"Iya, aku tahu kalau kekayaanmu itu lebih banyak daripada Mas Reiko. Tapi bukan berarti kau tidak punya rasa kemanusiaan juga. Kau punya alat-alat hebat dan mungkin saja saat kau tahu siapa pembunuh dari istrinya Richard. Kau bisa menyelesaikan masalahmu juga, karena orang itu pasti orang yang hebat juga karena dia bisa menghilang dalam waktu yang cepat.""Dari mana kau tahu kalau aku punya uang lebih banyak daripada Reiko?"Tapi ini yang lebih menarik lagi bagi Reizo. Dia tidak pernah mengatakan pada Aida seberapa banyak uang yang dia punya, tapi Aida bisa menebak begitu. Makanya dia jadi penasaran."Nanti kujelaskan. Kita turun dulu, udah sampai." Aida mengeluarkan uang dari dalam dompetnya sebelum orang yang ada di sisi Aida keluar dari sisi mobil satunya."Aku tidak suka membuat pikiranku penuh dengan pertanyaan." Sebuah pernyataan yang tidak paham maksudnya."Pertama, jumlah uang yang Mas Reiko punya, dia sudah tunjukkan padaku berapa. Mas Reiko tidak punya uang sebanyak itu. Dan
Sial kau, Alan!Reizo sudah membuka jaketnya dan dia kini menyimpannya di tempat penyimpanan khusus untuk jaket itu sambil dia mengumpat Alan. Tentu saja temannya itu tidak akan bisa mendengarnya, karena yang dia katakan ini di saat dia sudah tidak mengenakan jaket tersebut.Reizo memang sedang tidak ingin berkomunikasi dengan siapa pun dan sekarang dia ada di dalam mobil Reiko,mengendarai mobil itu menuju ke arah kantor Reiko.Dan sebenarnya jaket itu bisa dihilangkan dan tidak dilihat oleh orang lain kalau sedang dipakai. Seperti teman-teman Aida yang hanya melihat Reizo hanya mengenakan jas saja padahal ada jaket di luarnya.Dia membuat jaket itu transparan, tapi ini hanya dalam kondisi siaga dilakukannya kalau memang dia tidak bisa membuka jaketnya dan sedang dalam masa penyamaran.Reizo: Ada apa kau menelponku, Deni?Dan saat Reizo sedang mengemudi memang telepon Reiko yang tersambung ke mobil tersebut memberikan isyarat ada telepon masuk. Makanya segera diangkat olehnya.Deni: P
"Sial! Kau hidup benar-benar seperti robot dan tidak bisa menikmati waktumu sedikit?"Selepas menutup telepon Deni, Reizo mengomel sendiri."Pekerjaan dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain. Ditambah lagi, sekarang aku harus bertemu lagi dengan Richard Gerald Peterson. Kapan selesainya urusanku? Sssh ... dan bagaimana dia sebenarnya?"Sebetulnya Reizo hidupnya juga sangat sibuk. Dia banyak mengurus pekerjaan yang diberikan oleh Ayah sambungnya.Tapi dia masih punya waktu untuk menikmati hobinya, melakukan semua yang dia inginkan dan ini yang dia tidak lihat dari Reiko yang terlalu banyak menghabiskan waktunya hanya untuk memenuhi semua job desk dalam hidupnya.Makanya, dia tidak mengerti apa yang dikejar oleh Reiko.Apa hiburanmu satu-satunya hanya bersama dengan istrimu, kah? Atau menikmati tubuh Brigita?Reizo mengeluh sendiri saat mobilnya semakin dekat dengan tempat yang dijanjikannya untuk bertemu dengan Richard. Dia juga sudah memakai lagi jaketnya, tapi dalam mode jaket yang tidak
"Kalaupun aku memberitahumu, itu hanya akan membuang waktuku.""Reiko, apa maksudmu? Apa yang tidak kutahu? Kurasa tidak mungkin kalau aku tidak bisa membantumu." Richard tak paham. Orang yang ada di hadapannya ini sudah terlalu jauh dari estimasinya. Sangat berbeda. "Apa yang terjadi sampai membuatmu berubah, Reiko? Dan bagaimana kondisi Aida? Dia baik-baik saja?""Apa tidak ada lagi yang bisa kau pikirkan selain mengurusi istri orang dan mengkhawatirkannya?""Ehm—"Pandangan mata itu terlalu dingin dan Richard sampai tak bisa berkata-kata melihat Reiko yang baru saja meresponnya begitu."Maaf, jika aku menyinggungmu. Aku hanya merasa khawatir saja pada istrimu, terlebih kau tadi menceritakan kalau dia ditusuk, kan, oleh Brigita?""Kau uruslah hidupmu sendiri dan tidak perlu lagi memikirkan tentang keluargaku!"Itulah kata-kata yang didengar Richard sebelum pandangannya hanya bisa menatap punggung Reizo yang kini berjalan menjauh dan menghilang setelah pintu ditutup."Excel, kau piki
"Barnett Michelle Carver!"[Aku mendengar obrolan kalian!]Tuan Wright?Sesaat ketika Reizo sudah masuk ke dalam mobil dan dia menyebut ulang nama seseorang yang memang ingin difokuskannya, tiba-tiba dia mendengar suara Rafael Wright. Kaget dirinya!Biasanya Rafael tidak pernah bicara menimpalinya begini. Dan lebih sering Alan yang melakukannya. Ke mana sahabat rasa musuhnya itu sampai sekarang Rafael sendiri yang turun tangan?[Aku juga suka dengan gayamu tidak mau bekerja sama dengan pecundang yang sok kaya itu. Dia merasa sok hebat,padahal belum tentu dia yang paling kaya di dunia ini.][Ehm.]Reizo tidak bisa berkomentar apa pun dan pikirannya juga dikosongkan olehnya, karena dia tidak mau mengumpat apapun di dalam hatinya, apalagi saat Rafael sudah menunjukkan ketidaksukaannya pada Richard.[Cih, Rafael! Kau tidak menyukainya karena predikatnya orang kaya nomor satu di dunia, kah? Laporkan kekayaanmu jika kau ingin masuk ke dalam rekor tersebut!][Jo, apa aku minta kau berkomenta
Oh, bukan begitu Tuan Wright, aku—[Aku hanya bercanda, Reizo.][Hey, Rafael, kau bukan orang yang suka bercanda dan jangan pernah bercanda! Kau mengerikan jika bercanda!][Jo, lakukan apa yang kuperintahkan! Cari tahu tentang Adelle Michelle martin!]Entah apa niat Rafael bercanda seperti tadi pada Reizo. Tapi memang benar kata teman-temannya. Dia itu kalau bercanda pasti garing dan jatuhnya bukan sesuatu yang lucu tapi malah jadi mengerikan bagi yang mendengarnya.Tapi saat ini, Reizo tidak berkomentar ke sana karena dia kembali lagi berusaha fokus pada pembahasan mereka meski sekarang dia jadi sulit fokus ke mana arah tujuan mobilnya.[Ssh, sabarlah, ini aku lagi cari! Adelle Michelle Martin, kan? Martin]Hah! Jo membuka laptopnya dan mencoba meretas seperti yang biasa dilakukan oleh Alan. Jo sering bekerja di lapangan sendiri, sehingga dia banyak diajarkan oleh Alan bagimana cara meretas. Dan dulu dia sempat berada di dalam ruang pengendali di saat Alan dan yang lainnya berada di
[Ya sudah, aku akan mencarinya!][Jo, aku ikut denganmu. Tunggu Aku!]Tunggu dulu! Ini bisa jadi perangkap! Tapi sebelum keduanya memutus komunikasi dan berangkat, Reizo yang merasa ada sesuatu, dia malah memekik di hatinya, berusaha menghentikannya.[Ada apa, Reizo?]Tunggu sebentar! Apa kalian tidak merasa aneh, kalau dia ingin membongkar tentang Alina masih bisa berkeliaran kemana-mana? Bukankah seharusnya Alexander atau Alina sudah menyerangnya? Maaf, jika aku sok tahu. Hanya berdasarkan pengalamanku saja saat aku menjadi shadow tim untuk kejadian di Maroko. Mereka sudah menyiapkan skenario tambahan.Dari tadi memang Reizo diam karena dia bukan tipikal orang yang suka banyak bicara. Dia mendengarkan semua pendapat dan ujungnya sekarang saat merasa sesuatu yang aneh dan tidak sesuai, barulah Reizo merespon.Meski gara-gara fokus pada hal ini, dia juga semakin tersesat di Jakarta. Entah ke mana dia mau membawa mobil Reiko.[Yang dikatakannya benar. Ini sangat aneh sekali. Seharusnya
[Alasanmu masuk akal, Reizo!]Sebentar, aku sedang parkir mobil dulu. Akan kucari parkiran yang tepat dan aku akan pergi ke sana, Tuan Wright!Dan Reizo yang memang penasaran dengan keadaan ini. Dia sebetulnya ingin melihat langsung apa yang terjadi. Dia ingin menyelesaikan kasus ini dan meneliti sendiri.[Tidak bisa kurasa, Reizo.][Kau baru saja bertemu dengan Richard. Dan kurasa dia tidak akan membiarkanmu pergi sendirian saat ini. Dia pasti menyuruh orang untuk menguntitmu.]Ini juga tidak bisa dipungkiri oleh Reizo. Dia tidak fokus memperhatikan siapa yang ada di belakangnya dan mungkin benar yang dikatakan Rafael.Dan mungkin yang mengikutiku bukan hanya dirinya. Tapi orang-orang dari perusahaan yang dipimpin oleh Reiko.[Hmm. Kalau begitu biarkan urusan ini jadi urusanku. Aku akan mengabarkan padamu jika ada sesuatu yang harus kau tahu.]Baik, Tuan Wright. Aku mohon maaf, karena aku membuatmu dan timmu jadi harus menolongku.[Sudahlah! Kami pun banyak menyusahkanmu saat Alan ma