"Nessay, hentikan!" Reyhan yang melihat ketakutan di wajah Hartono berusaha menghentikan istrinya.
"Di sini banyak orang jangan buat keributan!" Reyhan bicara perlahan, dia berusaha menenangkan istrinya.
"Bang Rey, ucapannya Mas Reiko tadi itu pasti nyindir sama Papaku sama Bang Rey juga! Aku nggak bisa lah biarin kayak gini aja! Kita juga dateng ke acara ini bukan untuk ngambil harta Adiwijaya Grup. Emang dikiranya kita kekurangan uang? Papa biar gak sekaya Pakde Endra juga ga kepengen kok ama harta Adiwijaya."
Tak menginginkan harta Adiwijaya? Bahkan hasil design-ku yang masih di bawah kekayaan Adiwijaya grup juga dia pengen! seru hati Reiko yang memikirkan project-nya dengan Aurora corps.
Reiko bahkan tersenyum simpul mendengar ucapan Vanessa yang sempat di lirik oleh istri Reyhan itu.
"Ai--"Reiko tak tahu harus berkomentar apa dia mencoba memanggil istrinya menyadarkan kalau Aida sudah terlalu emosional sampai menyinggung soal masa lalu kakeknya. Dan mungkin anak-anak Kakeknya juga tak ada yang tahu.Di sana juga Reiko bisa melihat kalau Endra dan Hartono juga terlihat cemas, kaget dan tak menyangka soal yang dikatakan Aida."Kakek menjodohkanku dengan Mas Reiko karena rasa bersalah Kakek bukan pada Kakekku? atau pada Neneknya Mas Reiko karena sudah memisahkan mereka? Atau pada keduanya?"Sekali disulut emosinya Aida memang bisa merembet kemana-mana!Masalah ini sudah diketahui oleh Aida sebelum mereka pergi ke Abu Dhabi.Tapi Aida tak pernah menyindir ini pada Adiwijaya dulu. Dia mencoba menahannya sendiri dan tak
"Reiko!""Maaf Papa, percuma Papa mencoba membujukku atau mencoba untuk membuatku berubah pikiran. Aku tak akan mengubahnya Papa. Karena cuma satu yang bisa membuatku mengubah itu." Reiko lalu menatap istrinya."Kalau Ai memintaku."Endra tentu tahu bagaimana sikap dari putranya. kalau Reiko sudah memutuskan seperti ini, bocah itu keras kepala dan dia akan tetap pada pendiriannya.Lalu bisa apa dia?"Aku permisi Papa, Kakek, Pak Lek Hartono, Rey dan Nessa."Kini netra Reiko mengarah pada sepupu perempuannya."Sebaiknya kamu hati-hati sebelum mulai bicara dan memutuskan untuk menentang seseorang. Kalau kamu memang tidak tahu duduk permasalahannya lebih baik kamu bertanya dulu pada orang yang memang pa
"Bukan Romo ini bukan buatanku! Ini ide dari Aifah dan aku hanya membantu saja mewujudkannya."Endra mencoba mengklarifikasi supaya Adiwijaya tak salah paham.Meski sebenarnya design memang milik Endra. Dia yang menggambarnya. Hanya saja, Aifah yang menceritakan tentang keinginanya membuat itu. Aifah tak bisa menggambar arsitektur. Dia hanya memberi ide yang mengeksekusi adalah Endra. Setelahnya Aifah baru memberikan gambar design ruangnya.Tapi ide ini sebenarnya tidak ingin diwujudkan oleh Aifah di lahan pabrik Adiwijaya. Dia ingin membuat di tempat lain, di dataran tinggi. Di sekitaran pegunungan. Hanya saja Endra belum kepikiran lahan seluas itu di mana yang bisa didapatkannya kala itu. sementara agar gambarnya jadi, di dekat pabrik ini dulu yang ada dalam benaknya untuk contoh saat Endra mencoba menggambarkannya.
"Endra--""Maaf Romo aku tidak bermaksud menyerang putramu. Permisi."Setelah menundukkan kepala saat itu juga Endra pergi meninggalkan tempat itu tanpa mempedulikan siapapun lagi yang ada di sana. Menyisakan Adiwijaya yang menatap punggung putranya dengan perasaan sendu.Pedih hatinya. Panas rasa di pelupuk matanya, tapi bibirnya tetap diam membisu. Jelas hati Lesmana jadi mencelos."Tuan besar, semua akan baik-baik saja. Ayo silakan duduk dan minum dulu supaya lebih tenang dihadapan tamu-tamu"Lesmana yang merasa khawatir sudah membawakan obat dan air untuk Adiwijaya. Lesmana sama sekali tak peduli dengan para tamu itu. Kesehatan Adiwijaya adalah yang terpenting untuknya. Semua itu hanya alasan untuknya membujuk."Ada anakmu yang meng
"Vanessa, jaga bicaramu!""Salah emang aku bicara kayak gitu, Papa?"Vanessa memang kadang sering sekali menyeletuk asal saja!Ini pula yang membuat Adiwijaya mencoba lebih bersabar."Aida bukan orang yang buruk dan dia bukan orang lain bagi keluarga kita. Sama sepertimu dan suamimu, Nduk. Dan dia itu anak baik, Nduk." Adiwijaya membuat Vanessa mengalihkan matanya dari Hartono kepadanya."Benar yang Aida bilang, dia tidak akan menyerang kalau dia tidak diserang. Tadi itu kamu menyerangnya lebih dulu. Dia tidak suka kalau suaminya dihina orang lain sama sepertimu yang tidak suka Kalau suamimu dihina oleh orang lain! Dan aku kira ini yang membuat dirinya tadi sangat emosional.”"Ya tapi tadi Mas Reiko yang nyerang Papaku duluan sama
"Iya, maaf Romo. Tadi saya pergi ke rumah ayah saya Waluyo tapi tidak ada orang di sana dan kata tetangganya dia datang ke acara ulang tahun pabriknya Romo.""Oalah, kamu nyari Bapakmu toh dokter Juna?""Iya Romo. Tapi tadi pas ditanya tetangganya saya bilang saya teman menantunya yang dulu datang ke nikahan anaknya," pria itu mengangguk tapi wajahnya terlihat cemas."Romo kenapa ya? Kok pucat sekali?"Makanya dia bertanya pada Adiwijaya karena cemasnya bukan memikirkan tentang Waluyo tapi kondisi Adiwijaya."Oh, masa to?""Hmmm... Boleh saya periksa Romo dulu sebentar?"Kedatangan dokter Juna bukan untuk mengecek kondisi Adiwijaya sebetulnya. Ada yang ingin dia bicarakan dengan Waluyo.
"Hmm. Aku memang ingin bertemu dengan Ayahku tapi tidak masalah kok kalau aku sekarang ngobrol juga dengan Romo."[Yang masalah itu aku! Kau cepatlah kembali ke sini kalau tidak ada pekerjaanmu di sana! Kalau tidak jadi bertemu dengan Ayahmu di sana! Banyak yang harus kita kerjakan sekarang, masa ya aku mengerjakan sendirian tanpa teman diskusi?][Sebentar Alan. Aku bicara seperti itu padanya untuk menenangkannya saja.]"Kamu ini memang anak yang sangat baik! Aku yakin sekali ini nurun dari Ibumu Sulastri karena kalau nurun dari Ayahmu pasti kamu itu tidak akan seperti ini sikapnya padaku.""Eleh, roman-romannya di sini ada sesuatu yang tidak menyenangkan! Selalu saja aku dijelek-jelekin."Ada suara seseorang yang membuat mereka semua menengok ke sumber suara.
[Untung Kakek tua itu mengingatkan Ayahmu tentang keberadaanmu! Kalau tidak sekarang juga aku akan memencet tombol untuk membalikkanmu ke sini!]Alan memang dari tadi sudah cerewet sekali pada dokter Juna. Dan selama Waluyo bicara dengan Adiwijaya dia terus saja mengoceh mengomentari, ingin cepat-cepat menyuruh dokter Juna memotong pembicaraan itu dan bicara lebih dulu dengan Waluyo.Tapi sikap dokter Juna memang tidak enakan. Dia juga ikut berkomentar pada Alan untuk menyuruhnya bersabar!Tapi tahu sendiri kan seberapa kuat Alan bersabar?"Ehm, kamu mau bicara dulu atau mau jalan-jalan dulu? di sana itu kayaknya bagus loh! Mending kita bicaranya nanti saja, kita jalan-jalan dulu! Nanti baru kita makan sambil bicara!"[Minta dia bicara sekarang padamu! Kalau tidak aku akan