak workshop juga yang pasti bukan cuman jualan aja sih. Kita lakuin banyak inovasi termasuk kita bikin kokedama dan masih banyak lagi yang kita buat dari tanaman-tanaman hias yang banyak diminati. Kita juga ngurus izinnya supaya tanaman yang kita punya ini bisa diekspor ke luar negeri. "Ya ampun aku nggak nyangka. Ternyata mereka benar-benar berkembang. Dan iya ya aku baru nyadarkalau aku ada di dalam mobil yang harganya lumayan. Dia udah bisa beli mobil ini sedangkan aku dulu adalah salah seorang yang bikin terrarium sama bagusnya