"Hmm!" Reiko tampak berpikir.
"Aku melihat catatan dari BIA, di sana untuk melakukan proyek untuk MTC ada hutang yang kubuat pada keluargaku. Dan aku membutuhkan sejumlah itu untuk mengembalikan uang keluarga termasuk bagi hasil yang sudah kujanjikan. Karena hasil MTC di Bali kurasa itu terlalu besar dan lebih besar dari nilai ini profitnya. Jadi kuputuskan yang itu untuk istriku."
"Ehm, sebentar. Masalah hutang bagaimana bisa begitu? Kurasa project MTC tidak membuatmu harus mengeluarkan hutang apapun. Dan semua modalnya aku yang memberikan," bingung Richard.
Bukankah Reiko sendiri yang meminta supaya pihak MTC yang menyiapkan modalnya baik untuk arsitektur maupun desain interiornya. Lalu hutang dari mana bisa muncul?
Seharusnya Reiko dan timnya hanya modal otak dan dengkul.
"Maafkan saya, Tuan Richard!"Tapi sayangnya sebelum Reiko menjawab ajudan Richard sudah datang dan dia sudah menggenggam handphonenya, menunjukkan ke Richard."Ehm Reiko, maaf sepertinya--""Anda bisa bicara dengan saya kapan saja Richard. Silakan kalau ingin mengangkat teleponnya tidak masalah.""Ehm, ya baiklah. Aku minta maaf Reiko. Excel tidak mungkin menggangguku seperti ini kalau bukan sesuatu yang penting."Richard tahu bagaimana ajudannya itu.Makanya dia kini berjalan menjauh dari mereka semua diikuti oleh Excel yang tadi sudah memberikan handphonenya. Tapi memang pemilik kerajaan bisnis terbesar di dunia itu memilih untuk tidak menjawabnya sampai dia keluar dari flower dome, menuju
(Sementara itu di tempat lain di waktu yang bersamaan)"Maafkan aku Barbara, seharusnya aku menemuimu tiga minggu yang lalu cuma kondisiku drop jadi aku tidak bisa bertemu.""Tidak masalah Nyonya Carlson. Saya mengerti dan bagaimana dengan kondisi Anda sekarang? Apa Anda merasa sudah lebih baik?""Hmm. Ya sekarang lebih baik Barbara. Walaupun aku belum bisa pergi kemanapun karena kau tahu sendiri bagaimana suamiku, kan? kekhawatirannya selalu saja berlebihan sehingga sulit untuk meninggalkan tempat tidurku," keluh Aifah sambil bersungut.Aifah tak suka menerima tamu di dalam kamar seperti ini tapi memang Billy bukannya orang yang mudah kalau sudah berhubungan dengan kesehatan istrinya."Tidak masalah. Selama ini yang terbaik untuk Anda saya rasa kita bertemu di sini ataupu
"Penting bagimu kabarku?""Hmm, bertanya kurasa tak ada salahnya bukan?" senyum muncul di bibir Alina tentu saja tidak sesuai dengan rasa di hatinya.Ini yang tidak kuharapkan. Kenapa juga dia ada di sini? Aku pikir dia sudah pergi meninggalkan rumah ini. Tadi kata ibunya dia sudah pergi kan? Apa dia menguping semua pembicaraan tadi? Alina tak tahu, tapi kini dia masih menunggu respon dari laki-laki di hadapannya yang berdiri bersandar di dinding dengan kedua tangan bersedakep."Ehm-- apa ada yang salah dari yang kutanyakan, Reizo?""Aku tidak suka basa basi!" seru Reizo datar dengan matanya yang masih menatap tajam."Tapi apa maksudmu menawarkan Jason Ramos untuk hadir di acara tahunan yayasan ibuku?"Yah, sesuai dengan dugaan
"Hmm, seblak! Kerupuk mentah di rebus ituloh. Masa kau tak tahu?""Alan!" Berkedut kening Reizo mendengarnya."Aku tahu kau tidak percaya padaku. Tapi kau tahu istriku dan istri Rafael kan? Hmm, kau bisa bertanya pada ayahmu, Billy. Kami memang meminjam rumah itu untuk membuat seblak," seru Alan sambil cengar cengir."Istrimu Sabrina, hmm, dia wanita cerewet yang menyusahkanku saat ingin menyelamatkannya." Reizo pernah bertemu Sabrina karena dia adalah orang yang dikirim untuk menyelamatkan Alan dan Sabrina tapi sayangnya Alan sudah dibawa oleh orang-orang Alexander."Ahaha. Yah memang dia cerewet tapi dia istriku, jadi ayolah--""Lanjutkan ceritamu!" tak mau Reizo membahas sesuatu yang tak penting."Ehem, dan kau tahu? Reiko Adiwijaya,
Huffht! Untung ada anak ini jadi aku terhindar dari pertanyaan kakaknya yang terlalu banyak menggangguku!Sesaat setelah Alina melangkah menjauh, hatinya begitu tenang minimal dia tidak lagi harus menghadapi berbagai macam pertanyaan dari Reizo."Kakakmu sangat menyayangi ibumu makanya dia bicara seperti itu. kau tahu? anak laki-laki itu memang harus berhati-hati dan dia adalah penanggungjawab keluarga. Dia juga harus menjagamu dan--""Ish, kau tahu Tante Barbara! kakakku itu bahkan hampir membunuh teman sekelasku dua bulan yang lalu karena pria itu jalan denganku dan kami menonton di bioskop bareng malamnya. Dan sekarang kau tahu? Semua teman laki-lakiku menjauhiku karena mereka takut dengan kakakku yang bahkan mereka sendiri tak tahu siapa namanya!""Haha, sabar Kirai. Mungkin suatu saat nanti kau
(Sesaat sebelumnya, di Indonesia)"Brigita!""Kau mau apa lagi, Tommy?" Brigita terlihat kesal saat membuka pintu rumahnya, Tommy ada di hadapannya.Dia sudah lama mengusir pria itu supaya tidak mengganggunya lagi tapi tetap saja Tommy berada di sana dan terus saja ingin bicara dengannya meski Brigita sudah berkali-kali menolaknya."Berikan aku waktu! Karena aku datang bukan untuk mengganggumu tapi melindungimu dan membantumu.""Hah!"Ingin tertawa Brigita mendengarnya. "Dengar ya,aku tidak perlu perlindunganmu dan tidak perlu pertolonganmu!"
"Akkh, kau luar biasa Brigita!"Yah,Brigita yang memang sudah sangat menginginkan sedikit sentuhan meski mereka tidak mencintai satu sama lain memang menikmati adegan di ruang tamunyaitu."Jangan menciumku. Lepaskan aku Tommy!"Brigita yang merasa sudah puas dia memang tidak punya rasa pada Tommy kecuali hanya untuk mendapatkan sedikit benefit dari keinginannya melepaskan rasa meledak-ledak itu kini sudah mendorong pria itu dan tanpa malu Brigita berjalan menuju ke arah pantry masih dengan tubuhnya polosan dengan Tommy masih tiduran di atas sofa panjangnya itu."Kau sangat menawan Brigita."
"Kakeksudahlah, benar yang dikatakan Tommy. Aku mohon, kondisi kita sudah sulit jadi jangan membuat semuanya lebih sulit. Dan untuk urusan perusahaan semua sudah kubereskan.""Shandra, hidupku bisa lebih baik jika kau menceraikannya dan aku tahu banyak pria yang sudah menginginkanmu!""Tapi tidak ada laki-laki yang mau dengan wanita mandul!""Shandra, kau lihat dia menghinamu dengan mengatakan seperti itu apa kau masih tetap ingin menolong dan melindunginya?"Pria itu makin geram.Karena itulah...