(Sementara itu, selepas Nada dan Radit meninggalkan Villa)
"Harusnya kau tetap di dalam saja Denada."
"Hemmm ... Dan membiarkanmu menyulut peperangan dengan seorang Pria di belakang sana dan ujungnya Aida tidak akan pernah bisa diizinkan lagi untuk bertemu dengan putriku Riri?"
Nada menyindir sambil melirik wajah suaminya yang masih terlihat keras dan kaku.
"Aku sudah bilang padamu jangan ikut campur urusanku karena aku mau bicara soal bisnisku saja. Aku tidak membicarakan apapun dengannya kecuali bisnis."
"Kalau cuman masalah bisnis kau tidak akan begitu m
"Apa Rasya tidur, Sandi?"Ajudannya sudah kembali tapi mana mereka bertiga? Apa dia ditahan dan sedang bicara dengan Tuan Raditya? Tapi apa yang ingin mereka bicarakan?Saat Riyanti bertanya, Aida yang tangannya masih memegang tangan Riri sontak menengok cepat pada dua pria dewasa yang baru masuk ke dalam Villa dari pintu belakang."Iya Nyonya Riyanti. Saya akan membawanya ke kamar dulu.""Oh ya sudah Sandi, kalau begitu minta bi Ningsih untuk menemanimu. Biarkan dia di dalam sana sama BibNingsih, jadi kalau dia nanti kebangun tidak akan nangis.""
Memalukan. Pasti aku seperti badut bukan?Mata Aida bertautan dengan Reiko yang memang ada di sisinya.Tentu saja dia tidak pede."Wah, cantik sekali. Tante Aida jadi secantik ini karena kamu yang mendandani?"Dia memuji? Tapi dalam hatinya dia pasti menertawaiku bukan? Haish, Sudahlah biarkan saja. Atau memang aku selalu di tertawai olehnya?Aida berusaha menahan dirinya dan berusaha pede."Aduh Rere, kesian Tantenya dong." Nada yang memilih menjawab
Haduh. Apa dia mendapat masalah karena aku sampai dia masih diam dan menahan marahnya?Perjalanan mereka sudah lima belas menit berlalu.Tapi di dalam mobil itu masih hening dan tidak ada kata-kata yang terucap di antara keduanya.Mobil juga melaju di bawah bayangan langit malam yang makin menggelap. Dusk sky setelah kini tak ada lagi twilight tersisa.Aida jadi salah tingkah sendiri dan kebingungan.Haruskah dia menyapa Reiko lebih dulu?"Kenapa dia berhenti?
Reiko: Papa.Reiko tahu Endra di ujung sana masih bicara tapi dia baru saja memotong ucapan papanya itu, meminta attention.Endra: Kamu mau bilang apa?Reiko: Papa aku tahu bagaimana hubunganku dengannya. Jadi tolong, jangan gurui aku soal ini.Reiko bicara sambil berjalan menjauh mendekat ke arah tangga.Reiko: Aku tadi harus membawanya pergi denganku karena aku tidak tahu siapa yang harus menjaganya di sini, Papa. Aku sudah ceritakan perihal kenapa aku tak panggil perawat padamu, kan?
"Aku tak mungkin bisa menahan lagi! Ini sudah jam dua belas malam! Sial sih!"Bukan lagi dua jam! Ini sudah lebih dari empat jam setelah kepergian Reiko keluar dari kamar Aida dan dia belum kembali.Jelas saja Aida tak bisa menahan keinginan biologisnya lagi."Aku akan ke kamar mandi sekarang saja, masa bodo kalo dia mo marah juga!"Melihat kebaikan Reiko yang membawakannya makanan, mengurusnya apalagi tadi di rumah keluarga Prayoga dia begitu care. Aida merasa sangat tersentuh sekali.Ini yang membuat dirinya tidak mau melanggar perjanjiannya dengan Reiko.
"Ya benar, dia memang tak berjanji datang kembali. Tapi kenapa rasa hatiku jadi sesak gini?"Ini membuat Aida tersenyum sinis saat berbisik."Ayo, latihlah dirimu jalan yang benar! Kamu bisa urus dirimu sendiri, ingat, jangan bergantung pada manusia, Aida! Itu hanya akan menimbulkan sakit hati! Hanya Tuhanmu tempatmu bergantung!"Aida tak ingin larut dengan kebodohan pikirannya yang sudah bergantung dan memang sudah merindukan Pria itu.Sruuuut!"Kenapa kamu menangis sih?"Aida
"Permisi saya mau membersihkan apartemennya!""Eehm, i-iya."Orang yang tadi membuka pintu itu memang sepertinya sudah hapal pin apartemennya karena memang sudah sering membersihkan apartemen tersebut. Tentu saja Aida menjawabnya agak sedikit kaku tadi tanpa persiapan diri.Ya ini udah tengah hari! Dan waktunya housekeeping untuk datang. Untung saja aku keluar tadi pakai kerudung.Aida lupa akan kehadiran housekeeping, dia pun tersenyum dan mengangguk meminta mereka untuk membersihkan dari lantai atas dulu baru lantai bawah dan setelah semuanya selesai di lantai bawah, baru membersihkan kamarnya sehingga kamar Aida yang terakhi
"Waaaah, belanjaanku dateng!"Mendengar suara bel pintu itu tentu saja Aida senang. Sesegera mungkin dia menyimpan kembali handphonenya ke sakunya dan ingin segera menuju pintu mengambil belanjaan itu dan bersembunyi di dalam kamarnya lagi tak ingin bertemu dengan siapapun yang nanti akan datang ke apartemen itu.Tapi kadang manusia membuat rencana.Tetap Tuhan yang menentukan apa rencananya akan terwujud atau tidak.Tidak mungkin kurir bisa membuka pintu kan?Sebelum Aida bahkan beranjak dari dapur, justru ada suara seperti suara orang membuka pintu sehingga dia hanya berdiri membe