"Penting bagimu kabarku?"
"Hmm, bertanya kurasa tak ada salahnya bukan?" senyum muncul di bibir Alina tentu saja tidak sesuai dengan rasa di hatinya.
Ini yang tidak kuharapkan. Kenapa juga dia ada di sini? Aku pikir dia sudah pergi meninggalkan rumah ini. Tadi kata ibunya dia sudah pergi kan? Apa dia menguping semua pembicaraan tadi? Alina tak tahu, tapi kini dia masih menunggu respon dari laki-laki di hadapannya yang berdiri bersandar di dinding dengan kedua tangan bersedakep.
"Ehm-- apa ada yang salah dari yang kutanyakan, Reizo?"
"Aku tidak suka basa basi!" seru Reizo datar dengan matanya yang masih menatap tajam.
"Tapi apa maksudmu menawarkan Jason Ramos untuk hadir di acara tahunan yayasan ibuku?"
Yah, sesuai dengan dugaan
"Hmm, seblak! Kerupuk mentah di rebus ituloh. Masa kau tak tahu?""Alan!" Berkedut kening Reizo mendengarnya."Aku tahu kau tidak percaya padaku. Tapi kau tahu istriku dan istri Rafael kan? Hmm, kau bisa bertanya pada ayahmu, Billy. Kami memang meminjam rumah itu untuk membuat seblak," seru Alan sambil cengar cengir."Istrimu Sabrina, hmm, dia wanita cerewet yang menyusahkanku saat ingin menyelamatkannya." Reizo pernah bertemu Sabrina karena dia adalah orang yang dikirim untuk menyelamatkan Alan dan Sabrina tapi sayangnya Alan sudah dibawa oleh orang-orang Alexander."Ahaha. Yah memang dia cerewet tapi dia istriku, jadi ayolah--""Lanjutkan ceritamu!" tak mau Reizo membahas sesuatu yang tak penting."Ehem, dan kau tahu? Reiko Adiwijaya,
Huffht! Untung ada anak ini jadi aku terhindar dari pertanyaan kakaknya yang terlalu banyak menggangguku!Sesaat setelah Alina melangkah menjauh, hatinya begitu tenang minimal dia tidak lagi harus menghadapi berbagai macam pertanyaan dari Reizo."Kakakmu sangat menyayangi ibumu makanya dia bicara seperti itu. kau tahu? anak laki-laki itu memang harus berhati-hati dan dia adalah penanggungjawab keluarga. Dia juga harus menjagamu dan--""Ish, kau tahu Tante Barbara! kakakku itu bahkan hampir membunuh teman sekelasku dua bulan yang lalu karena pria itu jalan denganku dan kami menonton di bioskop bareng malamnya. Dan sekarang kau tahu? Semua teman laki-lakiku menjauhiku karena mereka takut dengan kakakku yang bahkan mereka sendiri tak tahu siapa namanya!""Haha, sabar Kirai. Mungkin suatu saat nanti kau
(Sesaat sebelumnya, di Indonesia)"Brigita!""Kau mau apa lagi, Tommy?" Brigita terlihat kesal saat membuka pintu rumahnya, Tommy ada di hadapannya.Dia sudah lama mengusir pria itu supaya tidak mengganggunya lagi tapi tetap saja Tommy berada di sana dan terus saja ingin bicara dengannya meski Brigita sudah berkali-kali menolaknya."Berikan aku waktu! Karena aku datang bukan untuk mengganggumu tapi melindungimu dan membantumu.""Hah!"Ingin tertawa Brigita mendengarnya. "Dengar ya,aku tidak perlu perlindunganmu dan tidak perlu pertolonganmu!"
"Akkh, kau luar biasa Brigita!"Yah,Brigita yang memang sudah sangat menginginkan sedikit sentuhan meski mereka tidak mencintai satu sama lain memang menikmati adegan di ruang tamunyaitu."Jangan menciumku. Lepaskan aku Tommy!"Brigita yang merasa sudah puas dia memang tidak punya rasa pada Tommy kecuali hanya untuk mendapatkan sedikit benefit dari keinginannya melepaskan rasa meledak-ledak itu kini sudah mendorong pria itu dan tanpa malu Brigita berjalan menuju ke arah pantry masih dengan tubuhnya polosan dengan Tommy masih tiduran di atas sofa panjangnya itu."Kau sangat menawan Brigita."
"Kakeksudahlah, benar yang dikatakan Tommy. Aku mohon, kondisi kita sudah sulit jadi jangan membuat semuanya lebih sulit. Dan untuk urusan perusahaan semua sudah kubereskan.""Shandra, hidupku bisa lebih baik jika kau menceraikannya dan aku tahu banyak pria yang sudah menginginkanmu!""Tapi tidak ada laki-laki yang mau dengan wanita mandul!""Shandra, kau lihat dia menghinamu dengan mengatakan seperti itu apa kau masih tetap ingin menolong dan melindunginya?"Pria itu makin geram.Karena itulah...
"Excel, coba hubungi Samuel! Aku ingin meminjam datanya dan kau katakan padanya akan meminjam data keluarga Frank buat Felix menjadi anak dalam keluarga itu. Lakukan ini sekarang juga sebelum Felix apply CV di keluarga Stanford!"Selepas Richard menutup teleponnyadia memberikan perintah lagi pada orang kepercayaannya."Anda sudah mengingatkan saya soal ini, Tuan. Dan saya juga sudah melakukannya dengan bantuan dari Brice untuk melobi Samuel. Di sudah mengizinkan mengingat kedekatan Frank denganAnda." Excel merespon, karena memang Frank adalah orang yang berjasa juga dalam membesarkan Richard. Dia pernah bekerja di rumah keluarga Peterson dan cukup dekat dengan Richard kecil."Jadi?"
"Apa yang mau dibicarakan oleh suamiku ya?""Mungkin soal bisnis Tasya. Apalagi yang dia bicarakan dengan Mas Reiko kalau bukan masalah bisnis?"Sesaat setelah Richard meninggalkan flower dome, Tasya sempat kepikiran soal itu. Caranya meminta Reiko untuk bicara bukan seperti ingin membicarakan masalah bisnis."Kau benar. Suamiku adalah penggiat bisnis nomor satu di dunia jadi dia pasti pusing sendiri dengan semua bisnis-bisnisnya. Ya pantas wajahnya seperti tadi.""Hihihi, ya namanya juga orang nomor satu makanya dia pasti pusing sendiri. Pekerjaannya banyak dan sebaiknya kau tidak terlalu banyak mengganggunya!"
"Makasih ya Ai. Aku tadi tidak nyaman berada di sana dan terima kasih kamu membuat kita sudah pergi dari sana."Saat mereka sudah melewati gerbang mansion dan kini sambil Reiko berjalan berpegangan tangan dengan istrinya dia bicara seperti tadi."Dan satu hal yang Mas Reiko perlu tahu, Tasya tidak sama sekali merasa bangga karena menjadi istri dariorang nomor satu terkaya di dunia. Dia ketakutan Mas! Dan aku kalau jadi dirinya juga akan merasakan hal yang sama. Lebih nyaman memang menjadi orang biasa tidak terlalu kaya tapi bisa bahagia dalam hidup.""Tapi aku selalu merasa seperti tidak berguna jika aku tidak bisa seperti itu. Membuatmu harus menjadi wanita nomor dua atau terpaksa harus membantu mereka itu me
"Biar kubantu. Dan biarkan Reizo menenangkan dirinya dulu."Dan tiba-tiba seseorang datang, padahal tadi dia tidak ada di sana."Tuan Rafael mohon bantuannya."Dokter Juna dan Rafael akhirnya yang menggali sedangkan Reizo sendiri dalam kondisi dia yang tidak tenang. Irsyad menunggu mayat dengan terus saja bertasbih. Dia tidak meninggalkan Aida, meski dia juga tidak menyentuhnya. Hanya memastikan selalu terdengar tasbih dan sholawat di dekat mayit."Allahu Akbar."Dan tiba-tiba saja dokter Juna meninggikan suaranya. Dia kaget betul dengan apa yang dilihat nya sekarang."Raizo berdiri di sini. Atau kau duduk di sini dan teruslah tasbih. Kasihan Aida."Irsyad terpaksa menarik Reizo untuk mendekat pada Aida, sedangkan dirinya cepat-cepat menuju ke liang lahat.Subhanallah, air matanya ingin tumpah sedangkan dokter Juna juga kebingungan."Bahkan bekas daerah-darahnya juga sudah hilang. Kulitnya kembali seperti semula. Tapi dia tidak bernyawa.""Dia mirip seperti Reizo, tapi dia pucat.""Iy
"Aku tahu. Kau jangan banyak bicara!”"Ya sudah, mulailah Reizo, atau lebih baik kau suruh saja Irsyad yang melakukannya kalau memang kau tidak sanggup.""Aw … ehm ... Irsyad, kau saja yang lakukan. Aku tidak bisa."Sudah seperti yang dipikirkan oleh Irsyad, karena memang saat ini pria itu sedang benar-benar terpukul. Apa yang terjadi pada pikirannya, tapi sungguh dia memang merasa marah dan campur aduk yang tak jelas."Allahu Akbar Allahu Akbar."Dan suara lantunan azan yang begitu merdu itu pun tidak bisa membuat pria itu fokus.Aku tidak bisa menyelamatkanmu dulu dan itu semua karena aku datang terlambat. Tapi kini aku juga tidak bisa menyelamatkan istrimu, karena kemarahanku padanya. Aku meninggalkannya dan aku pikir memang dua rekanku menjaganya. Aku tidak buru-buru mencarinya. Ini semua salahku. Mungkin memang aku tidak pantas untuk menjaganya? Dan sebenarnya apa perasaanku padanya? Kenapa aku seperti makin lama makin ingin tahu tentang dirinya? Tapi kenapa dia begitu bodoh? Ken
"Innalillahi wa innalillahi roji'un."Irsyad yang lebih dulu menyadari tentang kepergian seseorang yang sangat dicintainya.Tak tahulah dia harus bagaimana. Tangannya masih menjahit bekas luka saat tadi mengeluarkan bayi. Dan matanya kini basah dengan air mata yang berusaha untuk ditahan olehnya."Hey, bangun! Jangan main-main! Buka matamu!" Tapi lain Irsyad, lain juga pria yang ada di samping Aida yang tadi diberikan oleh Aida rambutnya yang memang rontok. “Bangun! Buka matamu!" Pria itu kembali memaksa."Reizo, kau memintanya bagaimanapun, dia tidak akan bangun. Lukanya terlanjur parah. Lambungnya tersayat, asam lambung di lambungnya menyebar di tubuhnya dan kau tahu? Asam lambung itu sangat berbahaya. Dia bisa melukai dan membakar organ lainnya. Ditambah lagi… lihat ini. Beruntung Aida melahirkan bayinya lebih cepat. Aku tidak tahu kalau ditunda lagi, mungkin bayi-bayi itu juga akan terkena masalah dengan sel kankernya. Pertumbuhan tidak normal dan kau bisa lihat sendiri."Memang a
"Aida."Mereka semua kaget melihat ada beling yang menancap di tubuh Aida dari belakang dan tembus ke depan. Wanita itu pun agak kesulitan untuk bicara."Kau."Leo sudah memegang senjatanya untuk menembak orang di belakang Aida."Kau tidak akan pernah bisa mendapatkan kami. Chip itu sudah kami bawa."Tapi Alexander yang terluka parah, dia juga bisa menggunakan transportasi. Dan Alexander kloningan yang ada di belakang Aida sudah mengambil chip itu. Di saat yang bersamaan, Alexander yang terluka menghilang lalu dia mendekat pada Alexander yang baru keluar dari kapsul lalu membawa pria itu pergi. Sisa sembilan kapsul lagi yang kacanya pecah sekarang.DOOR DOOR DOOR!Makanya Leo yang sudah memegang senjata cepat-cepat mengarahkan senjatanya ke kepala mereka."Aida!” Dan kini Dokter Juna dengan cepat berusaha untuk masuk mengambil Aida."Cepat bawa dia ke rumah sakit!”Rafael yang bicara, lalu dia menatap Jo dan Leo, dia sudah mengaktifkan peledaknya.“Kita harus cari atau semua orang di
"Ah tidak. Aku hanya mendengar cerita dari Alan.”"Dan Alan." Kini Alexander menunjuk pada Aida dengan senyum kecut di bibirnya. "Kalau bukan karena ada pengkhianat seperti dirinya, aku pasti menang dari Rafael," ujarnya lagi dan kini dia menekankan sambil berjalan mendekat pada Aida."Bisakah kau berdiri diam di sana dan tidak mendekat padaku? Aku risih jika bukan suamiku dekat padaku.""Dan kau tahu? Aku menyukaimu. Kau bisa hidup damai denganku dan bekerja denganku. Untuk menjadi suamimu aku juga tidak masalah. Karena kau adalah wanita yang menarik. Hanya saja, aku harus tekankan padamu keselamatanmu itu bergantung pada keloyalanmu padaku dan aku tidak suka pengkhianatan.""Ehm, kenapa kau menyimpan gudang senjata di apartemen suamiku?""Oh, kau membicarakan senjata di lemari yang baru kebuka?”Aida tak mau Alexander mendekat lagi sehingga dia kembali menanyakan sesuatu untuk mendistraksinya.Tipe orang yang suka show of. Aku harus membuatnya menceritakan semua hal. Ini adalah cara
"Terlalu jauh kalau harus membunuhmu. Aku tidak bisa melawanmu karena sekarang aku juga sedang mengandung. Tapi coba keluarkan dulu saja masnya supaya kau tidak membuang waktuku lebih lama berdiri.""Ah … kau pasti lelah. Kau ingin duduk?” tanyanya lagi.“Kau tunggu di sini! Biar kuambilkan kursi dari ruang kerja suamimu supaya kau bisa duduk.”Dia cukup baik juga. Bisik hati Aida lagi. Sesuatu yang membuat dirinya juga penasaran.Ada sisi baiknya. Apakah ini dari gen yang dimiliki oleh ayahnya Tuan Rafael? Dan ada sisi buruknya, apakah ini dari gen yang dimiliki oleh temannya Tuan Rafael? Karena dia memiliki gabungan gen yang berbeda.Aida tak peduli larangan Alexander untuk mengambil sesuatu dari ruang kerja suaminya, tapi dia sempat mendekat pada tempat emas dan mengambil sesuatu dari sana. Sesuatu yang diselipkan di balik kerudungnya. Di tempat yang tidak bisa terlihat oleh siapa pun tentu saja."Kau duduklah di sini!”"Terima kasih." Aida menjawab dengan ucapan sesantai itu dan d
"Kau sudah mengecek semua isi ruangan di sini?" Aida bertanya masih dengan posisinya berdiri di belakang dinding."Tentu saja. Aku mengecek semuanya termasuk semua lingerie yang kau punya. Wow. Ini sangat menarik sekali. Kau tidak memiliki dua bagian penting bagi tubuh wanita, tapi kamu miliki banyak sekali lingerie. Untuk apa kau memakai itu?"Wajah Alexander seakan-akan ingin menertawai Aida. Dan Aida juga tahu alasan kenapa dia harus memiliki baju itu."Lucu, ya? Aku pun merasakan hal yang sama. Tapi itu kemauan suamiku. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan, tapi dia memintaku untuk memakai itu.”"Sepertinya dia sangat suka berkhayal.”"Tidak. Dia bukan orang yang suka berkhayal. Dia adalah orang yang menggunakan logikanya. Dia lebih baik daripada aku.""Tapi untuk apa dia memberikanmu ini?""Menurutmu untuk apa?" tanya Aida di bibirnya.Setidaknya aku bisa mengulur waktu. Aku harus bisa membuat dirinya banyak bercerita sampai ada orang yang menyelamatkanku, pikir di dalam hati Aid
"Selamat datang di tempat tinggalku.""Ini adalah rumahku. Ini adalah apartemen milik Mas Reiko-ku. Bagaimana kalau bisa bilang kalau ini adalah tempat tinggalmu?" Aida pikir, dia akan dibawa ke mana oleh orang yang menculiknya, tapi lagi-lagi dia dibawa ke apartemen yang dulu ditempati bersama dengan suaminya."Haha, tapi sayangnya dia sudah tidak ada di sini. Dan tempat ini aku yang tinggali. Kau sendiri juga tidak meninggalinya.""Apa yang kau cari di sini?""Haha. Kau sangat curigaan sekali."Sebenarnya Aida tidak melucu dan dia bertanya serius, tapi pria yang ada di hadapannya justru selalu saja tertawa setiap kali mendengar pertanyaan darinya. Aida yakin sekali ada sesuatu yang dicari oleh Alexander di sana. Sesuatu yang tidak bisa dia dapatkan."Relax. Kau baru sampai di rumahku sebaiknya kau bersantai dulu. Kenapa mundur terus? Kau mau ke mana, hmm? Ruangan ini tetap segini saja. Dan di belakangmu sudah ada rak buku."Pria di hadapan Aida terus maju karena itulah dia berusaha
"Romo, kami sudah cari ke mana-mana tapi tidak ada. Di rumahnya Pakde Waluyo juga nggak ada, terus kita udah cari di sekeliling rumah Romo juga nggak ada. Tadi aku tanya sama ibunya Mbak Aida juga nggak ada di dalam kamarnya.""Lah, ke mana Aida? Apa mungkin dibawa sama Reizo atau dia ketemu sama Dokter Juna? Tadi itu kan Raditya ngebicarain soal Dokter Juna dan mungkin aja dia cerita ke Dokter Juna kalau dia habis ngomong sama Raditya?""Bisa jadi, Romo. Tapi tadi aku telepon Mbak Aida handphone-nya ketinggalan tuh. Dia ndak bawa handphone.""Mungkin sengaja handphone-nya ndak dibawa supaya ndak ketahuan sama Reizo dia ke mana.""Tapi kan mereka punya alat-alat yang sama. Pasti bisa komunikasi, Romo. Soalnya kata Mbak Aida itu kalau sudah pakai itu, semuanya bisa saling komunikasi. Terus mereka juga sudah tahu di mana letak koordinat masing-masing.""Yo embuh, aku ndak tahu, lah. Lagian kamu kalau udah tahu kayak gitu kok malah nanya sama orang yang nggak tahu?""Hehehe. Habisnya aku