"Waaaaah, enak banget rasanya!"
"Iya bener Clarissa. Ini beneran sumpah enak banget. Ya ampun aku rasa ini udah kayak rasa masakan yang ada di Indonesia. Kangen banget loh aku. Kita kapan sih Clarissa bisa pulang ke Indonesia?"
"Taulah Sabrina, pokoknya, yang penting seblaknya enaaaaaak. Bagaimana menurutmu Tasya? Apa enak juga?"
"Hmmm!" Tasya manggut sambil agak kesulitan menjawab karena dia harus menelan makanannya yang membuat pipinya menggembung dan kini, rasa pedas itu sudah menjalar ke tenggorokan yang membuat dirinya sebetulnya lumayan terganggu.
"Enaaaaak! Sumpah enaknya pol banget. Ni beneran deh, sssh. Mantul. Cobain Aida, enak banget!"
'Yah, enaklah, kalian semua tinggal makan. Yang capek-capek ngulek dan yang capek-capek ngurusin semuanya itu aku send
Alan: Hey, apa kau sudah mengecek di mana istrimu berada?Sesaat sebelumnya, suara ini mengganggu seseorang yang kini menatap ke arah Excel yang menggelengkan kepalanya pelan dengan wajah cemas.Richard: Apa dia bersama Dimitri dan Aida?Tapi Richard memastikan dulu yang satu ini meski sebenarnya dia juga ingin tahu siapa Alan.Keberadaan Tasya dengan Dimitri lebih penting. Richard yakin dengan loyalitas Dimitri yang akan menjaga istrinya.Alan: Yep. Bersama dengan kedua orang itu dan juga bersama dengan istriku juga, dengan kakak dari istriku. Mereka sedang bikin seblak.Belum berkomentar tapi Richard sudah memijat dahinya dan membuat Reiko juga ikut khawatir, sehingga dia memperhatikan betul apa yang dikatakan Richard selanjutnya:
"Tasya!"Suara itu juga terdengar oleh Reiko yang kini berjalan menjauh menuju ke halaman belakang namun dia tidak melangkah mendekat ke arah suara tapi ke arah berlawanan ke dekat kompor setelah melepaskan tangan Alan."Ai, Ayo kita pulang," inginnya Reiko langsung membawa wanitanya pergi karena dia juga sudah membawa mobilnya sendiri jadi tidak harus menumpang mobil Richard."Dia adalah calon istriku."Tapi satu suara membuat ekor matanya nampak tak suka apalagi tangan anak kecil itu sangat berani sekali ingin bergerak memisahkan tangan Reiko dengan Aida."Kau tak bisa membawanya pulang!"Tak main-main, Danny yang menjawab seperti ini memang sudah menggerakkan tangannya sangat kuat untuk menjauhkan tangan Reiko dari Aida.
"Eeeh--"Aida mendongak menatap Reiko karena dia jelas sekali mendengar ucapan Alan dalam bahasa Indonesia.Dokter Juna, apa mencuri sesuatu darinya untuk menyelamatkan kakek?Gambaran tentang seseorang yang ingin ditemui oleh Adiwijaya yang juga ditemui oleh Aida di rumah sakit kini terpampang nyata dalam benaknya."Mau minta bayaran? Kenapa tidak minta bayaran langsung pada kakekku? dia pasti mau membayarnya. Atau aku perlu menghubunginya supaya kau bisa menagih langsung?"Aida tak tahu sepelik apa permasalahannya sampai saat ini dirinya agak ketar-ketir juga."Hahaha!" Alan hanya menggelengkan kepalanya pelan di saat Rafael melirik padanya dan Reiko bergantian."Obat itu, masih obat uji c
"Aish, Mas Reiko ndak apa-apa kan?"Aida berbisik pelan sambil menarik pria itu, tak mau sampai suaminya kenapa-napa lagi. Tapi ini sungguh keadaan yang memalukan untuk Reiko sendiri di hatinya.Pertarungan di kebun belakang tadi membuat Reiko merasa malu. Tapi sesuatu yang dilihat olehnya tak sengaja ketika matanya melirik ke arah ruang keluarga membuat dirinya merasa penasaran akan sesuatu."Mas Reiko, mereka semua sepertinya orang-orang berbahaya. Kita harus cepet-cepet keluar dari sini!"Apa yang sempat dilirik oleh Reiko tidak dilihat oleh Aida yang memang membelakanginya. Pintu itu hanya terbuka sedikit dan Aida tak berpikir apa-apa kecuali hanya bagaimana caranya bisa cepat ke pintu keluar.Di sana, Reiko juga tidak mau merespon banyak dia memilih mengikuti Aida men
"Eh, tapi Mas--""Udah, ga usah tapi tapi. Yuk masuk, habis itu kita tidur, kamu harus istirahat. Gak usah mikirin packing. Biar aku yang urus semuanya."Maunya, Aida bertanya lebih banyak lagi."Kalau kita pulang besok, sudah pas hitungannya, Ai. Hari Minggu kita sampai lalu kamu bisa istirahat dulu sebelum kuliah nanti Senin. Kamu juga masih banyak tugas kan yang harus dikerjakan?"Tapi suaminya sudah mengingatkan Aida tentang kuliahnya sambil merangkul wanita itu berjalan menuju ke kamar hotelnya.Yah, kalau sudah diingatkan dengan kewajibannya yang satu itu tentu saja Aida memang tidak mau berlama-lama di luar negeri.Meski dia belum mengeksplore tempat yang didatanginya itu, tapi memang pulang adalah yang terbaik. Dia tak bisa meng
Masalah, jelas!Aida inginnya berpikir tentang sebuah rumah yang baru. Tapi suaminya sudah bekerja keras untuk menyiapkan semua perubahan di apartemen itu.Mungkin memang apartemen ini ada sejarahnya sendiri untuk Mas Reiko. Dan ada benda-benda yang riskan kalau dipindahkan terus-terusan!Tapi Aida berpikir ulang.Bukankah artinya dia tidak menghargai jerih payah suaminya jika dia masih tetap menuntut sesuatu yang sulit pada Reiko?"Hihihi, makasih ya Mas."Senyum di bibir Aida menandakan kelegaan bahwa dia memang terlihat tidak masalah mereka tetap tinggal di sana.Reiko senang, itu yang membuat dirinya mendekat pada Aida dan memeluk istrinya erat-erat.
"Buka dong, Ai!" bujuk Reiko tak mau memberitahukan isinya.Jadi saja Aida melangkah mengambil sesuatu di meja makan itu."Mas ini--"Aida tak bisa berkata-kata ketika membukanya."Ya, itu buka. Kamu liat dalemnya, nama di dalemnya Ai!" pinta Reiko lagi, memaksa.Tangan Aida bahkan sampai bergetar membaca perlahan isi yang ada di sana.“Mas, ini kenapa pakai namaku?"“Ini milikmu, Ai. Unit apartemen ini milikmu. Dan kamu gak usah takut, aku gak ngambil warisan, Aku kerja dan ini bayaranku dari papaku. Aku kerja udah setengah tahunan bayaranku ini.""Mas Reiko, tapi kenapa namaku?""Ya karena kamu istriku, Ai. Memang
"Oh, ndak apa-apa Mas. Kan Mas Reiko pasti tahu yang terbaik. Aku sih setuju saja. Semoga saja memang berkah uangnya untuk modal.""Ai, kamu serius? Kamu nggak akan marah kalau hasil dari project MTC aku nggak akan dapat sepeserpun karena aku harus ngegantiin dan balikin uang kakek termasuk kasih profitnya juga? Mungkin nombok kayanya karena aku mesti gantiin khasnya BIA buat keuntungan BIA dari deviden project di timur tengah.""Iya Mas, gapapa. Di atur aja, aku ngikut.""Kamu, serius kan Ai?"Memang apa yang Reiko harapkan? Aida melarangnya?"Iya, Mas Reiko. Udah ndak usah banyak pikiran aneh-aneh. Insya Alloh aku Ridho. Kalau itu menurut Mas Reiko lebih baik ya sudah lakukan saja. Aku pasti akan dukung kok."Mungkin, han