Reiko: Ai, dia tidak mandul Papa. Hanya kandungannya saja lemah. Aku bisa melakukan inseminasi buatan dengan sel telurnya dan spermaku lalu kami hanya butuh wanita yang bisa dibayar untuk membawa bayi kami. Dan sekarang banyak yang menyewakan seperti itu. Aku juga tidak perlu harus mengenal wanita itu dan hanya perlu memberikan uang bayaran dan rumah sakit sendiri nanti yang akan mengurusnya. Aku hanya tinggal mengambil bayiku saat sudah dilahirkan.
Sebuah rencana yang memang sudah ada di benak Reiko. Dia tak mau mengenal siapa surogate mom untuk anaknya nanti tapi memang ini sudah ada di dalam pikirannya karena dia tidak mau menyusahkan istrinya dan membahayakan Aida.
Reiko: Aku sangat mencintai istriku Papa. Jadi lebih baik aku menggunakan cara lain kalau aku ingin punya anak tanpa harus menyakitinya dan membahayakan kesehatannya. Aku membutuhkannya Papa dan aku juga tidak tahu b
"Jadi sekarang kondisimu sudah tidak bisa lagi dekat-dekat dengan Sean?"Sesaat sebelum Brigita mendapatkan telepon dari Reiko dia memang sedang menghubungi seseorang dengan video call menggunakan handphonenya yang lain yang biasa dia gunakan untuk di Eropa."Yep. Aku memang sudah tidak bisa lagi menghubunginya soalnya kau tahu sendiri kan kekasihnya itu sangat cemburuan sekali dan terakhir kali dia memergokiku di Italiadia sudah mencekikku danuntung sajadia sangat menurut dengan Sean sehingga aku tidak mati dibunuh olehnya.""Ya, tadi kau sudah cerita padaku. Jadi sekarang kau sudah tidak lagi berhubungan dengan Sean, kan? Atau dia masih bisa menghubungimu dan kalian masih bisa janjian di luar?"
Reiko: Oh, kau ini ada-ada saja sih Bee. Aku mana mungkin melupakanmu. Aku hanya memberikanmu waktu untuk take a break supaya kau lebih tenang saja. Bagaimana keadaanmu?Cih. Aku sudah jelas memutuskannya karena aku tidak mau tinggal bersama dengan pria miskin tapi dia masih berpikir aku akan kembali padanya?Brigita sebenarnya malas menanggapi ini.TapiBrigita:Senang sekali aku mendengar kau masih memanggilku dengan sebutan itu. Tapi aku serius, aku tidak bisa lagi menjalin hubungan denganmu.Dan satu hal lagi,bisa kau urus BIA?Reiko: Bee--
"Sssh, pekerjaanku sekarang jadi lumayan tambah banyak."Reiko yang baru menutup telepon dari Saiful kini memandang ke arah laptopnya sedikit penat juga di saat yang bersamaan.TOK TOK TOK"Masuk.""Maaf Mas Reiko bukannya saya mau mengganggu. Tapi tadi ada telepon dari Tuan Endra katanya nomor teleponnya Mas Reiko sibuk terus padahal mau diundang ke teleconference rapat."Heis, karena aku tadi cemas memikirkan Bee dan khawatir dia terganggu dengan kesibukan di BIA selain urusan MTC, aku jadi buru-buru menelepon Saiful. Dan aku juga lupa menanyakan masa
"Hahaha."Permintaan Reiko langsung mengundang gelak tawa dari Adiwijaya. Tapi kepalanya sudah manggut-manggut juga."Perhitungan bisnismu mantap Le. Tapi, ya memang itu adalah perhitungan yang sesuai dengan kinerja yang kamu berikan pada perusahaan. Tapi sebelumnya aku ingin tanya dulu padamu. Apa kamu bisa membuat omset perusahaan dari sumbangan di luar negeri itu mencapai dua sampai tiga kali lipat dari sekarang?"TOK TOK TOKTapi sebelum menjawab suara ketukan pintu itu didengar oleh Reiko."Masuk Seno."Makanya, dengan cueknya dia bicara begitu se
"Seno, kamu sudah siapkan kendaraan untukku di sana?""Sudah Mas Reiko."Sesaat setelah Reiko memutuskan teleconference dia bicara dengan Seno dan sudah berdiri dari tempat duduknya terlihat tergesa-gesa."Kamu tetap di sini ya. Nanti tolong wakilkan aku rapat dulu sebentar. Aku berangkat dulu."Tak menunggu jawaban apapun dari Seno dia sudah pergi begitu saja menuju ke arah rooftop.Di Mall itu beruntung sudah direnov oleh Reiko sehingga di bagian atasnya memang ada tempat untuk mendarat helicopter.Ada apa dengannya? Dia tidak biasanya seperti in
"Ai, ssssh,kamu kenapa sih nangis sampai sesegukan kayak gini?"Selepas Ingrid pergi meninggalkan mereka berdua Reiko langsung masuk ke dalam dan duduk di samping Aida sambil menghapus air matanya karena istrinya memang masih sesegukan.Air matanya sudah tidak lagi mengalir karena Aida tadi menangisnya cukup lama."Berikan tasmu padaku."Setelah menggerakkan sapu tangan di wajah Aida,Reiko segera mungkin mengambil tas istrinya dan mengambil botol."Minum dulu."Aida
"Hmm. Tadi aku meneleponnya karena ingin menanyakan masalah modal tapi aku menemukan satu masalah baru kalau Brigita tidak bisa mengurus BIA lagi. Dia ingin konsen ke perkembangan proyek dengan MTC. Karena itu adalah proyek besar dan tidak bisa dikerjakan sembarangan."Reiko bicara sambil dia duduk dan memegang tangan istrinya, menggenggamnya erat-erat, tak ingin istrinya berpikir macam-macam dan mengganggu kesehatan wanita terbaiknya yang masih dalam masa pemulihan."Jadi mulai hari ini aku meminta mereka untuk melimpahkan semua urusan BIA kepadaku, Ai. Aku sudah menjadi CEO lagi di sana dan sekarang pekerjaanku jadi ada empat."Mata suaminya menatap lembut pada Aida bahkan bibirnya juga tersenyum menunjukkan tak a
"Reti?"Reiko bicara dengan suara yang sangat pelan sekali dan hanya bisa didengar oleh orang di kanan kirinya ketika dia mengingatkan adiknya yang tanpa rasa bersalah baru saja membuat semua orang di dalam kelas itu memperhatikan mereka.Termasuk dosen yang ada di depan yang tadi sedang mengajar.Pandangannya pun beralih dari Reti lalu ke Reiko yang melirik pada Reti sebelum matanya mengarah pada Aida.Dan suara riuh karena kata-kata dari Reti membuat sang dosen pun sedikit terpengaruh.Karena itulah:
"Biar kubantu. Dan biarkan Reizo menenangkan dirinya dulu."Dan tiba-tiba seseorang datang, padahal tadi dia tidak ada di sana."Tuan Rafael mohon bantuannya."Dokter Juna dan Rafael akhirnya yang menggali sedangkan Reizo sendiri dalam kondisi dia yang tidak tenang. Irsyad menunggu mayat dengan terus saja bertasbih. Dia tidak meninggalkan Aida, meski dia juga tidak menyentuhnya. Hanya memastikan selalu terdengar tasbih dan sholawat di dekat mayit."Allahu Akbar."Dan tiba-tiba saja dokter Juna meninggikan suaranya. Dia kaget betul dengan apa yang dilihat nya sekarang."Raizo berdiri di sini. Atau kau duduk di sini dan teruslah tasbih. Kasihan Aida."Irsyad terpaksa menarik Reizo untuk mendekat pada Aida, sedangkan dirinya cepat-cepat menuju ke liang lahat.Subhanallah, air matanya ingin tumpah sedangkan dokter Juna juga kebingungan."Bahkan bekas daerah-darahnya juga sudah hilang. Kulitnya kembali seperti semula. Tapi dia tidak bernyawa.""Dia mirip seperti Reizo, tapi dia pucat.""Iy
"Aku tahu. Kau jangan banyak bicara!”"Ya sudah, mulailah Reizo, atau lebih baik kau suruh saja Irsyad yang melakukannya kalau memang kau tidak sanggup.""Aw … ehm ... Irsyad, kau saja yang lakukan. Aku tidak bisa."Sudah seperti yang dipikirkan oleh Irsyad, karena memang saat ini pria itu sedang benar-benar terpukul. Apa yang terjadi pada pikirannya, tapi sungguh dia memang merasa marah dan campur aduk yang tak jelas."Allahu Akbar Allahu Akbar."Dan suara lantunan azan yang begitu merdu itu pun tidak bisa membuat pria itu fokus.Aku tidak bisa menyelamatkanmu dulu dan itu semua karena aku datang terlambat. Tapi kini aku juga tidak bisa menyelamatkan istrimu, karena kemarahanku padanya. Aku meninggalkannya dan aku pikir memang dua rekanku menjaganya. Aku tidak buru-buru mencarinya. Ini semua salahku. Mungkin memang aku tidak pantas untuk menjaganya? Dan sebenarnya apa perasaanku padanya? Kenapa aku seperti makin lama makin ingin tahu tentang dirinya? Tapi kenapa dia begitu bodoh? Ken
"Innalillahi wa innalillahi roji'un."Irsyad yang lebih dulu menyadari tentang kepergian seseorang yang sangat dicintainya.Tak tahulah dia harus bagaimana. Tangannya masih menjahit bekas luka saat tadi mengeluarkan bayi. Dan matanya kini basah dengan air mata yang berusaha untuk ditahan olehnya."Hey, bangun! Jangan main-main! Buka matamu!" Tapi lain Irsyad, lain juga pria yang ada di samping Aida yang tadi diberikan oleh Aida rambutnya yang memang rontok. “Bangun! Buka matamu!" Pria itu kembali memaksa."Reizo, kau memintanya bagaimanapun, dia tidak akan bangun. Lukanya terlanjur parah. Lambungnya tersayat, asam lambung di lambungnya menyebar di tubuhnya dan kau tahu? Asam lambung itu sangat berbahaya. Dia bisa melukai dan membakar organ lainnya. Ditambah lagi… lihat ini. Beruntung Aida melahirkan bayinya lebih cepat. Aku tidak tahu kalau ditunda lagi, mungkin bayi-bayi itu juga akan terkena masalah dengan sel kankernya. Pertumbuhan tidak normal dan kau bisa lihat sendiri."Memang a
"Aida."Mereka semua kaget melihat ada beling yang menancap di tubuh Aida dari belakang dan tembus ke depan. Wanita itu pun agak kesulitan untuk bicara."Kau."Leo sudah memegang senjatanya untuk menembak orang di belakang Aida."Kau tidak akan pernah bisa mendapatkan kami. Chip itu sudah kami bawa."Tapi Alexander yang terluka parah, dia juga bisa menggunakan transportasi. Dan Alexander kloningan yang ada di belakang Aida sudah mengambil chip itu. Di saat yang bersamaan, Alexander yang terluka menghilang lalu dia mendekat pada Alexander yang baru keluar dari kapsul lalu membawa pria itu pergi. Sisa sembilan kapsul lagi yang kacanya pecah sekarang.DOOR DOOR DOOR!Makanya Leo yang sudah memegang senjata cepat-cepat mengarahkan senjatanya ke kepala mereka."Aida!” Dan kini Dokter Juna dengan cepat berusaha untuk masuk mengambil Aida."Cepat bawa dia ke rumah sakit!”Rafael yang bicara, lalu dia menatap Jo dan Leo, dia sudah mengaktifkan peledaknya.“Kita harus cari atau semua orang di
"Ah tidak. Aku hanya mendengar cerita dari Alan.”"Dan Alan." Kini Alexander menunjuk pada Aida dengan senyum kecut di bibirnya. "Kalau bukan karena ada pengkhianat seperti dirinya, aku pasti menang dari Rafael," ujarnya lagi dan kini dia menekankan sambil berjalan mendekat pada Aida."Bisakah kau berdiri diam di sana dan tidak mendekat padaku? Aku risih jika bukan suamiku dekat padaku.""Dan kau tahu? Aku menyukaimu. Kau bisa hidup damai denganku dan bekerja denganku. Untuk menjadi suamimu aku juga tidak masalah. Karena kau adalah wanita yang menarik. Hanya saja, aku harus tekankan padamu keselamatanmu itu bergantung pada keloyalanmu padaku dan aku tidak suka pengkhianatan.""Ehm, kenapa kau menyimpan gudang senjata di apartemen suamiku?""Oh, kau membicarakan senjata di lemari yang baru kebuka?”Aida tak mau Alexander mendekat lagi sehingga dia kembali menanyakan sesuatu untuk mendistraksinya.Tipe orang yang suka show of. Aku harus membuatnya menceritakan semua hal. Ini adalah cara
"Terlalu jauh kalau harus membunuhmu. Aku tidak bisa melawanmu karena sekarang aku juga sedang mengandung. Tapi coba keluarkan dulu saja masnya supaya kau tidak membuang waktuku lebih lama berdiri.""Ah … kau pasti lelah. Kau ingin duduk?” tanyanya lagi.“Kau tunggu di sini! Biar kuambilkan kursi dari ruang kerja suamimu supaya kau bisa duduk.”Dia cukup baik juga. Bisik hati Aida lagi. Sesuatu yang membuat dirinya juga penasaran.Ada sisi baiknya. Apakah ini dari gen yang dimiliki oleh ayahnya Tuan Rafael? Dan ada sisi buruknya, apakah ini dari gen yang dimiliki oleh temannya Tuan Rafael? Karena dia memiliki gabungan gen yang berbeda.Aida tak peduli larangan Alexander untuk mengambil sesuatu dari ruang kerja suaminya, tapi dia sempat mendekat pada tempat emas dan mengambil sesuatu dari sana. Sesuatu yang diselipkan di balik kerudungnya. Di tempat yang tidak bisa terlihat oleh siapa pun tentu saja."Kau duduklah di sini!”"Terima kasih." Aida menjawab dengan ucapan sesantai itu dan d
"Kau sudah mengecek semua isi ruangan di sini?" Aida bertanya masih dengan posisinya berdiri di belakang dinding."Tentu saja. Aku mengecek semuanya termasuk semua lingerie yang kau punya. Wow. Ini sangat menarik sekali. Kau tidak memiliki dua bagian penting bagi tubuh wanita, tapi kamu miliki banyak sekali lingerie. Untuk apa kau memakai itu?"Wajah Alexander seakan-akan ingin menertawai Aida. Dan Aida juga tahu alasan kenapa dia harus memiliki baju itu."Lucu, ya? Aku pun merasakan hal yang sama. Tapi itu kemauan suamiku. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan, tapi dia memintaku untuk memakai itu.”"Sepertinya dia sangat suka berkhayal.”"Tidak. Dia bukan orang yang suka berkhayal. Dia adalah orang yang menggunakan logikanya. Dia lebih baik daripada aku.""Tapi untuk apa dia memberikanmu ini?""Menurutmu untuk apa?" tanya Aida di bibirnya.Setidaknya aku bisa mengulur waktu. Aku harus bisa membuat dirinya banyak bercerita sampai ada orang yang menyelamatkanku, pikir di dalam hati Aid
"Selamat datang di tempat tinggalku.""Ini adalah rumahku. Ini adalah apartemen milik Mas Reiko-ku. Bagaimana kalau bisa bilang kalau ini adalah tempat tinggalmu?" Aida pikir, dia akan dibawa ke mana oleh orang yang menculiknya, tapi lagi-lagi dia dibawa ke apartemen yang dulu ditempati bersama dengan suaminya."Haha, tapi sayangnya dia sudah tidak ada di sini. Dan tempat ini aku yang tinggali. Kau sendiri juga tidak meninggalinya.""Apa yang kau cari di sini?""Haha. Kau sangat curigaan sekali."Sebenarnya Aida tidak melucu dan dia bertanya serius, tapi pria yang ada di hadapannya justru selalu saja tertawa setiap kali mendengar pertanyaan darinya. Aida yakin sekali ada sesuatu yang dicari oleh Alexander di sana. Sesuatu yang tidak bisa dia dapatkan."Relax. Kau baru sampai di rumahku sebaiknya kau bersantai dulu. Kenapa mundur terus? Kau mau ke mana, hmm? Ruangan ini tetap segini saja. Dan di belakangmu sudah ada rak buku."Pria di hadapan Aida terus maju karena itulah dia berusaha
"Romo, kami sudah cari ke mana-mana tapi tidak ada. Di rumahnya Pakde Waluyo juga nggak ada, terus kita udah cari di sekeliling rumah Romo juga nggak ada. Tadi aku tanya sama ibunya Mbak Aida juga nggak ada di dalam kamarnya.""Lah, ke mana Aida? Apa mungkin dibawa sama Reizo atau dia ketemu sama Dokter Juna? Tadi itu kan Raditya ngebicarain soal Dokter Juna dan mungkin aja dia cerita ke Dokter Juna kalau dia habis ngomong sama Raditya?""Bisa jadi, Romo. Tapi tadi aku telepon Mbak Aida handphone-nya ketinggalan tuh. Dia ndak bawa handphone.""Mungkin sengaja handphone-nya ndak dibawa supaya ndak ketahuan sama Reizo dia ke mana.""Tapi kan mereka punya alat-alat yang sama. Pasti bisa komunikasi, Romo. Soalnya kata Mbak Aida itu kalau sudah pakai itu, semuanya bisa saling komunikasi. Terus mereka juga sudah tahu di mana letak koordinat masing-masing.""Yo embuh, aku ndak tahu, lah. Lagian kamu kalau udah tahu kayak gitu kok malah nanya sama orang yang nggak tahu?""Hehehe. Habisnya aku