"Ndak! Mas Reiko ndak begitu! Dia ndak ada dendam sama perusahaan Bapak!"
Mbak Aida ini, bicara apa ya? Duh, pria itu pebisnis killer! Orang terkaya di Indonesia dan Mbak Aida sudah bentak-bentak di depan orang-orang di mall? Haduh … gimana kondisi Mas Reiko setelah ini, ya? Aku jadi khawatir!
Saat Aida menegaskan dan dia tak terlihat takut sama sekali adu mulut dengan Radit, Seno memang terlihat ketar-ketir dari tempat berdirinya dan mengintai sambil berbisik. Lokasinya makin deket dengan Aida.
"Kamu terlalu naif!"
"Saya pakai logika, Pak! Denger ya, kalau Mas Reiko ndak peduli dengan perusahaan Bapak, ndak mungkin dia
"Mau saya, Bapak ndak bikin Mas Reiko kerja di forsil. Biarkan dia pulang di weekend kalau weekday dia bekerja. Gitu loh, Pak!""Hah!" Radit menaruh tangannya di pinggang dan membuang wajahnya dari Aida."Kamu pikir dia bersama saya?""Kalau Mas Reiko gak sama Bapak juga, saya yakin Bapak pasti tahu Mas Reiko ada dimana, iya kan?""Raditya, Aida sudah bicara semuanya yang dia ingin keluarkan, kenapa kamu tidak menjawabnya? Reiko memang ada bersama denganmu, kah?"Nada makin penasaran dengan suaminya yang tidak menjawab Aida padahal sudah beberapa menit berl
"Aku ndak apa-apa!" Aida mencoba menguatkan dirinya.Meski mungkin kalau tidak ada Inggrid yang di belakangnya memegang kedua bahunya, Aida pasti sudah jatuh."Tapi ingat kesehatanmu, Mbak! Kamu ndak boleh stres!""Hmm, aku tahu, aku ndak stress."Lagi Inggrid mengingatkan pelan, tapi memang cukup terdengar oleh mereka semua di sana karena memang tidak ada yang bicara kecuali Inggrid dan hanya Aida yang menimpali.Tentu dengan wajah Nada yang melihat ini terlihat sangat khawatir sekali.
"Bukan Nyonya Denada." Aida langsung menyelak."Maaf Pak, biasa saya kalau emosi seperti ini. Sampai jadi mimisan sendiri, tapi nggak apa-apa ini emang kebiasaan," kilah Aida yang tak menyalahkan Radit dengan kondisi fisiknya yang langsung drop.Sebetulnya tidak hanya drop gara-gara bicara dengan Radit sekarang sih. Tapi memang sudah berhari-hari Aida kepikiran tentang Reiko ini juga memiliki andil besar kenapa dirinya selemah sekarang."Saya rasa saya bicaranya sampai di sini saja, ya! Mungkin Bapak bisa berpikir sendiri seharusnya bagaimana Bapak bersikap pada Mas Reiko. Karena namanya orang bekerja Pak, pasti ada salah paham. Tapi kalau ada kesalahan sedikit saja tidak bisa pakai kepala dingin dan terus saja emos
"Alhamdulillah kalau Nyonya suka.""Huh, maksudnya?"Dia tak mengerti makanya bertanya lagi pada Aida yang masih merasa lega."Nyonya sudah yakin kan itu bagus dan ndak ada kurang satu apa pun?""Nggak. Sesuai aja sama yang aku bilang tadi." Lalu dia tampak berpikir lagi …."Kenapa ya kamu tanya itu?"Maklum saja teman Radit yang satu itu memang sangat kepo sekali dan kalau dia sudah ditanya sesuatu maka dia butuh jawaban dari orang itu atau dia bisa mati penasaran.
"Ayok Mbak Inggrid!"Sesaat setelah Aida berjalan menjauh dari Radit dan teman-temannya.Tapi ini bukanlah akhir dari masalahnya. Ekor mata Radit mengarah pada Sandi yang sepertinya paham apa yang diinginkan tuannya sehingga dia mengangguk lalu menjauh mundur meninggalkan Radit dan teman-temannya.Dan saat inilah …."Denada!""Jangan sentuh aku!"Sudah bisa dibayangkan oleh Radit kalau itu pasti akan diucapkan oleh Nada. Dia tidak akan membuat semuanya menjadi mudah untu
PLAAAAK!Nada yang tak bisa menahan diri lagi. Dia menggerakkan telapak tangannya mendarat kasar pada wajah Radit."Denada kau puas sekarang?"Masalahnya Nada menampar di depan umum. Ya walaupun Sandi sudah berusaha untuk membuat security untuk tidak membuat karyawan di sana keluar, ini memalukan juga."Ke mana otakmu? Apa kau tak bisa berpikir, hmm?""Denada, dia sama seperti Sean. Baik di depan keluarganya, tapi di belakangnya seperti apa? Kau mengerti maksudku?""Sudahlah! K
"Ibu ….""Jangan merengek! Siapa ibumu? Aku gak kenal!"Selepas mengutarakan ini Riyanti pun pergi meninggalkan Radit.Hanya menyisakan Bambang yang memang harus segera menyusul istrinya, namun dia menyempatkan diri untuk bicara dulu dengan putranya."Raditya, kenapa kau tidak membicarakan ini padaku?" tanya Bambang yang membuat Raditya lelah, tapi tetap harus menjawabnya.Pagi ini, semua tak terlalu baik untuknya."Maafkan aku, Ayah!"
"Tahu Pak Raditya."Seno memberanikan diri bicara dan memaksa dirinya bicara setenang mungkin agar bisa fokus dengan semua pertanyaan yang pasti akan diberikan oleh Radit tak akan mudah dijawabnya."Silakan kalau ada yang ingin Bapak tanyakan karena saya tidak bisa lama-lama Pak Raditya. Soalnya saya harus mengikuti Mbak Aida. Saya disuruh untuk menjaga keamanannya.""Aku hanya bertanya sebentar padamu!" ucap Radit yang memang tidak ingin membuang waktu."Dia beneran tidak tahu di mana Reiko?""Mbak Aida tidak tahu sama sekali Pak Raditya. Dia hanya tahu ka