"Pak Reiko, luar biasa sekali! Saya tidak menyangka bahwa Anda akan berhasil membuat kota Kudus bukan hanya terkenal sebagai kota santri dengan simbol Sunan Kudus dan tempat lahirnya kretek, tapi rencana Anda yang sudah membuka pabrik kretek untuk masyarakat umum ditambah dengan banyak sekali sarana hiburan berkonsep wisata edukasi sebagai tempat belajar bagi masyarakat terutama bagi generasi muda kita untuk mengenal lebih jauh tentang petanian, budaya, peternakan, sejarah kota dan semua dikemas tak membosankan bahkan sangat menarik sekali, saya rasa ini luar biasa sekali."
"Terima kasih Pak Bupati, saya sangat mengapresiasikan pujian Anda dan semoga ini menjadi langkah awal saya bisa membangun kota ini menjadi sesuatu yang lebih dikenal lagi di Indonesia! Membantu warga kota juga selain untuk mendapatkan sarana hiburan yang mendidik untuk anak-anak mereka tapi bisa meningkatkan sumber perekonomian mereka saat Kudus m
Haduh, Mas Reiko kenapa membuatku malu sih! bukannya dia bilang dulu saat awal menikah, dia ndak mau menceritakan pada siapapun tentang hubungan kami tapi kenapa sekarang dia malah mengumumkan di depan mereka semua kalau aku adalah istrinya? Dan lihatlah! Di sekitar sini juga kan ada wartawan sih!Aida lemas sangat ketika mendengar pernyataan dari suaminya. Perasaannya serba salah dan campur aduk. Satu sisi ada rasa khawatir, satu sisi Aida juga merasa bahagia karena pengakuan Reiko. Tapi di sisi lain dia tak bisa berkata apapun untuk menyanggahnya padahal Aida juga tak tega pada Adiwijaya sebetulnya. Bukan saja karena mereka ada di muka publik alasannya.Tapi"Wah, luar biasa istrinya pPak Reiko, sudah cantik, imut-imut, manis wajahnya, masih muda dan pintar sekali memasaknya!"Pujian sudah diberika
"Reiko!""Kenapa Papa?" Mata Reiko mengarah pada Endra yang datang sendirian karena masih ada beberapa urusan yang tidak bisa ditinggalkan di Jakarta jadi Deni tidak ikut ke sana dan dia juga tidak mengajak istrinya karena khawatir masalah yang berhubungan dengan Reti masih membekas di benak Adiwijaya dan akan membuat suasana jadi tidak enak."Aku hanya mengatakan yang sebenarnya! Bukannya lebih baik kita berkata jujur saja daripada harus menyembunyikan sesuatu yang hanya akan menyesakkan diri sendiri?" tambah Reiko lagi."Dan terlalu banyak berpura-pura itu bukankah tidak baik?" Kini pria itu tersenyum sambil menaruh satu tangannya yang tidak merangkul Aida ke dalam sakunya.Di sini, Seno yang baru datang mendekat karena diberi kode oleh ayahnya dan tidak disadari oleh siapapun yang ada di sana juga merasaka
"Aida."Adiwijaya yang mendengar ucapan Aida yang langsung meletup begitu saja karena dia sudah meradang dan emosi refleks memanggil nama gadis itu dan membuat ekor mata Aida melirik pada pria paruh baya itu"Mohon maaf Romo, aku sudah ambil keputusan seperti itu dan aku sudah meminta Mas Reiko buat janji sama aku seperti tadi. Aku ndak main-main dengan apa yang tadi aku katakan. Mas Reiko cuma bisa milih antara perusahaan itu atau aku!" Aida menengok pada suaminya tegas sebelum kembali lagi pada Adiwijaya."Dan aku lihat Mas Reiko memang punya potensi di tempat lain. Kenapa juga dia harus mengurus perusahaan Adiwijaya grup yang hanya bisa membuat dirinya stress sangat? Terlalu banyak intrik dan membuatku lelah! Melihat Mas Reiko kerja dari jam tiga pagi sampe tengah malam, kok ya suamiku jadi kaya robot!" Aida makin berani.
"Nessay, hentikan!" Reyhan yang melihat ketakutan di wajah Hartono berusaha menghentikan istrinya."Di sini banyak orang jangan buat keributan!" Reyhan bicara perlahan, dia berusaha menenangkan istrinya."Bang Rey, ucapannya Mas Reiko tadi itu pasti nyindir sama Papaku sama Bang Rey juga! Aku nggak bisa lah biarin kayak gini aja! Kita juga dateng ke acara ini bukan untuk ngambil harta Adiwijaya Grup. Emang dikiranya kita kekurangan uang? Papa biar gak sekaya Pakde Endra juga ga kepengen kok ama harta Adiwijaya."Tak menginginkan harta Adiwijaya? Bahkan hasil design-ku yang masih di bawah kekayaan Adiwijaya grup juga dia pengen! seru hati Reiko yang memikirkan project-nya dengan Aurora corps.Reiko bahkan tersenyum simpul mendengar ucapan Vanessa yang sempat di lirik oleh istri Reyhan itu.
"Ai--"Reiko tak tahu harus berkomentar apa dia mencoba memanggil istrinya menyadarkan kalau Aida sudah terlalu emosional sampai menyinggung soal masa lalu kakeknya. Dan mungkin anak-anak Kakeknya juga tak ada yang tahu.Di sana juga Reiko bisa melihat kalau Endra dan Hartono juga terlihat cemas, kaget dan tak menyangka soal yang dikatakan Aida."Kakek menjodohkanku dengan Mas Reiko karena rasa bersalah Kakek bukan pada Kakekku? atau pada Neneknya Mas Reiko karena sudah memisahkan mereka? Atau pada keduanya?"Sekali disulut emosinya Aida memang bisa merembet kemana-mana!Masalah ini sudah diketahui oleh Aida sebelum mereka pergi ke Abu Dhabi.Tapi Aida tak pernah menyindir ini pada Adiwijaya dulu. Dia mencoba menahannya sendiri dan tak
"Reiko!""Maaf Papa, percuma Papa mencoba membujukku atau mencoba untuk membuatku berubah pikiran. Aku tak akan mengubahnya Papa. Karena cuma satu yang bisa membuatku mengubah itu." Reiko lalu menatap istrinya."Kalau Ai memintaku."Endra tentu tahu bagaimana sikap dari putranya. kalau Reiko sudah memutuskan seperti ini, bocah itu keras kepala dan dia akan tetap pada pendiriannya.Lalu bisa apa dia?"Aku permisi Papa, Kakek, Pak Lek Hartono, Rey dan Nessa."Kini netra Reiko mengarah pada sepupu perempuannya."Sebaiknya kamu hati-hati sebelum mulai bicara dan memutuskan untuk menentang seseorang. Kalau kamu memang tidak tahu duduk permasalahannya lebih baik kamu bertanya dulu pada orang yang memang pa
"Bukan Romo ini bukan buatanku! Ini ide dari Aifah dan aku hanya membantu saja mewujudkannya."Endra mencoba mengklarifikasi supaya Adiwijaya tak salah paham.Meski sebenarnya design memang milik Endra. Dia yang menggambarnya. Hanya saja, Aifah yang menceritakan tentang keinginanya membuat itu. Aifah tak bisa menggambar arsitektur. Dia hanya memberi ide yang mengeksekusi adalah Endra. Setelahnya Aifah baru memberikan gambar design ruangnya.Tapi ide ini sebenarnya tidak ingin diwujudkan oleh Aifah di lahan pabrik Adiwijaya. Dia ingin membuat di tempat lain, di dataran tinggi. Di sekitaran pegunungan. Hanya saja Endra belum kepikiran lahan seluas itu di mana yang bisa didapatkannya kala itu. sementara agar gambarnya jadi, di dekat pabrik ini dulu yang ada dalam benaknya untuk contoh saat Endra mencoba menggambarkannya.
"Endra--""Maaf Romo aku tidak bermaksud menyerang putramu. Permisi."Setelah menundukkan kepala saat itu juga Endra pergi meninggalkan tempat itu tanpa mempedulikan siapapun lagi yang ada di sana. Menyisakan Adiwijaya yang menatap punggung putranya dengan perasaan sendu.Pedih hatinya. Panas rasa di pelupuk matanya, tapi bibirnya tetap diam membisu. Jelas hati Lesmana jadi mencelos."Tuan besar, semua akan baik-baik saja. Ayo silakan duduk dan minum dulu supaya lebih tenang dihadapan tamu-tamu"Lesmana yang merasa khawatir sudah membawakan obat dan air untuk Adiwijaya. Lesmana sama sekali tak peduli dengan para tamu itu. Kesehatan Adiwijaya adalah yang terpenting untuknya. Semua itu hanya alasan untuknya membujuk."Ada anakmu yang meng
"Biar kubantu. Dan biarkan Reizo menenangkan dirinya dulu."Dan tiba-tiba seseorang datang, padahal tadi dia tidak ada di sana."Tuan Rafael mohon bantuannya."Dokter Juna dan Rafael akhirnya yang menggali sedangkan Reizo sendiri dalam kondisi dia yang tidak tenang. Irsyad menunggu mayat dengan terus saja bertasbih. Dia tidak meninggalkan Aida, meski dia juga tidak menyentuhnya. Hanya memastikan selalu terdengar tasbih dan sholawat di dekat mayit."Allahu Akbar."Dan tiba-tiba saja dokter Juna meninggikan suaranya. Dia kaget betul dengan apa yang dilihat nya sekarang."Raizo berdiri di sini. Atau kau duduk di sini dan teruslah tasbih. Kasihan Aida."Irsyad terpaksa menarik Reizo untuk mendekat pada Aida, sedangkan dirinya cepat-cepat menuju ke liang lahat.Subhanallah, air matanya ingin tumpah sedangkan dokter Juna juga kebingungan."Bahkan bekas daerah-darahnya juga sudah hilang. Kulitnya kembali seperti semula. Tapi dia tidak bernyawa.""Dia mirip seperti Reizo, tapi dia pucat.""Iy
"Aku tahu. Kau jangan banyak bicara!”"Ya sudah, mulailah Reizo, atau lebih baik kau suruh saja Irsyad yang melakukannya kalau memang kau tidak sanggup.""Aw … ehm ... Irsyad, kau saja yang lakukan. Aku tidak bisa."Sudah seperti yang dipikirkan oleh Irsyad, karena memang saat ini pria itu sedang benar-benar terpukul. Apa yang terjadi pada pikirannya, tapi sungguh dia memang merasa marah dan campur aduk yang tak jelas."Allahu Akbar Allahu Akbar."Dan suara lantunan azan yang begitu merdu itu pun tidak bisa membuat pria itu fokus.Aku tidak bisa menyelamatkanmu dulu dan itu semua karena aku datang terlambat. Tapi kini aku juga tidak bisa menyelamatkan istrimu, karena kemarahanku padanya. Aku meninggalkannya dan aku pikir memang dua rekanku menjaganya. Aku tidak buru-buru mencarinya. Ini semua salahku. Mungkin memang aku tidak pantas untuk menjaganya? Dan sebenarnya apa perasaanku padanya? Kenapa aku seperti makin lama makin ingin tahu tentang dirinya? Tapi kenapa dia begitu bodoh? Ken
"Innalillahi wa innalillahi roji'un."Irsyad yang lebih dulu menyadari tentang kepergian seseorang yang sangat dicintainya.Tak tahulah dia harus bagaimana. Tangannya masih menjahit bekas luka saat tadi mengeluarkan bayi. Dan matanya kini basah dengan air mata yang berusaha untuk ditahan olehnya."Hey, bangun! Jangan main-main! Buka matamu!" Tapi lain Irsyad, lain juga pria yang ada di samping Aida yang tadi diberikan oleh Aida rambutnya yang memang rontok. “Bangun! Buka matamu!" Pria itu kembali memaksa."Reizo, kau memintanya bagaimanapun, dia tidak akan bangun. Lukanya terlanjur parah. Lambungnya tersayat, asam lambung di lambungnya menyebar di tubuhnya dan kau tahu? Asam lambung itu sangat berbahaya. Dia bisa melukai dan membakar organ lainnya. Ditambah lagi… lihat ini. Beruntung Aida melahirkan bayinya lebih cepat. Aku tidak tahu kalau ditunda lagi, mungkin bayi-bayi itu juga akan terkena masalah dengan sel kankernya. Pertumbuhan tidak normal dan kau bisa lihat sendiri."Memang a
"Aida."Mereka semua kaget melihat ada beling yang menancap di tubuh Aida dari belakang dan tembus ke depan. Wanita itu pun agak kesulitan untuk bicara."Kau."Leo sudah memegang senjatanya untuk menembak orang di belakang Aida."Kau tidak akan pernah bisa mendapatkan kami. Chip itu sudah kami bawa."Tapi Alexander yang terluka parah, dia juga bisa menggunakan transportasi. Dan Alexander kloningan yang ada di belakang Aida sudah mengambil chip itu. Di saat yang bersamaan, Alexander yang terluka menghilang lalu dia mendekat pada Alexander yang baru keluar dari kapsul lalu membawa pria itu pergi. Sisa sembilan kapsul lagi yang kacanya pecah sekarang.DOOR DOOR DOOR!Makanya Leo yang sudah memegang senjata cepat-cepat mengarahkan senjatanya ke kepala mereka."Aida!” Dan kini Dokter Juna dengan cepat berusaha untuk masuk mengambil Aida."Cepat bawa dia ke rumah sakit!”Rafael yang bicara, lalu dia menatap Jo dan Leo, dia sudah mengaktifkan peledaknya.“Kita harus cari atau semua orang di
"Ah tidak. Aku hanya mendengar cerita dari Alan.”"Dan Alan." Kini Alexander menunjuk pada Aida dengan senyum kecut di bibirnya. "Kalau bukan karena ada pengkhianat seperti dirinya, aku pasti menang dari Rafael," ujarnya lagi dan kini dia menekankan sambil berjalan mendekat pada Aida."Bisakah kau berdiri diam di sana dan tidak mendekat padaku? Aku risih jika bukan suamiku dekat padaku.""Dan kau tahu? Aku menyukaimu. Kau bisa hidup damai denganku dan bekerja denganku. Untuk menjadi suamimu aku juga tidak masalah. Karena kau adalah wanita yang menarik. Hanya saja, aku harus tekankan padamu keselamatanmu itu bergantung pada keloyalanmu padaku dan aku tidak suka pengkhianatan.""Ehm, kenapa kau menyimpan gudang senjata di apartemen suamiku?""Oh, kau membicarakan senjata di lemari yang baru kebuka?”Aida tak mau Alexander mendekat lagi sehingga dia kembali menanyakan sesuatu untuk mendistraksinya.Tipe orang yang suka show of. Aku harus membuatnya menceritakan semua hal. Ini adalah cara
"Terlalu jauh kalau harus membunuhmu. Aku tidak bisa melawanmu karena sekarang aku juga sedang mengandung. Tapi coba keluarkan dulu saja masnya supaya kau tidak membuang waktuku lebih lama berdiri.""Ah … kau pasti lelah. Kau ingin duduk?” tanyanya lagi.“Kau tunggu di sini! Biar kuambilkan kursi dari ruang kerja suamimu supaya kau bisa duduk.”Dia cukup baik juga. Bisik hati Aida lagi. Sesuatu yang membuat dirinya juga penasaran.Ada sisi baiknya. Apakah ini dari gen yang dimiliki oleh ayahnya Tuan Rafael? Dan ada sisi buruknya, apakah ini dari gen yang dimiliki oleh temannya Tuan Rafael? Karena dia memiliki gabungan gen yang berbeda.Aida tak peduli larangan Alexander untuk mengambil sesuatu dari ruang kerja suaminya, tapi dia sempat mendekat pada tempat emas dan mengambil sesuatu dari sana. Sesuatu yang diselipkan di balik kerudungnya. Di tempat yang tidak bisa terlihat oleh siapa pun tentu saja."Kau duduklah di sini!”"Terima kasih." Aida menjawab dengan ucapan sesantai itu dan d
"Kau sudah mengecek semua isi ruangan di sini?" Aida bertanya masih dengan posisinya berdiri di belakang dinding."Tentu saja. Aku mengecek semuanya termasuk semua lingerie yang kau punya. Wow. Ini sangat menarik sekali. Kau tidak memiliki dua bagian penting bagi tubuh wanita, tapi kamu miliki banyak sekali lingerie. Untuk apa kau memakai itu?"Wajah Alexander seakan-akan ingin menertawai Aida. Dan Aida juga tahu alasan kenapa dia harus memiliki baju itu."Lucu, ya? Aku pun merasakan hal yang sama. Tapi itu kemauan suamiku. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan, tapi dia memintaku untuk memakai itu.”"Sepertinya dia sangat suka berkhayal.”"Tidak. Dia bukan orang yang suka berkhayal. Dia adalah orang yang menggunakan logikanya. Dia lebih baik daripada aku.""Tapi untuk apa dia memberikanmu ini?""Menurutmu untuk apa?" tanya Aida di bibirnya.Setidaknya aku bisa mengulur waktu. Aku harus bisa membuat dirinya banyak bercerita sampai ada orang yang menyelamatkanku, pikir di dalam hati Aid
"Selamat datang di tempat tinggalku.""Ini adalah rumahku. Ini adalah apartemen milik Mas Reiko-ku. Bagaimana kalau bisa bilang kalau ini adalah tempat tinggalmu?" Aida pikir, dia akan dibawa ke mana oleh orang yang menculiknya, tapi lagi-lagi dia dibawa ke apartemen yang dulu ditempati bersama dengan suaminya."Haha, tapi sayangnya dia sudah tidak ada di sini. Dan tempat ini aku yang tinggali. Kau sendiri juga tidak meninggalinya.""Apa yang kau cari di sini?""Haha. Kau sangat curigaan sekali."Sebenarnya Aida tidak melucu dan dia bertanya serius, tapi pria yang ada di hadapannya justru selalu saja tertawa setiap kali mendengar pertanyaan darinya. Aida yakin sekali ada sesuatu yang dicari oleh Alexander di sana. Sesuatu yang tidak bisa dia dapatkan."Relax. Kau baru sampai di rumahku sebaiknya kau bersantai dulu. Kenapa mundur terus? Kau mau ke mana, hmm? Ruangan ini tetap segini saja. Dan di belakangmu sudah ada rak buku."Pria di hadapan Aida terus maju karena itulah dia berusaha
"Romo, kami sudah cari ke mana-mana tapi tidak ada. Di rumahnya Pakde Waluyo juga nggak ada, terus kita udah cari di sekeliling rumah Romo juga nggak ada. Tadi aku tanya sama ibunya Mbak Aida juga nggak ada di dalam kamarnya.""Lah, ke mana Aida? Apa mungkin dibawa sama Reizo atau dia ketemu sama Dokter Juna? Tadi itu kan Raditya ngebicarain soal Dokter Juna dan mungkin aja dia cerita ke Dokter Juna kalau dia habis ngomong sama Raditya?""Bisa jadi, Romo. Tapi tadi aku telepon Mbak Aida handphone-nya ketinggalan tuh. Dia ndak bawa handphone.""Mungkin sengaja handphone-nya ndak dibawa supaya ndak ketahuan sama Reizo dia ke mana.""Tapi kan mereka punya alat-alat yang sama. Pasti bisa komunikasi, Romo. Soalnya kata Mbak Aida itu kalau sudah pakai itu, semuanya bisa saling komunikasi. Terus mereka juga sudah tahu di mana letak koordinat masing-masing.""Yo embuh, aku ndak tahu, lah. Lagian kamu kalau udah tahu kayak gitu kok malah nanya sama orang yang nggak tahu?""Hehehe. Habisnya aku