"Mama di sini?"
"Eeeh, Reiko, Mama tadi kebeneran lewat habis belanja dengan adik-adikmu dan mampir. Kangen sama Kamu, Nak," Rika secepat itu juga merubah wajah kesalnya menjadi tersenyum menatap Reiko.
"Maaf ya Nak, Kamu harus melihat adegan seperti ini di apartemenmu dan berantakan begini. Semua karena anak kampung ini benar-benar gak punya manner dan mengesalkan"
Reiko yang baru datang tadi menyapa, makanya orang yang ada di ruang tengah semuanya menengok padanya kecuali Aida, yang justru meratapi sesuatu sambil menunduk.
Mbok yo, kalau ndak mau makan kenapa ndak bilang aja sih? Makanannya bisa Aku bawa lagi ke belakang, ndak har
"Jadi Kakekmu bilang begitukah?"Tak mau berspekulasi apapun di dalam benaknya makanya Rika langsung bertanya lagi, mencecar."Iya Mama!" Reiko mengangguk."Makanya, Aku gak mau buat masalah sama Kakek dulu kalau Dia luka-luka.""Apa waktu Kakekmu datang, Dia dalam kondisi terluka atau membuatmu kena marah dengan Kakekmu waktu itu?" Rika mulai cemas saat Reiko meringis dan mengangguk pelan."Ya Mama. Makanya Aku gak mau cari masalah dulu kataku tadi." Reiko menimpali dengan kalimat sama lagi, sambil otaknya juga bekerja memikirkan sesuatu.
"Iya Mama!" Reti antusias.Gadis itu langsung melesat menuju ke dapur dengan perasaan sangat riang."Lalu Aku gimana, Mama?"Rukma cemberut dan tidak suka dengan posisinya sekarang. Dia berbisik pada Mamanya."Kamu kan lagi sakit kakinya. Kamu diam di sini!" bisik Rika pada anak bungsunya.Aih, cowok itu tampan banget! Masa ya Aku hanya duduk di sini! Dan sepertinya, Dia memang akan dijodohkan ke Kak Reti deh ama Mama. Ah, gila sih! Gak bisa dibiarin!Rukma sebenarnya
"Oh, iya enak sih!"Jawab Didi sekenanya saja saat ditanya oleh Rika yang tadi melihat Didi tidak berkomentar apapun.Ini kan daun yang tadi Aku anterin juga! Heish, ginilah Aku tidak sukanya dengan orang kaya. Terlalu munafik! Terlalu banyak berpura-pura! bisik di dalam hati Didi, sejujurnya Dia sudah empet banget.Kalau bukan karena menjaga nama baik Padri, mungkin saat ini Didi lebih memilih untuk pergi menunggu di luar.Keluarga busuk! Kakaknya nyeleweng di belakang Istrinya sendiri sama pembantu. Adiknya nyebut masakan pembantunya masakan Dia. Ibunya juga kasih jalan kebohongan anaknya. Beginilah, kenapa Aku nggak sukanya sama orang kaya! Seperti Kak Nada, demi
"Wah, ternyata di sini rajin-rajin ya buat cemilannya? Sampai pisang ijo buat sendiri." Padri menimpali duluan sebelum Reiko komentar."Kebenaran saja sedang berkunjung ke apartemen anak Saya, Pak. Jadi ya sedikit ingin memanjakannya."Lagi-lagi Reiko diam ketika Rika sudah menaruh makanannya di meja makan dan tentu saja karena tidak enak Padri juga mendekat ke sana."Nak Reiko beruntung memiliki keluarga yang sangat menyayangi Nak Reiko, bahkan Mama Nak Reiko sendiri capek-capek ke sini cuma untuk membuatkan masakan kesukaan Nak Reiko," puji Padri, membuat Reiko tersenyum."Silakan dicoba dulu es pisang ijonya."
Hahah, keselek kan karena itu adalah masakan dari selingkuhannya? Cih!Didi lagi-lagi berbisik seperti ini di saat Reti terpaksa harus ke dapur lagi.Lagi pula, Aku juga tidak percaya adiknya memang pandai memasak! Kalau orang menyiapkan makanan untuk tamu seharusnya Dia juga menyiapkan minumnya! Lihat aja, Dia cuman bawain makanannya dan lupa membawakan air minum! Dasar bodoh!Didi bukan orang yang memiliki ekonomi bagus keluarganya dan dulu Dia juga melihat sendiri bagaimana mendiang Ibunya menyiapkan makanan untuk keluarganya.Kalau ingin makan bersama, selain ada makanan di meja, Ibunya juga pasti
"Oh iya."Didi hanya menjawab begitu saja menimpali saran Rika di saat yang bersamaan…."Reti berikan nomor teleponmu, mungkin nanti bisa saling bertukar nomor?" saran Rika."Mungkin Mbaknya bisa kirimin nomornya ke Saya. Nanti Saya akan telepon balik!" Didi cepat-cepat berinisiatif soalan yang ini."Nah itu lebih bagus! Biar nanti Mas Didi yang menghubungimu, Reti." Rika tentu saja tidak menolak, karena Didi sudah memutuskan seperti itu.Telepon balik? Hahaha disimpan juga, Aku males kok! bisik hati Didi yang memang memasukkan nomor itu ke
"Mama, tadi seharusnya Aku juga menyimpan nomor teleponnya, kenapa hanya Dia yang menyimpan nomor teleponku?"Baru juga Reiko menutup pintu apartemennya, Dia sudah mendengar Reti protes pada Rika di belakangnya."Aku cuma takut aja, Didi lupa ngubungin Aku jadinya Dia tidak jadi telepon. Aku, maksudku nanti gimana kalau Dia malu-malu hubungin Akunya?"Reti gelisah. Ini masalah besar baginya dan Dia tidak mau kalau sampai Didi tidak menelepon balik padanya."Sebagai wanita, tunggu saja dulu, Dia yang menghubungimu. Dan Dia pasti akan menghubungimu nanti. Dia sudah katakan, Dia akan menghubungimu. Lagi pula, Dia tahu siapa dirimu dan Dia
"Bukan Mama. Aku sama sekali tidak pernah melakukan yang begitu dengannya dan Aku sangat setia dengan Brigita,"Tanya yang membuat Reiko menggelengkan kepalanya dari arah dapur. Dia juga menatap ke Rika."Aku nanya soalnya kan Aku mesti ngebantuin Rukma, Ma."Mata Rika langsung mengarah pada Rukma di saat Reiko juga melanjutkan bicara…."Dia kan nggak mungkin jalan dengan kondisi kayak gitu. Aku pasti ngegendong Dia dong ke parkiran.""Oh iya iya!"Rika tersenyum simpul