"Barnett Michelle Carver!"[Aku mendengar obrolan kalian!]Tuan Wright?Sesaat ketika Reizo sudah masuk ke dalam mobil dan dia menyebut ulang nama seseorang yang memang ingin difokuskannya, tiba-tiba dia mendengar suara Rafael Wright. Kaget dirinya!Biasanya Rafael tidak pernah bicara menimpalinya begini. Dan lebih sering Alan yang melakukannya. Ke mana sahabat rasa musuhnya itu sampai sekarang Rafael sendiri yang turun tangan?[Aku juga suka dengan gayamu tidak mau bekerja sama dengan pecundang yang sok kaya itu. Dia merasa sok hebat,padahal belum tentu dia yang paling kaya di dunia ini.][Ehm.]Reizo tidak bisa berkomentar apa pun dan pikirannya juga dikosongkan olehnya, karena dia tidak mau mengumpat apapun di dalam hatinya, apalagi saat Rafael sudah menunjukkan ketidaksukaannya pada Richard.[Cih, Rafael! Kau tidak menyukainya karena predikatnya orang kaya nomor satu di dunia, kah? Laporkan kekayaanmu jika kau ingin masuk ke dalam rekor tersebut!][Jo, apa aku minta kau berkomenta
Oh, bukan begitu Tuan Wright, aku—[Aku hanya bercanda, Reizo.][Hey, Rafael, kau bukan orang yang suka bercanda dan jangan pernah bercanda! Kau mengerikan jika bercanda!][Jo, lakukan apa yang kuperintahkan! Cari tahu tentang Adelle Michelle martin!]Entah apa niat Rafael bercanda seperti tadi pada Reizo. Tapi memang benar kata teman-temannya. Dia itu kalau bercanda pasti garing dan jatuhnya bukan sesuatu yang lucu tapi malah jadi mengerikan bagi yang mendengarnya.Tapi saat ini, Reizo tidak berkomentar ke sana karena dia kembali lagi berusaha fokus pada pembahasan mereka meski sekarang dia jadi sulit fokus ke mana arah tujuan mobilnya.[Ssh, sabarlah, ini aku lagi cari! Adelle Michelle Martin, kan? Martin]Hah! Jo membuka laptopnya dan mencoba meretas seperti yang biasa dilakukan oleh Alan. Jo sering bekerja di lapangan sendiri, sehingga dia banyak diajarkan oleh Alan bagimana cara meretas. Dan dulu dia sempat berada di dalam ruang pengendali di saat Alan dan yang lainnya berada di
[Ya sudah, aku akan mencarinya!][Jo, aku ikut denganmu. Tunggu Aku!]Tunggu dulu! Ini bisa jadi perangkap! Tapi sebelum keduanya memutus komunikasi dan berangkat, Reizo yang merasa ada sesuatu, dia malah memekik di hatinya, berusaha menghentikannya.[Ada apa, Reizo?]Tunggu sebentar! Apa kalian tidak merasa aneh, kalau dia ingin membongkar tentang Alina masih bisa berkeliaran kemana-mana? Bukankah seharusnya Alexander atau Alina sudah menyerangnya? Maaf, jika aku sok tahu. Hanya berdasarkan pengalamanku saja saat aku menjadi shadow tim untuk kejadian di Maroko. Mereka sudah menyiapkan skenario tambahan.Dari tadi memang Reizo diam karena dia bukan tipikal orang yang suka banyak bicara. Dia mendengarkan semua pendapat dan ujungnya sekarang saat merasa sesuatu yang aneh dan tidak sesuai, barulah Reizo merespon.Meski gara-gara fokus pada hal ini, dia juga semakin tersesat di Jakarta. Entah ke mana dia mau membawa mobil Reiko.[Yang dikatakannya benar. Ini sangat aneh sekali. Seharusnya
[Alasanmu masuk akal, Reizo!]Sebentar, aku sedang parkir mobil dulu. Akan kucari parkiran yang tepat dan aku akan pergi ke sana, Tuan Wright!Dan Reizo yang memang penasaran dengan keadaan ini. Dia sebetulnya ingin melihat langsung apa yang terjadi. Dia ingin menyelesaikan kasus ini dan meneliti sendiri.[Tidak bisa kurasa, Reizo.][Kau baru saja bertemu dengan Richard. Dan kurasa dia tidak akan membiarkanmu pergi sendirian saat ini. Dia pasti menyuruh orang untuk menguntitmu.]Ini juga tidak bisa dipungkiri oleh Reizo. Dia tidak fokus memperhatikan siapa yang ada di belakangnya dan mungkin benar yang dikatakan Rafael.Dan mungkin yang mengikutiku bukan hanya dirinya. Tapi orang-orang dari perusahaan yang dipimpin oleh Reiko.[Hmm. Kalau begitu biarkan urusan ini jadi urusanku. Aku akan mengabarkan padamu jika ada sesuatu yang harus kau tahu.]Baik, Tuan Wright. Aku mohon maaf, karena aku membuatmu dan timmu jadi harus menolongku.[Sudahlah! Kami pun banyak menyusahkanmu saat Alan ma
"Eh, apa?"Tak sangka dengan penjelasan dari Aida barusan, maka empat orang pria yang berada di sekitarnya pun langsung menatap Aida."Mas Reiko pernah mengeluh hal yang sama padaku. Sakit kepala, tapi dia sebenarnya tidak biasa sakit kepala dan dia juga sempat cerita kalau dia pernah mimisan juga. Dan bukannya memang biasanya kalau ada masalah di kepala itu hal yang tidak biasa? Karena kalau sudah membuat seseorang sampai pendarahan, kurasa itu tidaklah baik.”Kurasa dugaanku benar tentangnya. Dia memang sangat cocok sekali bekerja di sini dan mungkin ada sesuatu yang bisa kutahu lebih dari kemampuannya yang secerdas Dokter Juna!Sampai Rafael mengambil kesimpulan seperti itu dan dia melirik pada Dokter Juna yang pas sekali menatap Rafael sambil mengangguk."Akan saya siapkan, Tuan Rafael.""Eh, tunggu! Aku kenapa disamakan dengan Reiko? Apa permasalahan denganku? Aku tidak pernah dapat suntikan apapun dari Android. Maksudku, aku tak punya masalah seperti itu. Yang kurasain hanya sak
"Maaf Archie. Tapi ya ... dari kerak cairan itu aku melihat memang bukan sesuatu yang berasal dari dalam tubuhmu. Ehm, mungkin itu sesuatu yang sudah lama berada di sana?" Dokter Juna juga bingung bagaimana harus menjelaskannya pada Rafael, tapi kini dia memang menatap kakaknya Archie itu dengan perasaan agak rumit.“Kita harus mengeluarkan cairan itu sesegera mungkin. Aku tidak akan membiarkan adikku jadi Android!""Eh, apa aku sampai seburuk itu bisa sampai menjadi Android?"Archie itu kan memang tipe plegmatis. Jadi saat dia kaget itu yang terlihat bukan sesuatu yang menakutkan seperti sikap Rafael, tapi membuat orang jadi kasihan sendiri dan mimik wajahnya yang tampak kebingungan yang membuat Aida juga mengingat sesuatu.Mas Reiko, sikap Archie ini sangat mirip sekali denganmu. Dan apakah kebingunganmu saat itu lebih parah dari dirinya dan tidak ada orang yang membantu sampai ehm .... Hati Aida kembali mencelos ketika dia mengingat tentang suaminya dan membayangkan tentang Archie.
"Hihi, terima kasih, Alan. Tapi aku datang ke sini bukan untuk bergabung dengan club ini. Aku hanya ingin mencari tahu apa yang menyebabkan Mas Reiko meninggal. Setelah itu, aku juga ingin melakukan satu buah misi lainnya. Sesuatu yang tadi aku ceritakan padamu.”"Pengaruh cairan di kepala Reiko pada janinmu dan melihat bagaimana kondisi janinmu?”Aida mengangguk dengan anggukan malu-malu dan pelan."Apa yang kau inginkan soal itu?" Archie lebih penasaran lagi dengan janin yang dimaksud oleh Aida. Makanya dia yang sangat sensitif terhadap anak kecil dan keluarga kembali bertanya."Dokter mengatakan padaku kalau aku tidak bisa mempertahankan janinku lebih dari enam bulan sehabis keguguran pertamaku. Karena saat itu, aku pasti akan drop dan janinku bisa keluar. Itu yang Mas Reiko ceritakan detailnya seminggu lalu. Tapi aku ingin anakku hidup. Lalu yang kedua, aku ingin tahu apa yang membuat mereka tetap kuat di dalam rahimku dan apa pengaruh dari obat yang diminum oleh suamiku juga cair
"Jadi kau ingin tetap di sini dan membiarkan Reizo tahu apa yang sedang kau lakukan?""Tidak, kurasa. Tapi, aku mungkin membutuhkan bantuan supaya apa yang sedang kuteliti ini bisa diteruskan dulu. Tanggung, soalnya."Aida memang masih dalam tahap menemukan sesuatu dan karena dia juga tidak ingin hal ini diketahui oleh Reizo, bingung sendiri jadinya."Tuh, suruh sepupumu, Dokter Juna! Biar dia tidak terus-terusan memikirkan tentang Denada Aprilia!""Eh, apa?" Aida mendengar satu nama yang membuat dirinya teringat sesuatu dan kembali menatap Dokter Juna."Eish, jangan dengarkan Alan! Kau membuat gosip saja.""Eh, tapi benar kan, kau all about Denada Aprilia? Wanita terbaikmu. Tapi kini jadi istrinya Raditya Prayoga, pemilik Aurora Corporation, kan?""Shhh, Alan, kau ini bercanda saja!" Dokter Juna tidak mau memperpanjangnya dan dia sudah menatap Aida."Apa yang bisa kubantu?""Kau, yang suka makan nasi goreng di pinggir jalan sama Mbak Nada?"Semua orang diam melihat reaksi Dokter Juna
"Biar kubantu. Dan biarkan Reizo menenangkan dirinya dulu."Dan tiba-tiba seseorang datang, padahal tadi dia tidak ada di sana."Tuan Rafael mohon bantuannya."Dokter Juna dan Rafael akhirnya yang menggali sedangkan Reizo sendiri dalam kondisi dia yang tidak tenang. Irsyad menunggu mayat dengan terus saja bertasbih. Dia tidak meninggalkan Aida, meski dia juga tidak menyentuhnya. Hanya memastikan selalu terdengar tasbih dan sholawat di dekat mayit."Allahu Akbar."Dan tiba-tiba saja dokter Juna meninggikan suaranya. Dia kaget betul dengan apa yang dilihat nya sekarang."Raizo berdiri di sini. Atau kau duduk di sini dan teruslah tasbih. Kasihan Aida."Irsyad terpaksa menarik Reizo untuk mendekat pada Aida, sedangkan dirinya cepat-cepat menuju ke liang lahat.Subhanallah, air matanya ingin tumpah sedangkan dokter Juna juga kebingungan."Bahkan bekas daerah-darahnya juga sudah hilang. Kulitnya kembali seperti semula. Tapi dia tidak bernyawa.""Dia mirip seperti Reizo, tapi dia pucat.""Iy
"Aku tahu. Kau jangan banyak bicara!”"Ya sudah, mulailah Reizo, atau lebih baik kau suruh saja Irsyad yang melakukannya kalau memang kau tidak sanggup.""Aw … ehm ... Irsyad, kau saja yang lakukan. Aku tidak bisa."Sudah seperti yang dipikirkan oleh Irsyad, karena memang saat ini pria itu sedang benar-benar terpukul. Apa yang terjadi pada pikirannya, tapi sungguh dia memang merasa marah dan campur aduk yang tak jelas."Allahu Akbar Allahu Akbar."Dan suara lantunan azan yang begitu merdu itu pun tidak bisa membuat pria itu fokus.Aku tidak bisa menyelamatkanmu dulu dan itu semua karena aku datang terlambat. Tapi kini aku juga tidak bisa menyelamatkan istrimu, karena kemarahanku padanya. Aku meninggalkannya dan aku pikir memang dua rekanku menjaganya. Aku tidak buru-buru mencarinya. Ini semua salahku. Mungkin memang aku tidak pantas untuk menjaganya? Dan sebenarnya apa perasaanku padanya? Kenapa aku seperti makin lama makin ingin tahu tentang dirinya? Tapi kenapa dia begitu bodoh? Ken
"Innalillahi wa innalillahi roji'un."Irsyad yang lebih dulu menyadari tentang kepergian seseorang yang sangat dicintainya.Tak tahulah dia harus bagaimana. Tangannya masih menjahit bekas luka saat tadi mengeluarkan bayi. Dan matanya kini basah dengan air mata yang berusaha untuk ditahan olehnya."Hey, bangun! Jangan main-main! Buka matamu!" Tapi lain Irsyad, lain juga pria yang ada di samping Aida yang tadi diberikan oleh Aida rambutnya yang memang rontok. “Bangun! Buka matamu!" Pria itu kembali memaksa."Reizo, kau memintanya bagaimanapun, dia tidak akan bangun. Lukanya terlanjur parah. Lambungnya tersayat, asam lambung di lambungnya menyebar di tubuhnya dan kau tahu? Asam lambung itu sangat berbahaya. Dia bisa melukai dan membakar organ lainnya. Ditambah lagi… lihat ini. Beruntung Aida melahirkan bayinya lebih cepat. Aku tidak tahu kalau ditunda lagi, mungkin bayi-bayi itu juga akan terkena masalah dengan sel kankernya. Pertumbuhan tidak normal dan kau bisa lihat sendiri."Memang a
"Aida."Mereka semua kaget melihat ada beling yang menancap di tubuh Aida dari belakang dan tembus ke depan. Wanita itu pun agak kesulitan untuk bicara."Kau."Leo sudah memegang senjatanya untuk menembak orang di belakang Aida."Kau tidak akan pernah bisa mendapatkan kami. Chip itu sudah kami bawa."Tapi Alexander yang terluka parah, dia juga bisa menggunakan transportasi. Dan Alexander kloningan yang ada di belakang Aida sudah mengambil chip itu. Di saat yang bersamaan, Alexander yang terluka menghilang lalu dia mendekat pada Alexander yang baru keluar dari kapsul lalu membawa pria itu pergi. Sisa sembilan kapsul lagi yang kacanya pecah sekarang.DOOR DOOR DOOR!Makanya Leo yang sudah memegang senjata cepat-cepat mengarahkan senjatanya ke kepala mereka."Aida!” Dan kini Dokter Juna dengan cepat berusaha untuk masuk mengambil Aida."Cepat bawa dia ke rumah sakit!”Rafael yang bicara, lalu dia menatap Jo dan Leo, dia sudah mengaktifkan peledaknya.“Kita harus cari atau semua orang di
"Ah tidak. Aku hanya mendengar cerita dari Alan.”"Dan Alan." Kini Alexander menunjuk pada Aida dengan senyum kecut di bibirnya. "Kalau bukan karena ada pengkhianat seperti dirinya, aku pasti menang dari Rafael," ujarnya lagi dan kini dia menekankan sambil berjalan mendekat pada Aida."Bisakah kau berdiri diam di sana dan tidak mendekat padaku? Aku risih jika bukan suamiku dekat padaku.""Dan kau tahu? Aku menyukaimu. Kau bisa hidup damai denganku dan bekerja denganku. Untuk menjadi suamimu aku juga tidak masalah. Karena kau adalah wanita yang menarik. Hanya saja, aku harus tekankan padamu keselamatanmu itu bergantung pada keloyalanmu padaku dan aku tidak suka pengkhianatan.""Ehm, kenapa kau menyimpan gudang senjata di apartemen suamiku?""Oh, kau membicarakan senjata di lemari yang baru kebuka?”Aida tak mau Alexander mendekat lagi sehingga dia kembali menanyakan sesuatu untuk mendistraksinya.Tipe orang yang suka show of. Aku harus membuatnya menceritakan semua hal. Ini adalah cara
"Terlalu jauh kalau harus membunuhmu. Aku tidak bisa melawanmu karena sekarang aku juga sedang mengandung. Tapi coba keluarkan dulu saja masnya supaya kau tidak membuang waktuku lebih lama berdiri.""Ah … kau pasti lelah. Kau ingin duduk?” tanyanya lagi.“Kau tunggu di sini! Biar kuambilkan kursi dari ruang kerja suamimu supaya kau bisa duduk.”Dia cukup baik juga. Bisik hati Aida lagi. Sesuatu yang membuat dirinya juga penasaran.Ada sisi baiknya. Apakah ini dari gen yang dimiliki oleh ayahnya Tuan Rafael? Dan ada sisi buruknya, apakah ini dari gen yang dimiliki oleh temannya Tuan Rafael? Karena dia memiliki gabungan gen yang berbeda.Aida tak peduli larangan Alexander untuk mengambil sesuatu dari ruang kerja suaminya, tapi dia sempat mendekat pada tempat emas dan mengambil sesuatu dari sana. Sesuatu yang diselipkan di balik kerudungnya. Di tempat yang tidak bisa terlihat oleh siapa pun tentu saja."Kau duduklah di sini!”"Terima kasih." Aida menjawab dengan ucapan sesantai itu dan d
"Kau sudah mengecek semua isi ruangan di sini?" Aida bertanya masih dengan posisinya berdiri di belakang dinding."Tentu saja. Aku mengecek semuanya termasuk semua lingerie yang kau punya. Wow. Ini sangat menarik sekali. Kau tidak memiliki dua bagian penting bagi tubuh wanita, tapi kamu miliki banyak sekali lingerie. Untuk apa kau memakai itu?"Wajah Alexander seakan-akan ingin menertawai Aida. Dan Aida juga tahu alasan kenapa dia harus memiliki baju itu."Lucu, ya? Aku pun merasakan hal yang sama. Tapi itu kemauan suamiku. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan, tapi dia memintaku untuk memakai itu.”"Sepertinya dia sangat suka berkhayal.”"Tidak. Dia bukan orang yang suka berkhayal. Dia adalah orang yang menggunakan logikanya. Dia lebih baik daripada aku.""Tapi untuk apa dia memberikanmu ini?""Menurutmu untuk apa?" tanya Aida di bibirnya.Setidaknya aku bisa mengulur waktu. Aku harus bisa membuat dirinya banyak bercerita sampai ada orang yang menyelamatkanku, pikir di dalam hati Aid
"Selamat datang di tempat tinggalku.""Ini adalah rumahku. Ini adalah apartemen milik Mas Reiko-ku. Bagaimana kalau bisa bilang kalau ini adalah tempat tinggalmu?" Aida pikir, dia akan dibawa ke mana oleh orang yang menculiknya, tapi lagi-lagi dia dibawa ke apartemen yang dulu ditempati bersama dengan suaminya."Haha, tapi sayangnya dia sudah tidak ada di sini. Dan tempat ini aku yang tinggali. Kau sendiri juga tidak meninggalinya.""Apa yang kau cari di sini?""Haha. Kau sangat curigaan sekali."Sebenarnya Aida tidak melucu dan dia bertanya serius, tapi pria yang ada di hadapannya justru selalu saja tertawa setiap kali mendengar pertanyaan darinya. Aida yakin sekali ada sesuatu yang dicari oleh Alexander di sana. Sesuatu yang tidak bisa dia dapatkan."Relax. Kau baru sampai di rumahku sebaiknya kau bersantai dulu. Kenapa mundur terus? Kau mau ke mana, hmm? Ruangan ini tetap segini saja. Dan di belakangmu sudah ada rak buku."Pria di hadapan Aida terus maju karena itulah dia berusaha
"Romo, kami sudah cari ke mana-mana tapi tidak ada. Di rumahnya Pakde Waluyo juga nggak ada, terus kita udah cari di sekeliling rumah Romo juga nggak ada. Tadi aku tanya sama ibunya Mbak Aida juga nggak ada di dalam kamarnya.""Lah, ke mana Aida? Apa mungkin dibawa sama Reizo atau dia ketemu sama Dokter Juna? Tadi itu kan Raditya ngebicarain soal Dokter Juna dan mungkin aja dia cerita ke Dokter Juna kalau dia habis ngomong sama Raditya?""Bisa jadi, Romo. Tapi tadi aku telepon Mbak Aida handphone-nya ketinggalan tuh. Dia ndak bawa handphone.""Mungkin sengaja handphone-nya ndak dibawa supaya ndak ketahuan sama Reizo dia ke mana.""Tapi kan mereka punya alat-alat yang sama. Pasti bisa komunikasi, Romo. Soalnya kata Mbak Aida itu kalau sudah pakai itu, semuanya bisa saling komunikasi. Terus mereka juga sudah tahu di mana letak koordinat masing-masing.""Yo embuh, aku ndak tahu, lah. Lagian kamu kalau udah tahu kayak gitu kok malah nanya sama orang yang nggak tahu?""Hehehe. Habisnya aku