"Ai, Kamu kenapa sih akhir-akhir ini sering bengong? Aku baru pulang juga kamu malah bengong. Padahal tadi aku ngajak ngomong kamu loh, Ai"
Harusnya kau pikirkan sendiri apa yang membuatku diam begini. Idungnya mampet atau hidungku yang masalah sih?
Yah, Aida memang gamang sendiri karena dia mencium lagi aroma strawberry. Walaupun sudah tersamarkan dengan wangi-wangi lainnya di tubuh suaminya, entah sejak kapan hidungnya jadi sangat sensitif.
Inilah kenapa Aida tidak bisa berhenti merutuki dirinya sendiri yang memang seharusnya bicara dan menanyakan tentang asal usul aroma pengganggu hidungnya termasuk menanyakan tentang kebersamaan Reiko dengan wanita itu untuk apa d Aurora Mall.
"Kamu masih kepikiran soal terrarium itu?"
"Eh, enggak kok Mas!"
"Idih! gombal terus sih!""Ai, mo ke mana?""Masak Mas!"Tak ada pembicaraan lagi ke arah sana karena Aida memilih kabur ke dapur.Tak tahan dengan godaan suaminya yang malah cekikikan makin intens menggodanya sambil sesekali menyeruput tehnya.Melihatnya begitu kadang gak habis pikir kalau dia selingkuh. Gak ada habisnya juga dia minta jatah. Duh, sebenernya mana yang bener? Haruskah aku bertanya? debat di pikiran Aida sendiri.Ah, udahlah, gengsi aku! dan membuatnya malas sendiri memikirkan ini berkepanjangan."Ai, sini dong. Masa aku ditinggal minum teh sendirian?"Untung saja, kalau gak berdarah jariku!
"Mbak Aida, kita sudah sampai di parkiran rektorat.""Oh. Ehm iya makasih Mbak Fitri."Aida larut dalam lamunan hingga tak konsen mobil yang membawanya ke kampus sudah berhenti."Aku masuk dulu ke rektorat!" Aida bicara sambil mengambil tasnya."Mbak Fitri kalau mau istirahat dulu juga ndak apa-apa kok. Aku cuman ke sana paling sebentar aja kali ya?""Bukannya biasa ribet dikit Mbak soal beasiswa?""Nggak tahu deh. Kayanya sih enggak. Jadi Mbak Fitri istirahat aja dulu, gapapa kok, paling di sana aku duduk doangan."Aida tahulah kalau menyetir mobil itu sangat melelahkan. Justru kalau Fitri ikut dengan dirinya dan harus menemani mengantri artinya Fitri harus ngobrol dengannya. Mungkin Fitri juga bosa
Aida: Nggak Mas, nggak ada siapa-siapa!Sangking gemasnya Aida yang sudah mengepalkan tangan kesal dia pun menyingkir dulu dari kursi yang ada di depan ruangan.Kalau gak diselesein terus aja gak akan berenti dia ngomong. Ke pojokan situ dulu aja, kan di situ kosong ga da orang, bisik hati Aida sambil jalan sambil bibirnya juga baru mau melanjutkan bicara pada orang di ujung line teleponnya.Aida: Lagian aku emang mau ngapain di sini Mas?Toh Aida juga masih menyimpan bom amarah di hatinya, tapi dia masih setia pada suaminya. Bahkan masih melayani suaminya dan segala keanehan keinginan Reiko yang membuatnya kadang ngejelimet.Kenapa juga masih dicurigai?Reiko: Kok suaranya bisik-bisik?Aida
"Kau pikir aku tuli suara sekencang itu aku gak denger?" Didi masih menjaga intonasi suaranya supaya hanya bisa di dengar oleh Aida.Jelas mendengar ucapannya Aida jadi lemas.Padahal Aida sudah berusaha untuk menjauh dari kursi tempat duduknya tadi karena dia tidak mau pembicaraannya didengar oleh orang di kanan kirinya yang juga sedang mengantri. Tapi apa boleh di kata kalau orang sudah kelepasan bicara?Memalukan kau Aida! Duuuuh, kenapa manusia seperti dia harus mendengar obrolan kami? bisik hati AidaDia juga tak sadar volume suaranya bertambah selama bicara dengan suaminya."Apa sekarang kau ingin menunjukkan pada se-isi kampus ini kalau ternyata wanita dengan semua atribut muslimahnya ternyata ayam kampus?" bisik Didi dengan suara penekanannya yang agak ber
Duh, tapi kalau banyak orang begini bagaimana cara menegurnya? Dan kenapa sih dia bisa datang ke sini sekarang? Harusnya tunggu aku masuk dulu!Kesal dalam hati Aida yang tidak berani untuk menyapa Irsyad. Tapi tetap masih ada bayangan bagaimana Irsyad menolongnya.Saat dirinya keguguran kalau tidak ada Irsyad bagaimana dia bisa sampai ke rumah sakit? Mungkin nyawa dirinya dengan anaknya tidak akan tertolong.Dilema dalam hati Aida yang terjadi dalam beberapa detik saja.Yah, tanpa Aida sadari memang orang yang ingin dihindarinya itu sudah ada di sana dan dia datang beberapa saat setelah Didi berjalan ke arah koridor itu menghampiri Aida. Dan setelah di mulai sedikit pembicaraan diantara mereka namun suara Didi dan Aida memang tidak terdengar sampai ke orang-orang yang menunggu di ruang terbuka itu.
"Waalaikumsalam."Makhraj hurufnya aja masih sangat jelas dan tepat sekali. Suaranya lembut menggetarkan. Bikin aku deg-degan. Allahu Robbi!Irsyad itu memang kalau melafadzkan bahasa Arab bagus sekali suaranya. Menyebut Allahu akbar saja sudah bisa membuat orang yang mendengarnya suka dan adem hati dan telinganya.Tadi juga waktu Aida salat, dia tahu kalau yang meng-imam-kannya itu adalah Irsyad.Aida bisa mengingat selentingan suaranya meski tak melihat sosoknya. Apalagi tadi ditutup dengan begitu menenangkan saat terakhir Irsyad membaca doa selesai salat. Suaranya berbeda! Suara yang melembutkan dan suara yang sangat dirindukan bagi mereka yang memang sangat merindukan Tuhannya.Termasuk Aida yang selalu saja terpesona dan kagum dengan suara Irsyad. Jelas saja
Hati Aida merasa makin malu karena dia seakan paham apa maksud terselubung Irsyad dari saran tadi untuk sahabatnya.Yah, pas memang setelah Irsyad menutup kitabnya tadi suara adzan berkumandang terdengar di telinga mereka.Tapi Karena Irsyad sudah dipanggil dan ini urusan birokrasi memang tidak mungkin juga dia izin salat dulu! Kampus itu memiliki aturannya sendiri dan Irsyad yakin di dalam sana dia tidak akan menghabiskan semua waktu salatnya makanya dia bersiap masuk, menyelesaikan urusan beasiswa yang sudah diterimanya dari tahun ke tahun."Sip, gue ke mushola duluan!"Irsyad tanpa menyapa Aida langsung berjalan masuk ke dalam ruangan di saat Dimas yang sudah berjalan menjauh menuju ke arah mushola, paham apa maksudnya."Sengaja lo nyuruh gue nunggu di mushola supaya gu
Astaghfirulloh. Tidak mungkin!Melihat siapa yang ditemui oleh kakak iparnya, Irsyad sampai kehilangan kata-kata dan dia kaget sangat. Rasanya itu seperti tidak mungkin, bagai mimpi.Dia ingin menolak itu semua. Irsyad ingin tidak percaya pada apa yang dilihatnya dan wajah itu seakan-akan tidak mungkin. Ini yang membuat Irsyad lancang sampai dia berjalan seperti seseorang yang terkesima melihat sesuatu keanehan dan ingin tahu. Tentu saja dia berjalan mendekat masih sambil menggunakan helmnya, seperti jalannya orang yang terhipnotis.Sampai seseorang yang ingin menjawab ucapan Ibra agak sedikit kaget dan tak nyaman sehingga melirik pada Irsyad yang tentu saja tak dikenal olehnya dengan helm full face masih menggunakan masker dan tidak jelas wajahnya, lengkap dengan jaket hitam juga.Siapa pri