"Ya benar, dia memang tak berjanji datang kembali. Tapi kenapa rasa hatiku jadi sesak gini?"
Ini membuat Aida tersenyum sinis saat berbisik.
"Ayo, latihlah dirimu jalan yang benar! Kamu bisa urus dirimu sendiri, ingat, jangan bergantung pada manusia, Aida! Itu hanya akan menimbulkan sakit hati! Hanya Tuhanmu tempatmu bergantung!"
Aida tak ingin larut dengan kebodohan pikirannya yang sudah bergantung dan memang sudah merindukan Pria itu.
Sruuuut!
"Kenapa kamu menangis sih?"
Aida
"Permisi saya mau membersihkan apartemennya!""Eehm, i-iya."Orang yang tadi membuka pintu itu memang sepertinya sudah hapal pin apartemennya karena memang sudah sering membersihkan apartemen tersebut. Tentu saja Aida menjawabnya agak sedikit kaku tadi tanpa persiapan diri.Ya ini udah tengah hari! Dan waktunya housekeeping untuk datang. Untung saja aku keluar tadi pakai kerudung.Aida lupa akan kehadiran housekeeping, dia pun tersenyum dan mengangguk meminta mereka untuk membersihkan dari lantai atas dulu baru lantai bawah dan setelah semuanya selesai di lantai bawah, baru membersihkan kamarnya sehingga kamar Aida yang terakhi
"Waaaah, belanjaanku dateng!"Mendengar suara bel pintu itu tentu saja Aida senang. Sesegera mungkin dia menyimpan kembali handphonenya ke sakunya dan ingin segera menuju pintu mengambil belanjaan itu dan bersembunyi di dalam kamarnya lagi tak ingin bertemu dengan siapapun yang nanti akan datang ke apartemen itu.Tapi kadang manusia membuat rencana.Tetap Tuhan yang menentukan apa rencananya akan terwujud atau tidak.Tidak mungkin kurir bisa membuka pintu kan?Sebelum Aida bahkan beranjak dari dapur, justru ada suara seperti suara orang membuka pintu sehingga dia hanya berdiri membe
"Huh, Sedang apa kau bicara dengannya?"Brigita dari tadi bicara terus dan sepertinya dia memang tidak menyadari kalau ada seseorang di sana yang lebih dulu bicara dengan Reiko.Matanya mengarah pada Aida dengan tatapan yang tak bersahabat."Dia baru belanja. Aku cuma cek belanjaannya aja," ucap Reiko sambil memberikan sebuah senyum tipis dan kecupan di dahi Brigita untuk membuatnya kembali terfokus pada Reiko."Apa dia belanja berlebihan?""Bukan. Bagaimana perjalananmu Bee? Ayo."
"Hah."Tapi Aida yang diam itu menahan tawanya sambil tangannya mengepal sempurna mendistribusikan energi penuh emosi dari dalam batinnya.Kata-katamu sendiri kemarin yang mengatakan padanya kalau kau tidak mau lagi berhubungan dengannya dan memintanya untuk membuat jarak bukan? pikir Aida yang mulai merasa mengerti kenapa Reiko tak muncul.Dan kenapa aku malah diam di sini? Bukankah bagus kalau dia tidak datang sampai jam enam? Dia bisa mengambil ini sendiri tanpa aku melihatnya. Pastinya dia kesal padaku karena kemarin itu. Jadi mungkin mulai saat ini, dia tak akan mau menemuiku lagi, bukan?Kesal sebenarnya
Sesaat setelah Reiko meninggalkan Aida di dapur."Bee, kamu bisa lepasin tanganku sekarang.""Sayang, tapi kamu beneran nggak apa-apa?"Saat mereka berdua sudah masuk ke dalam kamar, Reiko meminta Brigita untuk melepaskan tangannya. Tapi wanita itu masih bersikeras memegangnya sambil menanyakan kondisi kekasihnya itu."Aku udah nggak pa-apa, Bee,""Tapi kenapa bisa sampai kayak gini sih? Permasalahannya sejauh apa sih?""Sssh, ini kelalaianku sayang. Bukan salah orang yang memb
"Hey, Raditya, ini semua hanya human error. Kita masih bisa bicarakan soal ini. Ayolah.""Benar kata Ando, tahan dirimu."Radit, pemilik Aurora corporation tak bisa menahan dirinya lagi dia sudah benar-benar murka kala itu."Aku sudah bilang padamu. Profesional bisnis! Lihat bagaimana hancurnya, kau tidak bisa mengurus sendiri masalah pribadimu sampai menghancurkan urusanku disini. Padahal aku sudah bilang aku ingin semua ini diselesaikan sesuai deadline."Radit memang kalau sudah marah dia tidak bisa menahan dirinya. Betul-betul kecewa dia dengan kejadian ini.
"Oh, enggak Kek, di sana ada perawat. Aku mau minta perawat untuk mengurusnya dulu.""Halah, kesian bojomu Le. Wes, Kakek di sini ndak apa-apa ada Lesmana. Kamu pulang sana."flashback offSsssh, tapi aku memang benar-benar kelewatan mungkin, pergi tak memberitahukannya dulu, makanya dia marah padaku. Heish.Reiko yang masih di kamar mandi kini membuka matanya sambil berpikir begini.Reiko memang benar-benar lupa. Bahkan ketika Kakeknya mengingatkan pun dia sudah buru-buru pergi untuk kembali ke Jakarta kala itu.
Alif: Maaf saya mengganggu Pak Reiko. Tapi sesuai dengan janji saya, setelah pemeriksaan kondisi istri Anda saya akan memberikan laporan.Kata-kata itu terdengar di telinga Reiko ketika dia sedang berjalan menuju ke arah mobilnya.Reiko: Oh ya. Terima kasih dokter Alif. Saya harap semua berjalan lancar dan tidak ada masalah.Dan Reiko menjawab ini setelah dia berada di dalam kabin mobil sendirian.Deni yang menemaninya duduk di samping sopir. Memang sudah seperti itu peraturan di keluarga Adiwijaya jika seorang ajudan tidak diperbolehkan untuk duduk di kabin yang sama kecuali memang di minta.