"Kenapa kamu liatin aku? Bukannya tadi kamu bilang kamu mau masak makanya kamu matiin teleponnya?"
"Hmm. Iya Mas Reiko. Karena aku mau masak makanya aku matiin teleponnya."
Aida tak menyanggah dia juga sudah menaruh kembali handphonenya ke dalam tasnya.
"Terus kamu ngapain keluar dari dapur?"
Tapi wanita itu malah berjalan mendekat pada Reiko membuat pria itu mengamatinya karena Aida tak menjawab sampai dirinya sudah ada di sebelah Reiko.
Mmuuuuuah!
Malah justru mengecup suaminya.
"Bibir Mas Reiko rasanya manis kayak teh dan campuran biskuitnya ada juga! Remahannya nempel di bibirku."
"Siapa suruh kamu datang-datang langsung mengecupku. Dan berani-beraninya kamu n
Ai maafkan aku, membuatmu ada dalam kondisi yang sulit.Tapi tentu saja Reiko paham apa yang dipikiran Aida sekarang. Makanya sambil menaiki tangga Reiko kembali memikirkan istrinya.'Ai memang pintar sekali menyembunyikan perasaannya. Tapi aku tahu hatinya merasa gak lega, kan? Dia pengen tahu permasalahanku, dia kepikiran juga soal Kakek. Reiko berbisik di hatinya.Rasa tak enak di dalam hatinya karena dia memikirkan tentang perasaan istrinya yang pasti kebingungan.Maaf Ai, aku berjanji tidak akan lagi terjadi seperti ini. Tak akan lagi ada orang yang mengganggu pekerjaanku dan aku tak akan menggantungkan harapan dan impianku pada orang lain. Ini semua awalnya karena ketidakberanianku dari awal! Aku tak berani memulai semuanya tanpa modal.
Dia salah minum obat atau otaknya geser ya? bisik hati Aida.Karena permintaan barusan bukan permintaan biasa dari Reiko. Biasa suaminya yang melakukan itu untuknya. Makanya Aida mendongak, memastikan suaminya tak ada masalah."Kenapa kamu ngeliatin aku kayak gitu?" Reiko bicara sambil meliriknya saat mereka sudah ada di anak tangga paling bawah."Hihihi, tumben Mas Reiko manja.""Pengen aja ada yang sayangin aku, Ai. Ada yang ngurus dan perhatian ke aku, bukan sesuatu yang palsu atau janji semu doang."Mmuuuuah!Aku tak tahan pengen nangis liat Mas Reiko melow gini. Mungkin dengan bercanda seperti ini aku jadi tidak harus menangis. Aku kepikiran sama Mas Reiko. Sama Kakek juga, tapi maaf Kakek, aku belum bisa menghubungi K
"Mas Reiko nih --""AKU APA?"Sesaat setelah terdengar suara pintu ruang kerja Reiko ditutup kembali dan artinya Seno sudah ada di dalam, Aida tadinya ingin menegur suaminya yang tadi sangat pelit sekali.Tapi malah disentak oleh Reiko."Mas Reiko tadi terlalu pelit! Ini kan makanannya banyak, porsi lima orang loh. Harusnya kita bisa berbagi." Aida ceplas ceplos seperti biasa, tak memperhatikan mood suaminya yang buruk dari tadi."PELIT KATAMU? AKU PELIT?" wajah Reiko makin tak bersahabat mendengar ucapan istrinya."KAU YANG BILANG INI UNTUKKU! KAU YANG BILANG KAU MASAK UNTUKKU! KENAPA HARUS MENAWARKAN PADA ORANG LAIN KALAU INI UNTUKKU? KENAPA HARUS MEMBERIKAN PADA ORANG LAIN KALAU INI UNTUKKU? INI UNTUK ORANG LAIN ATAU UNTUKKU
"Gak mau Mas! Hhhh!"Masih sambil sesegukan Aida berusaha mempertahankan dirinya dan tak mau melepaskan kaki Reiko."KAMU YANG MEMAKSA!"Reiko yang sudah emosi itu ingin sekali melakukan apa yang tadi diancamkannya.TapiApa yang terjadi padaku? Sampai bisa setega ini padanya!Ruangan tidur Reiko itu kan hampir semua bagiannya adalah kaca. Dari tadi yang ditatap oleh Reiko itu hanya penghubung ke wardrobe. Tapi untung saja, saat kakinya ingin meluapkan emosinya matanya tak sengaja memandang ke arah salah satu pantulan cermin di kamarnya.DAG DUG DAG DUG!"Lepaskan Ai, Masuklah ke kamarmu sana!" jantung Reiko berdetak tak wajar, tapi memang emosin
"Bukan Mas! Ini ndak semuanya salah Mas Reiko kok. Aku yang salah karena ndak bisa ngertiin Mas Reiko dan udah bikin kesel."Secepat mungkin Aida menyanggah. Membuat suaminya memeluknya lagi dengan sangat erat."Maaf Ai, kondisiku sedang tak baik. Aku coba buat biasa, tapi saat kepikiran sulit Ai. Aku udah kaya nggak bisa berpikir jernih!" suara Reiko juga kini terdengar parau, membuat Aida mendongak mencoba untuk menatap wajah suaminya."Hatiku sakit dengan semua orang yang hanya menipuku.""Mas Reiko jangan nangis!"Aida juga sekarang ikutan menangis dalam dekapan Reiko di lantai kamar itu."Aku lelah, kecewa, aku kesal, aku cape terus-terusan ditipu, Ai." Reiko bercerita sambil mendekap makin erat istrinya yang tadi menghapus a
"Mas Reiko..."Melihat suaminya berkaca-kaca dan saat ini juga dalam kondisi yang benar-benar down, Aida memanggilnya lirih membuat Reiko menatapnya sambil mengelus wajah istrinya dan bicara:"Mereka semua bilang itu untuk aku! Semuanya untuk aku! Semuanya karena mereka ingin membahagiakanku! Semuanya seakan-akan dibuat hanya untuk kepentinganku! Tapi semuanya bohong! Itu hanya untuk menutupi keinginan mereka sendiri. Bukan untuk aku!""Mas Reiko, maafkan aku. Tadi aku--""Ssst!" Reiko menaruh jari telunjuknya di bibir Aida saat mata mereka bertautan dan dia diam sejenak sebelum berbisik..."Aku yang salah! Kamu itu orangnya ceplas-ceplos dan harusnya aku tahu kalau yang kamu lakukan itu untuk tata krama saja ke Seno. Tapi tadi aku sedang tidak bisa mengendalikan
Hangat, nyaman banget!Sesaat seseorang yang ada di atas tempat tidur dan merasakan hangatnya selimut juga empuknya kasur yang ditidurinya merasa sangat nyaman sekali.Aku tidur di mana?Namun sesuatu yang ada dipikirannya ini juga flashback kejadian sebelum dirinya tidur membuatnya tersadar akan sesuatu dan kini membuka matanya dengan perasaan menyesal!Kenapa bisa-bisanya aku tidur di sini? tempat yang tak ingin kutiduri!Aida ingin memaki dirinya sendiri saat dirinya sudah membuka mata namun dia teringat sesuatu.Mas Reiko pasti nggak mau ngebangunin aku dan takut kalau aku tidurnya keganggu makanya dia biarin aku tidur di sini.Tapi Aida sudah banyak b
"Brigita!" Reiko mengerutkan dahinya dan tersenyum pada istrinya."Hihihi, jangan marah ya Mas Reiko. Aku cuma bercanda kok! Iseng doang!"Tapi selepas bicara Aida memang merasa ngeri juga. Dia yang takut menyinggung suaminya segera mungkin mendekat dan langsung memeluk pinggang Reiko.Tak mau mengundang api."Aku sudah melakukan banyak hal untuknya. Tapi aku belum pernah melakukan sesuatu untukmu dan memastikan kebutuhanmu aman, Ai. Aku ingin memberikan sesuatu untukmu yang membuatku lega kalau kamu gak kekurangan apapun. Lagi pula kalau dari statusku sekarang denganmu, kamu yang lebih berhak untuk mendapatkan apa yang sudah kuusahakan untuk menghasilkan uang. Untukmu dan anak-anak kita dulu, Ai."Inilah yang dibisikkan oleh Reiko masih dengan tangannya yang memeluk Aida