"Syukurlah kamu udah sadar! Ternyata bener ya diagnosaku kalau kamu tadi itu pingsan terus kamu tidur kan?"
Ya ampun, tadi aku cuman ngeh ngeliat wajah Inggrid aja pas kebangun. Ternyata di samping kanan kiriku kakak tingkat semua. Dan Mas Irsyad? Haduh, deg-degan!
Aida seharusnya menatap Tiwi yang tadi bicara. Tapi karena pandangan matanya mengarah pada orang-orang yang lebih dekat dengannya lebih dulu, kini netranya terpaku pada Irsyad.
Nah bener kayaknya dugaanku kalau Mbak Aida ini memang punya rasa deh atau ada sesuatu sama Kak Irsyad ini deh! Liat aja, dia malah diem dan mandangin Kak Irsyad. Padahal waktu di rumah sakit saling cuek. Kalian ini berdua saling suka bukan? Lah terus Mas Reiko piye? Hueee, aku mencium aroma cinta segitiga!
Inggrid lagi-lagi mengambil kesimpulan sendiri ten
"Mas Reiko, eeeh, aku udah Ndak apa-apa kok tadi itu aku cuma pingsan aja terus akummmhh!"Haduh, Kenapa Mas Reiko ndak dengerin dulu penjelasanku malah langsung mengecupku sembarangan begini, di mesjid kampus. Aku juga kan masih MABA!Aida tak menyangka kalau suaminya yang berdiri di hadapannya yang memang terlihat cemas itu langsung menariknya ke dalam pelukannya seperti biasa dan langsung menempelkan bibirnya.Dan Reiko tidak memperdulikan apapun. Dia hanya melihat istrinya saja membuat Inggrid yang melihat bisik-bisik sendiri.Nah, nah, bener kan kalau Mas Reiko sangat mencintai Mbak Aida! Cari molo kataku juga! Habis sudah Mbak Aida kalau ketahuan soal Mas Irsyad! Eh tapi Mbak Aida pernah cerita ndak ya sama Mas Reiko? Terus aku tuh penasaran banget pengen lihat mukanya Mas Irsyad tapi dia berdirinya di belakangku! yah nggak bisa keliatan!Inggrid sebetulnya kepo setengah mati saat Reiko menarik Aida.Tapi sebagai anak MABA tidak mungkin kan dia tak ada angin dan hujan dia kepo p
"Eeeh, Mas, tapi aku ndak apa-apa jalan kok Mas. Udah gak sakit.""Kalau kamu sakit lagi, siapa yang repot, hmm?"Aida mau membela diri tapi sayangnya suaminya menolaknya."Tapi Mas Reiko juga tadi malam kan tidurnya juga kurang dari sejam.""Aku tadi udah tidur di kantor. Sampai waktunya rapat aku baru bangun. Udah jangan banyak protes. cepetan naik! Kita pulang!""Tap--""Naik kataku Ai!"Aida melihat Reiko menepuk punggungnya dan ingin berbalik badan."Tapi Mas kalau ada Kakak tingkat yang liat nanti aku yang kena omel loh Mas! Besok-besok aku bisa dibully sama anak-anak di sini yang seangkatanku juga kalau viral kejadian ini!"
"Eish, mendingan gue dengerin murottal!""Aw! Dengerin murottal sih dengerin! Tapi nggak usah ngejitak kepala gue beneran kayak gini kali! Sakit tau, Syad!"Dimas masih mengelus kepalanya di saat Tiwi mendekat pada mereka berdua."Kayaknya emang Lo mesti cari cewek lain deh, Syad. Aida udah punya suami!""Suami?"Irsyad benar-benar tidak menyangka kalau Tiwi akan bicara begini dan sepemikiran dengannya.Melihat dari kedekatan Aida dengan Reiko bukankah mereka memang terlihat seperti suami istri?'Aku tanya Intan, katanya Aida nggak pernah cerita tuh sama temen-temennya kalau dia udah nikah! Malah aku juga udah minta Intan buat nanya sama temen sekolahnya dulu tentang dia. Kita semua nggak ada yang ta
Haduh, Apa tanggapan Mas Irsyad yang liat aku kayak gini tadi sama Mas Reiko?Aida sekarang sedang ada di punggung Reiko tapi pikirannya tidak sedang bersama dengan Reiko. Sampai tak memikirkan kesulitan Reiko yang menggendongnya."Ai, kok kamu diem aja?""Eeeh, enggak!"Makanya Aida sempat kaget ketika Reiko menyapanya."Mas Reiko, kenapa nggak nurunin aku aja? Aku kan berat Mas. Lagian kalau cuman jalan santai berdua begini aku rasa aku ndak masalah aku jalan kaki. Di sini juga ndak terlalu panas dan rindang pohonnya."Mereka sudah berjalan lebih dari setengah kilo saat Aida bicara. Dia jadi merasa tak enak sendiri karena yakin sekali tubuhnya akan terasa berat."Hmm, aku tahu. Tapi aku la
"Apa kamu liatin aku kayak gitu?"Reiko bicara sambil menarik Aida mendekat dan merangkulnya."Punya minum nggak? aku aus nih! Lumayan pegal juga ya ngegendong kamu sejauh itu!"Reiko sepertinya tak berniat juga bertanya pada Aida apa yang membuat wanita itu membelalakkan matanya dan sampai sekarang masih terlihat penasaran dengan tempat yang ingin di tuju suaminya.Tapi karena permintaannya tadi Aida segera mengambil botol minumnya yang memang tinggal seperempat isinya."Makasih ya, Ai!"Reiko meminumnya satu teguk saja. Dia tentu bisa merasakan kalau botol minum itu ringan. Reiko tak mau menghabisan isinya."Sekarang kamu minum nih! Abisin!""Ndak, Mas Reiko aja
“Hmm, iya Mas.”Aida tak tahu apa rencana suaminya tapi dia sudah menyanggupi permintaan Reiko barusan.Inginnya sih dia bertanya lagi.Tapi melihat suaminya sudah memejamkan mata dan sepertinya kelelahan juga karena menggendongnya siang-siang dan lumayan jauh, Aida tak mengganggu hingga mereka sampai di apartemennya."Maaf ya Ai, aku ketiduran. Mungkin aku nyaman juga ada di sampingmu makanya aku kepulesan. Padahal aku jarang loh tidur siang.""Hehehe bagus!! malah Mas Reiko tidur. Aku seneng Mas Reiko bisa santai dan nggak harus terus-terusan mikirin kerjaan."Biasanya dia tidak bisa tidur karena harus mengurus kerjaannya satu demi satu."Hmm, kamu bener, yuk turun!"
"Romo?""Hmm." Aida mengangguk. "Mas Reiko dah ndak pake lagi nama Adiwijaya di belakang nama Mas Reiko. Apa Mas Reiko akan nyaman kalau aku panggil Kakeknya Mas Reiko dengan sebutan Kakek?"Reiko paham di sini kalau Aida memang benar-benar menjaga perasaannya."Hmm. Aku memang masih ada sedikit gak nyaman. Tapi kalau kamu nggak angkat telepon itu malah akan membuat Kakek bertanya-tanya dan berpikir kalau aku nggak profesional dengan membawa masalah pekerjaan ke masalah pribadi. Kamu angkat saja, cukup bicara seperlunya tanpa melebihkan apapun tapi gak perlu ceritain semuanya juga."Sebatas profesional. Padahal biasanya Reiko akan mendahulukan kakeknya bukan karena hal itu! Tapi karena dia sangat menyayanginya dan tidak mau kalau kakeknya sampai sakit! Cuma ini tidak disebut olehnya. Aida makin merasa sesuatu
"Kenapa kamu liatin aku? Bukannya tadi kamu bilang kamu mau masak makanya kamu matiin teleponnya?""Hmm. Iya Mas Reiko. Karena aku mau masak makanya aku matiin teleponnya."Aida tak menyanggah dia juga sudah menaruh kembali handphonenya ke dalam tasnya."Terus kamu ngapain keluar dari dapur?"Tapi wanita itu malah berjalan mendekat pada Reiko membuat pria itu mengamatinya karena Aida tak menjawab sampai dirinya sudah ada di sebelah Reiko.Mmuuuuuah!Malah justru mengecup suaminya."Bibir Mas Reiko rasanya manis kayak teh dan campuran biskuitnya ada juga! Remahannya nempel di bibirku.""Siapa suruh kamu datang-datang langsung mengecupku. Dan berani-beraninya kamu n
"Biar kubantu. Dan biarkan Reizo menenangkan dirinya dulu."Dan tiba-tiba seseorang datang, padahal tadi dia tidak ada di sana."Tuan Rafael mohon bantuannya."Dokter Juna dan Rafael akhirnya yang menggali sedangkan Reizo sendiri dalam kondisi dia yang tidak tenang. Irsyad menunggu mayat dengan terus saja bertasbih. Dia tidak meninggalkan Aida, meski dia juga tidak menyentuhnya. Hanya memastikan selalu terdengar tasbih dan sholawat di dekat mayit."Allahu Akbar."Dan tiba-tiba saja dokter Juna meninggikan suaranya. Dia kaget betul dengan apa yang dilihat nya sekarang."Raizo berdiri di sini. Atau kau duduk di sini dan teruslah tasbih. Kasihan Aida."Irsyad terpaksa menarik Reizo untuk mendekat pada Aida, sedangkan dirinya cepat-cepat menuju ke liang lahat.Subhanallah, air matanya ingin tumpah sedangkan dokter Juna juga kebingungan."Bahkan bekas daerah-darahnya juga sudah hilang. Kulitnya kembali seperti semula. Tapi dia tidak bernyawa.""Dia mirip seperti Reizo, tapi dia pucat.""Iy
"Aku tahu. Kau jangan banyak bicara!”"Ya sudah, mulailah Reizo, atau lebih baik kau suruh saja Irsyad yang melakukannya kalau memang kau tidak sanggup.""Aw … ehm ... Irsyad, kau saja yang lakukan. Aku tidak bisa."Sudah seperti yang dipikirkan oleh Irsyad, karena memang saat ini pria itu sedang benar-benar terpukul. Apa yang terjadi pada pikirannya, tapi sungguh dia memang merasa marah dan campur aduk yang tak jelas."Allahu Akbar Allahu Akbar."Dan suara lantunan azan yang begitu merdu itu pun tidak bisa membuat pria itu fokus.Aku tidak bisa menyelamatkanmu dulu dan itu semua karena aku datang terlambat. Tapi kini aku juga tidak bisa menyelamatkan istrimu, karena kemarahanku padanya. Aku meninggalkannya dan aku pikir memang dua rekanku menjaganya. Aku tidak buru-buru mencarinya. Ini semua salahku. Mungkin memang aku tidak pantas untuk menjaganya? Dan sebenarnya apa perasaanku padanya? Kenapa aku seperti makin lama makin ingin tahu tentang dirinya? Tapi kenapa dia begitu bodoh? Ken
"Innalillahi wa innalillahi roji'un."Irsyad yang lebih dulu menyadari tentang kepergian seseorang yang sangat dicintainya.Tak tahulah dia harus bagaimana. Tangannya masih menjahit bekas luka saat tadi mengeluarkan bayi. Dan matanya kini basah dengan air mata yang berusaha untuk ditahan olehnya."Hey, bangun! Jangan main-main! Buka matamu!" Tapi lain Irsyad, lain juga pria yang ada di samping Aida yang tadi diberikan oleh Aida rambutnya yang memang rontok. “Bangun! Buka matamu!" Pria itu kembali memaksa."Reizo, kau memintanya bagaimanapun, dia tidak akan bangun. Lukanya terlanjur parah. Lambungnya tersayat, asam lambung di lambungnya menyebar di tubuhnya dan kau tahu? Asam lambung itu sangat berbahaya. Dia bisa melukai dan membakar organ lainnya. Ditambah lagi… lihat ini. Beruntung Aida melahirkan bayinya lebih cepat. Aku tidak tahu kalau ditunda lagi, mungkin bayi-bayi itu juga akan terkena masalah dengan sel kankernya. Pertumbuhan tidak normal dan kau bisa lihat sendiri."Memang a
"Aida."Mereka semua kaget melihat ada beling yang menancap di tubuh Aida dari belakang dan tembus ke depan. Wanita itu pun agak kesulitan untuk bicara."Kau."Leo sudah memegang senjatanya untuk menembak orang di belakang Aida."Kau tidak akan pernah bisa mendapatkan kami. Chip itu sudah kami bawa."Tapi Alexander yang terluka parah, dia juga bisa menggunakan transportasi. Dan Alexander kloningan yang ada di belakang Aida sudah mengambil chip itu. Di saat yang bersamaan, Alexander yang terluka menghilang lalu dia mendekat pada Alexander yang baru keluar dari kapsul lalu membawa pria itu pergi. Sisa sembilan kapsul lagi yang kacanya pecah sekarang.DOOR DOOR DOOR!Makanya Leo yang sudah memegang senjata cepat-cepat mengarahkan senjatanya ke kepala mereka."Aida!” Dan kini Dokter Juna dengan cepat berusaha untuk masuk mengambil Aida."Cepat bawa dia ke rumah sakit!”Rafael yang bicara, lalu dia menatap Jo dan Leo, dia sudah mengaktifkan peledaknya.“Kita harus cari atau semua orang di
"Ah tidak. Aku hanya mendengar cerita dari Alan.”"Dan Alan." Kini Alexander menunjuk pada Aida dengan senyum kecut di bibirnya. "Kalau bukan karena ada pengkhianat seperti dirinya, aku pasti menang dari Rafael," ujarnya lagi dan kini dia menekankan sambil berjalan mendekat pada Aida."Bisakah kau berdiri diam di sana dan tidak mendekat padaku? Aku risih jika bukan suamiku dekat padaku.""Dan kau tahu? Aku menyukaimu. Kau bisa hidup damai denganku dan bekerja denganku. Untuk menjadi suamimu aku juga tidak masalah. Karena kau adalah wanita yang menarik. Hanya saja, aku harus tekankan padamu keselamatanmu itu bergantung pada keloyalanmu padaku dan aku tidak suka pengkhianatan.""Ehm, kenapa kau menyimpan gudang senjata di apartemen suamiku?""Oh, kau membicarakan senjata di lemari yang baru kebuka?”Aida tak mau Alexander mendekat lagi sehingga dia kembali menanyakan sesuatu untuk mendistraksinya.Tipe orang yang suka show of. Aku harus membuatnya menceritakan semua hal. Ini adalah cara
"Terlalu jauh kalau harus membunuhmu. Aku tidak bisa melawanmu karena sekarang aku juga sedang mengandung. Tapi coba keluarkan dulu saja masnya supaya kau tidak membuang waktuku lebih lama berdiri.""Ah … kau pasti lelah. Kau ingin duduk?” tanyanya lagi.“Kau tunggu di sini! Biar kuambilkan kursi dari ruang kerja suamimu supaya kau bisa duduk.”Dia cukup baik juga. Bisik hati Aida lagi. Sesuatu yang membuat dirinya juga penasaran.Ada sisi baiknya. Apakah ini dari gen yang dimiliki oleh ayahnya Tuan Rafael? Dan ada sisi buruknya, apakah ini dari gen yang dimiliki oleh temannya Tuan Rafael? Karena dia memiliki gabungan gen yang berbeda.Aida tak peduli larangan Alexander untuk mengambil sesuatu dari ruang kerja suaminya, tapi dia sempat mendekat pada tempat emas dan mengambil sesuatu dari sana. Sesuatu yang diselipkan di balik kerudungnya. Di tempat yang tidak bisa terlihat oleh siapa pun tentu saja."Kau duduklah di sini!”"Terima kasih." Aida menjawab dengan ucapan sesantai itu dan d
"Kau sudah mengecek semua isi ruangan di sini?" Aida bertanya masih dengan posisinya berdiri di belakang dinding."Tentu saja. Aku mengecek semuanya termasuk semua lingerie yang kau punya. Wow. Ini sangat menarik sekali. Kau tidak memiliki dua bagian penting bagi tubuh wanita, tapi kamu miliki banyak sekali lingerie. Untuk apa kau memakai itu?"Wajah Alexander seakan-akan ingin menertawai Aida. Dan Aida juga tahu alasan kenapa dia harus memiliki baju itu."Lucu, ya? Aku pun merasakan hal yang sama. Tapi itu kemauan suamiku. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan, tapi dia memintaku untuk memakai itu.”"Sepertinya dia sangat suka berkhayal.”"Tidak. Dia bukan orang yang suka berkhayal. Dia adalah orang yang menggunakan logikanya. Dia lebih baik daripada aku.""Tapi untuk apa dia memberikanmu ini?""Menurutmu untuk apa?" tanya Aida di bibirnya.Setidaknya aku bisa mengulur waktu. Aku harus bisa membuat dirinya banyak bercerita sampai ada orang yang menyelamatkanku, pikir di dalam hati Aid
"Selamat datang di tempat tinggalku.""Ini adalah rumahku. Ini adalah apartemen milik Mas Reiko-ku. Bagaimana kalau bisa bilang kalau ini adalah tempat tinggalmu?" Aida pikir, dia akan dibawa ke mana oleh orang yang menculiknya, tapi lagi-lagi dia dibawa ke apartemen yang dulu ditempati bersama dengan suaminya."Haha, tapi sayangnya dia sudah tidak ada di sini. Dan tempat ini aku yang tinggali. Kau sendiri juga tidak meninggalinya.""Apa yang kau cari di sini?""Haha. Kau sangat curigaan sekali."Sebenarnya Aida tidak melucu dan dia bertanya serius, tapi pria yang ada di hadapannya justru selalu saja tertawa setiap kali mendengar pertanyaan darinya. Aida yakin sekali ada sesuatu yang dicari oleh Alexander di sana. Sesuatu yang tidak bisa dia dapatkan."Relax. Kau baru sampai di rumahku sebaiknya kau bersantai dulu. Kenapa mundur terus? Kau mau ke mana, hmm? Ruangan ini tetap segini saja. Dan di belakangmu sudah ada rak buku."Pria di hadapan Aida terus maju karena itulah dia berusaha
"Romo, kami sudah cari ke mana-mana tapi tidak ada. Di rumahnya Pakde Waluyo juga nggak ada, terus kita udah cari di sekeliling rumah Romo juga nggak ada. Tadi aku tanya sama ibunya Mbak Aida juga nggak ada di dalam kamarnya.""Lah, ke mana Aida? Apa mungkin dibawa sama Reizo atau dia ketemu sama Dokter Juna? Tadi itu kan Raditya ngebicarain soal Dokter Juna dan mungkin aja dia cerita ke Dokter Juna kalau dia habis ngomong sama Raditya?""Bisa jadi, Romo. Tapi tadi aku telepon Mbak Aida handphone-nya ketinggalan tuh. Dia ndak bawa handphone.""Mungkin sengaja handphone-nya ndak dibawa supaya ndak ketahuan sama Reizo dia ke mana.""Tapi kan mereka punya alat-alat yang sama. Pasti bisa komunikasi, Romo. Soalnya kata Mbak Aida itu kalau sudah pakai itu, semuanya bisa saling komunikasi. Terus mereka juga sudah tahu di mana letak koordinat masing-masing.""Yo embuh, aku ndak tahu, lah. Lagian kamu kalau udah tahu kayak gitu kok malah nanya sama orang yang nggak tahu?""Hehehe. Habisnya aku