"Oh ya? Apa makna mendalamnya kamu membuatku penasaran karena itu sangat bagus sekali!" Tasya sudah memotong lagi.
"Itu ada sebuah cerita. Dari awal pertemuanku dengan istriku dan di sana terdapat delapan belas arti dalam kelompok bunga. Sebetulnya, bisa juga di pisah satu-satu tanpa buket. Tapi tak bisa jadi satu cerita."
"Huh, seperti cerita cinta?"
"Hmm. Iya Tasya." Reiko menyahut.
"Mari lebih dekat dengan buket bunganya dan aku akan menunjukkan kepadamu."
Harusnya yang dia tunjukkan itu duluan kan? itu untukku, dia bikin aku penasaran juga. Dan aku harus ikut atau tidak ya? sebetulnya Aida ingin sekali menyeletuk begini.
"Ayo Aida! Kita lihat rangkaian bunganya. Atau kau memang sudah tahu kalau suamimu membuat itu untukmu?"
Tasya!Richard di hatinya geram. Harusnya Tasya melihat keduanya butuh bicara. Tapi memang istrinya kurang peka.Karena itu..."Daffodil, itu repsesentasi ketakutan kurasa.""Eh, apa Richard?"Dia berinisiatif menjawab supaya istrinya tak mengganggu Reiko."Itu adalah bunga yang selalu ku hindari juga Tasya. Dia memang cantik tapi kami bangsa Eropa memiliki pemikiran berbeda dengan bangsa Inggris. Aku lebih banyak dibesarkan di Eropa ketimbang di Inggris dan kami memiliki satu cerita buruk tentang bunga daffodil, meski di Inggris dahulu kala siapa yang menemukannya akan diberikan hadiah besar oleh raja."Tapi memang setelah Tasya berceloteh Reiko dan Aida terdistraksi dan meninggalkan pembic
"Reiko, ini sungguh hasil yang sangat luar biasa sekali. Aku tidak menyangka ini benar-benar seperti mimpi yang ada di dalam benakku tiba-tiba muncul menjadi sebuah kenyataan yang sangat indah!"Kepuasan terlihat di wajah Richard yang kemudian menatap Reiko setelah membuka sebuat pintu kaca besar."Kau memang benar-benar berbakat. Dua minggu, ini semua selesai. Terima kasih, sahabatku!" seru Richard lagi, yang kini membuka tangannya untuk memeluk Reiko."Kau memang berbakat. Dan aku akan selalu mencatat dalam hatiku kalau aku berhutang banyak padamu. Ini adalah kebahagiaanku dan Tasya. Kebahagiaan keluarga kecil kami bisa memiliki flower dome macam ini. Sungguh luar biasa sekali!"Lega rasa bahagia yang tercurahkan Richard ini tiada salah. Karena memang Reiko sudah berhasil mewujudkan impian dari kliennya han
"Hmm!" Reiko tampak berpikir."Aku melihat catatan dari BIA, di sana untuk melakukan proyek untuk MTC ada hutang yang kubuat pada keluargaku. Dan aku membutuhkan sejumlah itu untuk mengembalikan uang keluarga termasuk bagi hasil yang sudah kujanjikan. Karena hasil MTC di Bali kurasa itu terlalu besar dan lebih besar dari nilai ini profitnya. Jadi kuputuskan yang itu untuk istriku.""Ehm, sebentar. Masalah hutang bagaimana bisa begitu? Kurasa project MTC tidak membuatmu harus mengeluarkan hutang apapun. Dan semua modalnya aku yang memberikan," bingung Richard.Bukankah Reiko sendiri yang meminta supaya pihak MTC yang menyiapkan modalnya baik untuk arsitektur maupun desain interiornya. Lalu hutang dari mana bisa muncul?Seharusnya Reiko dan timnya hanya modal otak dan dengkul.
"Maafkan saya, Tuan Richard!"Tapi sayangnya sebelum Reiko menjawab ajudan Richard sudah datang dan dia sudah menggenggam handphonenya, menunjukkan ke Richard."Ehm Reiko, maaf sepertinya--""Anda bisa bicara dengan saya kapan saja Richard. Silakan kalau ingin mengangkat teleponnya tidak masalah.""Ehm, ya baiklah. Aku minta maaf Reiko. Excel tidak mungkin menggangguku seperti ini kalau bukan sesuatu yang penting."Richard tahu bagaimana ajudannya itu.Makanya dia kini berjalan menjauh dari mereka semua diikuti oleh Excel yang tadi sudah memberikan handphonenya. Tapi memang pemilik kerajaan bisnis terbesar di dunia itu memilih untuk tidak menjawabnya sampai dia keluar dari flower dome, menuju
(Sementara itu di tempat lain di waktu yang bersamaan)"Maafkan aku Barbara, seharusnya aku menemuimu tiga minggu yang lalu cuma kondisiku drop jadi aku tidak bisa bertemu.""Tidak masalah Nyonya Carlson. Saya mengerti dan bagaimana dengan kondisi Anda sekarang? Apa Anda merasa sudah lebih baik?""Hmm. Ya sekarang lebih baik Barbara. Walaupun aku belum bisa pergi kemanapun karena kau tahu sendiri bagaimana suamiku, kan? kekhawatirannya selalu saja berlebihan sehingga sulit untuk meninggalkan tempat tidurku," keluh Aifah sambil bersungut.Aifah tak suka menerima tamu di dalam kamar seperti ini tapi memang Billy bukannya orang yang mudah kalau sudah berhubungan dengan kesehatan istrinya."Tidak masalah. Selama ini yang terbaik untuk Anda saya rasa kita bertemu di sini ataupu
"Penting bagimu kabarku?""Hmm, bertanya kurasa tak ada salahnya bukan?" senyum muncul di bibir Alina tentu saja tidak sesuai dengan rasa di hatinya.Ini yang tidak kuharapkan. Kenapa juga dia ada di sini? Aku pikir dia sudah pergi meninggalkan rumah ini. Tadi kata ibunya dia sudah pergi kan? Apa dia menguping semua pembicaraan tadi? Alina tak tahu, tapi kini dia masih menunggu respon dari laki-laki di hadapannya yang berdiri bersandar di dinding dengan kedua tangan bersedakep."Ehm-- apa ada yang salah dari yang kutanyakan, Reizo?""Aku tidak suka basa basi!" seru Reizo datar dengan matanya yang masih menatap tajam."Tapi apa maksudmu menawarkan Jason Ramos untuk hadir di acara tahunan yayasan ibuku?"Yah, sesuai dengan dugaan
"Hmm, seblak! Kerupuk mentah di rebus ituloh. Masa kau tak tahu?""Alan!" Berkedut kening Reizo mendengarnya."Aku tahu kau tidak percaya padaku. Tapi kau tahu istriku dan istri Rafael kan? Hmm, kau bisa bertanya pada ayahmu, Billy. Kami memang meminjam rumah itu untuk membuat seblak," seru Alan sambil cengar cengir."Istrimu Sabrina, hmm, dia wanita cerewet yang menyusahkanku saat ingin menyelamatkannya." Reizo pernah bertemu Sabrina karena dia adalah orang yang dikirim untuk menyelamatkan Alan dan Sabrina tapi sayangnya Alan sudah dibawa oleh orang-orang Alexander."Ahaha. Yah memang dia cerewet tapi dia istriku, jadi ayolah--""Lanjutkan ceritamu!" tak mau Reizo membahas sesuatu yang tak penting."Ehem, dan kau tahu? Reiko Adiwijaya,
Huffht! Untung ada anak ini jadi aku terhindar dari pertanyaan kakaknya yang terlalu banyak menggangguku!Sesaat setelah Alina melangkah menjauh, hatinya begitu tenang minimal dia tidak lagi harus menghadapi berbagai macam pertanyaan dari Reizo."Kakakmu sangat menyayangi ibumu makanya dia bicara seperti itu. kau tahu? anak laki-laki itu memang harus berhati-hati dan dia adalah penanggungjawab keluarga. Dia juga harus menjagamu dan--""Ish, kau tahu Tante Barbara! kakakku itu bahkan hampir membunuh teman sekelasku dua bulan yang lalu karena pria itu jalan denganku dan kami menonton di bioskop bareng malamnya. Dan sekarang kau tahu? Semua teman laki-lakiku menjauhiku karena mereka takut dengan kakakku yang bahkan mereka sendiri tak tahu siapa namanya!""Haha, sabar Kirai. Mungkin suatu saat nanti kau