Haduh. Apa dia mendapat masalah karena aku sampai dia masih diam dan menahan marahnya?
Perjalanan mereka sudah lima belas menit berlalu.
Tapi di dalam mobil itu masih hening dan tidak ada kata-kata yang terucap di antara keduanya.
Mobil juga melaju di bawah bayangan langit malam yang makin menggelap. Dusk sky setelah kini tak ada lagi twilight tersisa.
Aida jadi salah tingkah sendiri dan kebingungan.
Haruskah dia menyapa Reiko lebih dulu?
"Kenapa dia berhenti?
Reiko: Papa.Reiko tahu Endra di ujung sana masih bicara tapi dia baru saja memotong ucapan papanya itu, meminta attention.Endra: Kamu mau bilang apa?Reiko: Papa aku tahu bagaimana hubunganku dengannya. Jadi tolong, jangan gurui aku soal ini.Reiko bicara sambil berjalan menjauh mendekat ke arah tangga.Reiko: Aku tadi harus membawanya pergi denganku karena aku tidak tahu siapa yang harus menjaganya di sini, Papa. Aku sudah ceritakan perihal kenapa aku tak panggil perawat padamu, kan?
"Aku tak mungkin bisa menahan lagi! Ini sudah jam dua belas malam! Sial sih!"Bukan lagi dua jam! Ini sudah lebih dari empat jam setelah kepergian Reiko keluar dari kamar Aida dan dia belum kembali.Jelas saja Aida tak bisa menahan keinginan biologisnya lagi."Aku akan ke kamar mandi sekarang saja, masa bodo kalo dia mo marah juga!"Melihat kebaikan Reiko yang membawakannya makanan, mengurusnya apalagi tadi di rumah keluarga Prayoga dia begitu care. Aida merasa sangat tersentuh sekali.Ini yang membuat dirinya tidak mau melanggar perjanjiannya dengan Reiko.
"Ya benar, dia memang tak berjanji datang kembali. Tapi kenapa rasa hatiku jadi sesak gini?"Ini membuat Aida tersenyum sinis saat berbisik."Ayo, latihlah dirimu jalan yang benar! Kamu bisa urus dirimu sendiri, ingat, jangan bergantung pada manusia, Aida! Itu hanya akan menimbulkan sakit hati! Hanya Tuhanmu tempatmu bergantung!"Aida tak ingin larut dengan kebodohan pikirannya yang sudah bergantung dan memang sudah merindukan Pria itu.Sruuuut!"Kenapa kamu menangis sih?"Aida
"Permisi saya mau membersihkan apartemennya!""Eehm, i-iya."Orang yang tadi membuka pintu itu memang sepertinya sudah hapal pin apartemennya karena memang sudah sering membersihkan apartemen tersebut. Tentu saja Aida menjawabnya agak sedikit kaku tadi tanpa persiapan diri.Ya ini udah tengah hari! Dan waktunya housekeeping untuk datang. Untung saja aku keluar tadi pakai kerudung.Aida lupa akan kehadiran housekeeping, dia pun tersenyum dan mengangguk meminta mereka untuk membersihkan dari lantai atas dulu baru lantai bawah dan setelah semuanya selesai di lantai bawah, baru membersihkan kamarnya sehingga kamar Aida yang terakhi
"Waaaah, belanjaanku dateng!"Mendengar suara bel pintu itu tentu saja Aida senang. Sesegera mungkin dia menyimpan kembali handphonenya ke sakunya dan ingin segera menuju pintu mengambil belanjaan itu dan bersembunyi di dalam kamarnya lagi tak ingin bertemu dengan siapapun yang nanti akan datang ke apartemen itu.Tapi kadang manusia membuat rencana.Tetap Tuhan yang menentukan apa rencananya akan terwujud atau tidak.Tidak mungkin kurir bisa membuka pintu kan?Sebelum Aida bahkan beranjak dari dapur, justru ada suara seperti suara orang membuka pintu sehingga dia hanya berdiri membe
"Huh, Sedang apa kau bicara dengannya?"Brigita dari tadi bicara terus dan sepertinya dia memang tidak menyadari kalau ada seseorang di sana yang lebih dulu bicara dengan Reiko.Matanya mengarah pada Aida dengan tatapan yang tak bersahabat."Dia baru belanja. Aku cuma cek belanjaannya aja," ucap Reiko sambil memberikan sebuah senyum tipis dan kecupan di dahi Brigita untuk membuatnya kembali terfokus pada Reiko."Apa dia belanja berlebihan?""Bukan. Bagaimana perjalananmu Bee? Ayo."
"Hah."Tapi Aida yang diam itu menahan tawanya sambil tangannya mengepal sempurna mendistribusikan energi penuh emosi dari dalam batinnya.Kata-katamu sendiri kemarin yang mengatakan padanya kalau kau tidak mau lagi berhubungan dengannya dan memintanya untuk membuat jarak bukan? pikir Aida yang mulai merasa mengerti kenapa Reiko tak muncul.Dan kenapa aku malah diam di sini? Bukankah bagus kalau dia tidak datang sampai jam enam? Dia bisa mengambil ini sendiri tanpa aku melihatnya. Pastinya dia kesal padaku karena kemarin itu. Jadi mungkin mulai saat ini, dia tak akan mau menemuiku lagi, bukan?Kesal sebenarnya
Sesaat setelah Reiko meninggalkan Aida di dapur."Bee, kamu bisa lepasin tanganku sekarang.""Sayang, tapi kamu beneran nggak apa-apa?"Saat mereka berdua sudah masuk ke dalam kamar, Reiko meminta Brigita untuk melepaskan tangannya. Tapi wanita itu masih bersikeras memegangnya sambil menanyakan kondisi kekasihnya itu."Aku udah nggak pa-apa, Bee,""Tapi kenapa bisa sampai kayak gini sih? Permasalahannya sejauh apa sih?""Sssh, ini kelalaianku sayang. Bukan salah orang yang memb