[Untung Kakek tua itu mengingatkan Ayahmu tentang keberadaanmu! Kalau tidak sekarang juga aku akan memencet tombol untuk membalikkanmu ke sini!]
Alan memang dari tadi sudah cerewet sekali pada dokter Juna. Dan selama Waluyo bicara dengan Adiwijaya dia terus saja mengoceh mengomentari, ingin cepat-cepat menyuruh dokter Juna memotong pembicaraan itu dan bicara lebih dulu dengan Waluyo.
Tapi sikap dokter Juna memang tidak enakan. Dia juga ikut berkomentar pada Alan untuk menyuruhnya bersabar!
Tapi tahu sendiri kan seberapa kuat Alan bersabar?
"Ehm, kamu mau bicara dulu atau mau jalan-jalan dulu? di sana itu kayaknya bagus loh! Mending kita bicaranya nanti saja, kita jalan-jalan dulu! Nanti baru kita makan sambil bicara!"
[Minta dia bicara sekarang padamu! Kalau tidak aku akan
[Biarkan dokter Juna bicara dan menyelesaikan urusannya di sana Alan!]Baru juga Alan ingin memencet tombol dan mengembalikan dokter Juna ke tempatnya berada karena dia sudah sangat kesal sekali menunggu, tapi suara seseorang yang tak bisa dibantah olehnya sudah terdengar di telinganya.[Rafael jangan bilang dari tadi kau menguping pembicaraan kami!][Hmmm. Dan saat ini adalah waktunya aku memberikan perhitungan padamu. Kau tadi mengomen sendiri dan kau bilang apa tentang aku?][Hei aku cuma bercanda lah! Aku hanya ingin menakut-nakuti dokter Juna supaya dia cepat kembali. Aku tidak sungguh-sungguh bilang kalau kau adalah kanibal. Singa yang sanggup memakan anak singa. Itu kiasan.]Alan membela diri karena memang dari tadi dia ngedumel terus mengomel tentang Rafael.
"Oh bukan begitu maksudku. Aku justru senang karena kamu adalah putraku. Tapi masalahnya sekarang ini jadi tambah ruwet!"Waluyo bingung sendiri bagaimana menjelaskannya tapi dokter Juna sudah memberikan senyumnya sangat sabar sekali dia tidak bicara dan hanya menunggu Waluyo menyelesaikan penjelasannya yang digantung barusan."Apa Ibumu benar-benar menderita dengan Ayah sambungmu itu? Dia ndak pernah memberikan kebahagiaan pada Ibumu?"Pertanyaan yang membuat dokter Juna tersenyum."Jadi yang Ayah takutkan bukan aku adalah anak Ayah atau bukan tapi kalau aku anak Ayah seberapa tersiksanya Ibu hidup bersama kami dulu? itu kah beban di pikiran Ayah?""Hmm."Waluyo tidak bisa berbohong pada dokter Juna karena memang inilah kekhawatiran te
"Ai, kok kamu diam aja sih dari tadi?"Di dalam mobil setelah meninggalkan lokasi pabrik Aida memang tidak bicara apapun dan setelah setengah jam berkendara Reiko mencoba untuk menyapa istrinya hanya sekedar memastikan kalau Aida memang tidak kenapa-napa dan tidak stres."Yang pertama memang kita mau bikin perusahaan kayak franchise gitu Mas?""Oh, itu! Kamu kepikiran itu?" Jelas saja Aida yang dilirik Reiko sebentar itu mengangguk."Aku memang kepikiran soal itu. Makanya semuanya sudah aku persiapkan dari awal. Ada lagi yang mau kamu tanyakan?""Jadi itu emang desain Papanya Mas Reiko?""Hmm. Aku sudah bilang Papaku adalah seorang yang memiliki bakat menjadi arsitek. Tapi kondisi membuat dirinya tidak mungkin melakukan itu. Ya aku hany
"Udah, biarin Ai! aku Kakak mereka dan aku yang pengen ngebahagiain mereka. Kamu nggak bisa ngelarang aku buat ngewujutin impian mereka. Lagian, hanya sekedar wastafel aja kok!"Setelah Reiko mengecup Aida dan wanita itu diam akhirnya barulah Reiko bicara seperti tadi."Aku sudah berjanji akan menjaga keluargamu. Sebelum kita menikah aku mengatakan itu dan sekarang inilah caraku. Aku ingin sedikit memanjangkan mereka dan menyayangi mereka. Jadi apapun yang aku berikan pada mereka jangan membuatmu meninggikan suara pada mereka!""Heish, Nak Reiko. Mari duduklah! Kamu ini baru datang dan baru saja nyetir mobil perjalanannya juga jauh! Jadi duduk dulu, santai dulu dan jangan banyak pikiran. Sebentar Ibu bikinin minum, ya!"Pantang bagi keluarga Aida mengganggu seseorang yang baru saja datang ke rumah. Mereka har
"Masakan Ibu enak sekali! Pantas saja Aida jadi pandai memasak pasti karena Ibu yang mengajarinya kan?""hihihi, semua anak Ibu memang selalu diajarkan memasak Mas! Tapi memang mbak Aida yang paling pintar. Aku sama Mbak Arum nggak ada yang bisa masak seenak masakan Mbak Aida!"Obrolan di dapur setelah Reiko mencoba masakan Ratna.Dan karena mereka menyinggung Aida tentu saja pria itu menyadari kalau tidak ada istrinya yang datang ke meja makan."Ai?"Makanya dia mencoba memanggil nama itu."Eh ndak ada lo anaknya!"Ratna yang sadar kalau Reiko mencari istrinya dia menengok ke arah ruang tamu.Dia juga baru menyadari kalau putrinya tidak ikut Ningrum ke meja makan
"Ai! Kenapa sih kamu ngomongnya kok sinis banget ke aku?"Untung saja Aida tadi tidak mengenali ruangan di lantai atas. Itu yang membuat dia beberapa kali salah membuka pintu kamar.Jumlah kamar dulunya cuman ada tiga. Yang pertama milik ibunya yang ada di lantai dasar lalu kamar dirinya, Arum dan Lestari dalam satu kamar dan kamar Lingga. Dari dulu lingga tidur sendiri.Tapi di sini yang dilihat Aida jumlah kamarnya ada lima. Tak ada lagi kamar di lantai bawah. Itu yang membuat dirinya bingung. Lantai atas juga lebih luas. dulu kecil. Tak semua di cor. Dan Aida beberapa kali salah masuk kamar sampai akhirnya dia membuka pintu kamarnya sendiri namun di saat itu Reiko tadi menghentikannya.Inilah yang membuat wajah Aida semakin sewot."Udah sana makan aja! Aku mau istirahat
Heish, aku mengangkat telepon sekarang dia ngambek keluar. Tapi sekarang yang meneleponku adalah Bee. Tidak mungkin aku mengejarnya sekarang. Aku tidak mungkin Bee dihadapan orang tuanya.Aida baru saja keluar dari kamar di saat Reiko menyebut nama kekasihnya yang terhubung dengannya di ujung telepon disaat yang bersamaan.Brigita: Apa maksudnya ini? Shandra baru saja memberitahukan padaku kalau ada berita di televisi di saluran bisnis katanya kamu baru saja mengumumkan di acara ulang tahun pabrik kalau kamu sudah punya istri.Pertanyaan yang sulit sudah terdengar di telinga Reiko, jelas saja dia belum bisa mengejar Aida dan belum tahu ke mana wanita itu pergi.Katanya tadi dia wudhu mau sholat Ashar. Tapi kenapa dia malah kabur? Apa dia sholat di kamar sebelah? Tadi kan dia bawa sajadah di tasnya memang selalu ada mukena.Bukannya menjawab pertanyaan Brigita, Reiko malah terpikir sesuatu yang lain yang berhubungan dengan istrinya saat ini.Karena itulah,Brigita: Kau masih ada di san
"Aish. Belum jelas permasalahannya apa dia sudah minta putus dariku?"Reiko menyugar rambutnya ke belakang dengan matanya yang menatap ke arah layar ponselnya, sangat pening sekali pikirannya."Belum juga selesai satu urusan saat ini sudah ditambah lagi dengan urusan lain. Belum juga aku menjelaskan apa duduk permasalahannya dia sudah minta putus padaku."Sungguh Reiko tidak percaya kalau Brigita akan mengambil sebuah keputusan yang ekstrem.Apa permasalahannya sampai harus ada kata putus?Berapa lama mereka sudah berhubungan?Bukankah selama ini sudah banyak halang rintangan yang mereka hadapi? Bukankah selama ini mereka berdua juga sudah sama-sama berusaha untuk menerima satu dengan yang lainnya? Tapi kenapa Brigita tidak bisa mengerti dirinya dan langsung mengambil keputusan untuk putus?"Mungkin memang benar hubunganku dengannya terlalu menyakitinya. Dia masih bersabar dan tidak bisa bertemu denganku bahkan sebelum aku berangkat ke Abu Dhabi terakhir kali. Aku tidak punya waktu de