"Hah."
Tapi Aida yang diam itu menahan tawanya sambil tangannya mengepal sempurna mendistribusikan energi penuh emosi dari dalam batinnya.
Kata-katamu sendiri kemarin yang mengatakan padanya kalau kau tidak mau lagi berhubungan dengannya dan memintanya untuk membuat jarak bukan? pikir Aida yang mulai merasa mengerti kenapa Reiko tak muncul.
Dan kenapa aku malah diam di sini? Bukankah bagus kalau dia tidak datang sampai jam enam? Dia bisa mengambil ini sendiri tanpa aku melihatnya. Pastinya dia kesal padaku karena kemarin itu. Jadi mungkin mulai saat ini, dia tak akan mau menemuiku lagi, bukan?
Kesal sebenarnya
Sesaat setelah Reiko meninggalkan Aida di dapur."Bee, kamu bisa lepasin tanganku sekarang.""Sayang, tapi kamu beneran nggak apa-apa?"Saat mereka berdua sudah masuk ke dalam kamar, Reiko meminta Brigita untuk melepaskan tangannya. Tapi wanita itu masih bersikeras memegangnya sambil menanyakan kondisi kekasihnya itu."Aku udah nggak pa-apa, Bee,""Tapi kenapa bisa sampai kayak gini sih? Permasalahannya sejauh apa sih?""Sssh, ini kelalaianku sayang. Bukan salah orang yang memb
"Hey, Raditya, ini semua hanya human error. Kita masih bisa bicarakan soal ini. Ayolah.""Benar kata Ando, tahan dirimu."Radit, pemilik Aurora corporation tak bisa menahan dirinya lagi dia sudah benar-benar murka kala itu."Aku sudah bilang padamu. Profesional bisnis! Lihat bagaimana hancurnya, kau tidak bisa mengurus sendiri masalah pribadimu sampai menghancurkan urusanku disini. Padahal aku sudah bilang aku ingin semua ini diselesaikan sesuai deadline."Radit memang kalau sudah marah dia tidak bisa menahan dirinya. Betul-betul kecewa dia dengan kejadian ini.
"Oh, enggak Kek, di sana ada perawat. Aku mau minta perawat untuk mengurusnya dulu.""Halah, kesian bojomu Le. Wes, Kakek di sini ndak apa-apa ada Lesmana. Kamu pulang sana."flashback offSsssh, tapi aku memang benar-benar kelewatan mungkin, pergi tak memberitahukannya dulu, makanya dia marah padaku. Heish.Reiko yang masih di kamar mandi kini membuka matanya sambil berpikir begini.Reiko memang benar-benar lupa. Bahkan ketika Kakeknya mengingatkan pun dia sudah buru-buru pergi untuk kembali ke Jakarta kala itu.
Alif: Maaf saya mengganggu Pak Reiko. Tapi sesuai dengan janji saya, setelah pemeriksaan kondisi istri Anda saya akan memberikan laporan.Kata-kata itu terdengar di telinga Reiko ketika dia sedang berjalan menuju ke arah mobilnya.Reiko: Oh ya. Terima kasih dokter Alif. Saya harap semua berjalan lancar dan tidak ada masalah.Dan Reiko menjawab ini setelah dia berada di dalam kabin mobil sendirian.Deni yang menemaninya duduk di samping sopir. Memang sudah seperti itu peraturan di keluarga Adiwijaya jika seorang ajudan tidak diperbolehkan untuk duduk di kabin yang sama kecuali memang di minta.
"Silakan minumnya Nyonya.""Heeh, i…iya makasih ya."Sesaat setelah Alif dan Silvy meninggalkan apartemen, Aida yang masih duduk di tempat yang sama saat tadi pemeriksaan dia sedang tidak fokus dan pikirannya kemana-mana itu sampai kaget mendengar tawaran barusan."Maaf ya Nyonya, saya mengagetkan Anda?”"Oh, enggak, kayaknya tadi aku cuman nggak konsentrasi aja deh. Hehehe. Ngomong-ngomong Mbak Rani panggil aku Aida aja. Kayaknya umur Mbak Rani sama umur aku juga masih tua umur mbak Rani deh."Merasa tidak enak dan dianggap terlalu tua untuk d
"Aku rasa sekarang kondisimu memang sudah semakin baik. Jadi statusmu bukan lagi pasienku, Sayang!"Bahkan sampai dokter Silvy datang, dia belum kembali juga!Aida hanya bisa tersenyum ketika mendengar Silvy bicara sambil hatinya berbisik macam tadi.Ada luka di sana yang tidak bisa dia katakan pada siapapun.Ada amarah yang tertahan dan rasa tak sabaran ingin sekali bertanya ke mana Reiko pergi, mungkinkah dokter Silvy tahu?
Ratna: Sebenarnya teleponnya itu tadi siang! Tapi ibu mau telepon kamu katanya kamu paling tidur siang kata suamimu. Jadi ibu ndak mau ganggu istirahatmu.Cih! Untung saja selama ini aku menahan diri untuk tidak memperhatikan CCTV itu dan tidak keluar dari ruangan ini kecuali aku benar-benar membutuhkan sesuatu dapur atau karena ada housekeeping!Seru hati Aida yang sebetulnya kesal karena yakin sekali kalau dirinya masih dimata-matai.Tapi, setidaknya kau memperhatikanku?Bodoh! Ya betul sekali kalau Aida merasa bodoh. Tidak seharusnya dia merasa bahagia bukan kalau diperhatikan oleh seseorang yang tidak pern
Aida: Tenang aja Kakek, Pakde Waluyo memang ndak cerita ke Ibu, hihi. Aku tahu, pasti Pakde-ku tahu kan aku sendiri di Jakarta?Aida mencoba untuk tak pakai perasaan dan menutupi kegalauan hatinya.Adiwijaya: Lah iya, dia sepemikiran sama Reiko. Aku tahu Pakdemu memang ndak pernah ingkar janji. Lagi pula dia yang minta Ibumu juga ndak dikasih tau. Tapi Kakek merasa bersalah sama kamu nduk.Aida: Lah, kenapa toh kek?Adiwijaya: Haah, Kakek minta maaf padamu yo! Kakek juga ndak tahu pas suamimu itu pergi ke Abu Dhabi. Dia pergi diam-diam untuk menyenangi ke hati Kakek dan menghibur Kakek karena kebakaran itu. Padahal kalau Kakek tahu, Kak