"Aish, aku pikir kamu mau bilang apa." Reiko tetap maju.
"Tapi Pak."
"Diam. Jangan buang waktuku. Aku masih banyak urusan nih."
Jelas saja ucapan Aida itu tidak dipedulikan oleh orang yang kini mengangkat tubuhnya.
"Sudah cepat lakukan."
"Tapi siapa yang bisa keluar kalau diliatin kayak gini langsung, diplototin juga."
"Ah, aku dulu sama Brigita sering jalan-jalan pagi, banyak tuh pemilik binatang peliharaan yang keluar-keluar…."
&nbs
Jangan bodoh Aida. Tidak mungkin dia memikirkan tentang dirimu. Yang ada di benaknya hanyalah bagaimana kalau dia ke Bali, dokter Silvy datang ke sini. Aida mencoba untuk berpikir jernih.Di saat yang bersamaan:Brigita: Jadi kamu tidak mau datang menjemputku ke sini? Sibuk sekali, kah?Reiko: Jangan mancing-mancing lagi, My Queen.Cih. Mancing-mancing? Pasti mereka ingin membicarakan sesuatu yang manis-manis begitu kan? Kenapa juga harus mengotori telingaku kalau mereka ingin melakukan itu? Ish.Mana Aida tahu apa yang dimaksud Reik
"Sssh."Antara gemas dan pening setelah Brigita menutup teleponnya perasaan Reiko jadi tidak karuan."Ada lagi tidak yang kamu butuhkan?"Tapi meskipun hatinya sedang tidak jelas, Reiko masih berusaha fokus pada apa yang ada di hadapannya, tak mengumpat, tak menunjukkan sikap apapun yang membuat Aida berekspektasi negatif."Tidak ada, Pak. Aku enggak butuh apa-apa termasuk ke kamar mandi. Aku hanya ingin tidur.""Jadi tidur yang kamu lakukan setiap pagi makanya kamu nggak pernah keluar dari kamar pagi hari?"
Aida: Assalamualaikum kakek. Lagi apa kakek? Aku lagi senggang ini. karena aku sendirian di sini....(Aida diam sejenak sambil menunjukkan lingkungan di sekitarnya dengan kamera belakang)Aida: Tuh nggak ada siapa-siapa kakek lihat kan? Cuman ditemani sama apel aja.(Aida menunjukkan apelnya)Aida: Aku nggak ada kerja. Tadinya aku mau telepon Lingga tapi kan dia sekolah. Ini masih hari Kamis kan? Jadi jam segini ndak ada orang. Lestari sama Arum juga sama, mereka sekolah. Kalau aku telepon ibu, nanti ibu pikir aku kenapa-napa. Telepon temenku, ndak enak mereka lagi sibuk buat persipaan kuliah. Makanya aku telepon kakek. Kakek sibuk ngga
Aida: Kakek serius kan? Atau, kakek cuma mau nyenengin aku doang?Adiwijaya: Masa kakekmu ini pura-pura!Aida: Jadi kakek serius mau nolongin aku?Senang bukan kepalang Aida ketika mendengar ini bahkan dia kini menghapus air matanya dan tersenyum bahagia.Dia nggak akan tahu kalau aku nangis gara-gara ini. Aku akan bilang kalau aku kangen saja sama adikku. Ya, kalau dia ngelihat di CCTV. Dia nggak akan dengar kan apa yang aku katakan? bisik hati Aida yang memang tidak bisa menutupi kebahagiaannya dengan campur aduk perasaannya.Adiwijaya: Iya. Kake
(Sesaat setelah Adiwijaya menutup teleponnya)"Kamu sudah dengar semua kan yang dikatakan sama cucu mantuku?"Saat ini sudah tidak ada lagi senyum kelembutan yang diberikan oleh Adiwijaya. Dia tidak perlu berpura-pura apapun di hadapan Lesmana."Dengar Tuan Besar." Pria yang ditanya pun tahu kalau dirinya sedang diajak bicara serius sekarang. Lesmana menunjukkan keseriusannya seperti mereka memang sedang berbisnis."Menurutmu dia berbohong tidak denganku Lesmana?”"Anak itu dari kecil memang tidak pernah saya lihat ada cela-nya, Tuan Besar. Dan kalau
Adiwijaya: Kenapa diam? Apa terlalu sulit permintaanku, Le?Itu tak sulit sebetulnya. Tapi berhubungan dengan Waluyo lah yang sulit. Termasuk dengan semua orang yang ada bersama dengannya. Sebenarnya ini adalah jawaban yang ingin Reiko jawab. Karena menurut Reiko semua permasalahannya sekarang ini karena berawal dari nama itu.Reiko: Kalau begitu ceritanya berarti aku harus pergi ke Mesir bukan Kakek? Aku harus mengurus ini dan aku harus mengeceknya dulu. Aku tidak bisa percaya hanya dengan satu orang yang bernama Farhan itu.Makanya dia memberikan jawaban seperti ini dan tentu saja Adiwijaya tersenyum simpul.Sebenarnya cu
"Aku yakin kamu pasti senang banget denger kabar ini," seru Reiko saat teleponnya sudah tidak lagi tersambung dengan Endra.Tak berlama-lama, Reiko langsung menghubungi seseorang yang sudah tak sabar ingin diberitahukan tentang cerita itu. Dering telepon itu seakan membuatnya semakin tak sabaran."Ayolah angkat Bee," ucapnya yang memang sudah ingin cepat-cepat memberitakan semua hal positif yang didapatkannya pagi itu.Brigita: Halo sayang?Reiko: Bee aku dapat kabar bagus!Reiko sangat antusias sekali menyapa kekasihnya. Tapi itu justru hanya membuat Brigi
“Eish. Bee akan kembali." Bingung Reiko.“Aku memang tidak menyelingkuhinya, tapi…." sebetulnya karena ada kejadian di apartemen yang tentu saja tidak bisa dia ceritakan pada Brigita. Ini membuatnya sedikit berkedut di dahi.“Dia pasti marah kalau tahu soal itu.”Dan ini pula yang membuat Reiko cenat-cenut. Apalagi membayangkan yang terjadi kemarin antara dirinya dan Aida.“Tapi kondisiku memang sulit gara-gara kakek telepon aku mesti mengakui dia istriku, tidak bisa minta perawat untuk menjaganya. Dan kalau ada perawat bagaimana nanti dengan dokter Silvy? Haduh.”