Hahah, keselek kan karena itu adalah masakan dari selingkuhannya? Cih!
Didi lagi-lagi berbisik seperti ini di saat Reti terpaksa harus ke dapur lagi.
Lagi pula, Aku juga tidak percaya adiknya memang pandai memasak! Kalau orang menyiapkan makanan untuk tamu seharusnya Dia juga menyiapkan minumnya! Lihat aja, Dia cuman bawain makanannya dan lupa membawakan air minum! Dasar bodoh!
Didi bukan orang yang memiliki ekonomi bagus keluarganya dan dulu Dia juga melihat sendiri bagaimana mendiang Ibunya menyiapkan makanan untuk keluarganya.
Kalau ingin makan bersama, selain ada makanan di meja, Ibunya juga pasti
"Oh iya."Didi hanya menjawab begitu saja menimpali saran Rika di saat yang bersamaan…."Reti berikan nomor teleponmu, mungkin nanti bisa saling bertukar nomor?" saran Rika."Mungkin Mbaknya bisa kirimin nomornya ke Saya. Nanti Saya akan telepon balik!" Didi cepat-cepat berinisiatif soalan yang ini."Nah itu lebih bagus! Biar nanti Mas Didi yang menghubungimu, Reti." Rika tentu saja tidak menolak, karena Didi sudah memutuskan seperti itu.Telepon balik? Hahaha disimpan juga, Aku males kok! bisik hati Didi yang memang memasukkan nomor itu ke
"Mama, tadi seharusnya Aku juga menyimpan nomor teleponnya, kenapa hanya Dia yang menyimpan nomor teleponku?"Baru juga Reiko menutup pintu apartemennya, Dia sudah mendengar Reti protes pada Rika di belakangnya."Aku cuma takut aja, Didi lupa ngubungin Aku jadinya Dia tidak jadi telepon. Aku, maksudku nanti gimana kalau Dia malu-malu hubungin Akunya?"Reti gelisah. Ini masalah besar baginya dan Dia tidak mau kalau sampai Didi tidak menelepon balik padanya."Sebagai wanita, tunggu saja dulu, Dia yang menghubungimu. Dan Dia pasti akan menghubungimu nanti. Dia sudah katakan, Dia akan menghubungimu. Lagi pula, Dia tahu siapa dirimu dan Dia
"Bukan Mama. Aku sama sekali tidak pernah melakukan yang begitu dengannya dan Aku sangat setia dengan Brigita,"Tanya yang membuat Reiko menggelengkan kepalanya dari arah dapur. Dia juga menatap ke Rika."Aku nanya soalnya kan Aku mesti ngebantuin Rukma, Ma."Mata Rika langsung mengarah pada Rukma di saat Reiko juga melanjutkan bicara…."Dia kan nggak mungkin jalan dengan kondisi kayak gitu. Aku pasti ngegendong Dia dong ke parkiran.""Oh iya iya!"Rika tersenyum simpul
"Kalau Rukma tinggal di apartemen Mas Reiko, Aku juga mau tinggal sama Mas Reiko!"Pasti Rukma sengaja pengen tinggal di sini, supaya Dia bisa deket sama Didi! Itu kan yang direncanain? Biar pas Didi dateng ada Dia.Reti yang memang kesal dan sudah menduga-duga langsung nyeletuk sedetik setelah Rukma bicara."Dih, jumlah kamar di apartemen Mas Reiko cuma cukup untuk menampungku saja!""Si wanita kampung itu kan bisa ditempatin di kamar pembantu, jadi pas ada dua kamar," Reti berkelit."HEI, SUDAH DIAM! TAK ADA YANG TINGGAL BERSAMAKU!"
Apa-apaan tadi Dia menggendongku di depan keluarganya?Sesampainya di dalam kamar, ketika Aida baru saja mengunci kamarnya, Dia mengingat lagi kejadian tadi. Untuk mencegah Aida menginjak beling, Pria berstatus suaminya itu mengangkatnya dan ini membuat Aida mencebik."Apa maunya Dia, sih?"Tanya Aida pada dirinya sendiri sambil membuka kerudungnya sembarang saja, melempar di tempat tidur. Namun karena gerakan Aida yang cukup kencang membuka kerudung, membuat bagian wajahnya terasa sakit."Ssssh, pipiku!"Aida bersungut sambil menatap ke a
"Ah, merepotkan saja! Sssh, ini karena tadi Saya kecapean jadi Saya langsung tidur dan lupa, Pak!"Aida kembali bersungut lemas. Sudah terbayang bagaimana lelahnya harus mencuci sprei yang berat itu.Aida lupa kalau tadi hanya memakai pembalut day use sedangkan Aida sudah lebih dari enam jam belum ganti. Posisinya juga tiduran. Tentu saja mengalir ke belakang cairannya. Apalagi Dia tidur cukup lama dari sejak Reiko menyuruhnya masuk ke dalam kamar sampai Pria itu datang membawakan makanan untuknya ini sudah hampir lima jam, belum tadi Dia di dapur. Jelas saja cairan merah itu sudah tak tertampung lagi dan mengotori sprei. Apalagi ini adalah hari pertamanya dan ini pas lagi banyak-banyaknya Aida dapat haid."Sudah-su
"Hah, Bapak nih! Tentu saja janji Tuhan Saya itu yang paling benar Pak! Kalau Saya tidak mungkin jodoh sama Bapak! Karena wanita baik-baik tidak akan bersama dengan laki-laki pezina!"Mantap sekali Aida menjawabnya Bahkan dia menyempilkan senyum di bibirnya dan sudah tidak menangis lagi tentunya."Malah Saya khawatir sama Bapak, kalau nanti ujungnya Bapak yang malah pengen sama Saya. Padahal tidak mungkin seorang pezina itu bisa bersama dengan wanita baik-baik Pak.""Hmmm, kalau begitu Kamu pikirin aja hati Kamu sendiri nggak perlu mikirin Aku. Karena sudah jelas Aku nggak mungkin jatuh cinta pada wanita lain kecuali Brigita.""Iyalah,
CUP!"Aku berikan kecup di dahimu saja, Kamu sudah keringat dingin begini! Apalagi kalau Aku melakukan yang lainnya?""Dih! Bapak ngerjain Saya, bukan?"Reiko sudah duduk di samping Aida dan ekor matanya melirik pada Aida, sambil Dia melemparkan handuknya sembarang saja, karena memang Dia tidak suka tidur pakai apa-apa seperti yang selalu Dia katakan pada Aida. Dan Aida pun juga tidak berkomentar karena percuma! Sudah seperti itu kebiasaannya."Memang Kamu pikir, Aku tertarik padamu? Lagian Kamu sedang haid! Memang Aku bisa ngelakuin apa?""Bapak ni, kalau