"Oh, iya enak sih!"
Jawab Didi sekenanya saja saat ditanya oleh Rika yang tadi melihat Didi tidak berkomentar apapun.
Ini kan daun yang tadi Aku anterin juga! Heish, ginilah Aku tidak sukanya dengan orang kaya. Terlalu munafik! Terlalu banyak berpura-pura! bisik di dalam hati Didi, sejujurnya Dia sudah empet banget.
Kalau bukan karena menjaga nama baik Padri, mungkin saat ini Didi lebih memilih untuk pergi menunggu di luar.
Keluarga busuk! Kakaknya nyeleweng di belakang Istrinya sendiri sama pembantu. Adiknya nyebut masakan pembantunya masakan Dia. Ibunya juga kasih jalan kebohongan anaknya. Beginilah, kenapa Aku nggak sukanya sama orang kaya! Seperti Kak Nada, demi
"Wah, ternyata di sini rajin-rajin ya buat cemilannya? Sampai pisang ijo buat sendiri." Padri menimpali duluan sebelum Reiko komentar."Kebenaran saja sedang berkunjung ke apartemen anak Saya, Pak. Jadi ya sedikit ingin memanjakannya."Lagi-lagi Reiko diam ketika Rika sudah menaruh makanannya di meja makan dan tentu saja karena tidak enak Padri juga mendekat ke sana."Nak Reiko beruntung memiliki keluarga yang sangat menyayangi Nak Reiko, bahkan Mama Nak Reiko sendiri capek-capek ke sini cuma untuk membuatkan masakan kesukaan Nak Reiko," puji Padri, membuat Reiko tersenyum."Silakan dicoba dulu es pisang ijonya."
Hahah, keselek kan karena itu adalah masakan dari selingkuhannya? Cih!Didi lagi-lagi berbisik seperti ini di saat Reti terpaksa harus ke dapur lagi.Lagi pula, Aku juga tidak percaya adiknya memang pandai memasak! Kalau orang menyiapkan makanan untuk tamu seharusnya Dia juga menyiapkan minumnya! Lihat aja, Dia cuman bawain makanannya dan lupa membawakan air minum! Dasar bodoh!Didi bukan orang yang memiliki ekonomi bagus keluarganya dan dulu Dia juga melihat sendiri bagaimana mendiang Ibunya menyiapkan makanan untuk keluarganya.Kalau ingin makan bersama, selain ada makanan di meja, Ibunya juga pasti
"Oh iya."Didi hanya menjawab begitu saja menimpali saran Rika di saat yang bersamaan…."Reti berikan nomor teleponmu, mungkin nanti bisa saling bertukar nomor?" saran Rika."Mungkin Mbaknya bisa kirimin nomornya ke Saya. Nanti Saya akan telepon balik!" Didi cepat-cepat berinisiatif soalan yang ini."Nah itu lebih bagus! Biar nanti Mas Didi yang menghubungimu, Reti." Rika tentu saja tidak menolak, karena Didi sudah memutuskan seperti itu.Telepon balik? Hahaha disimpan juga, Aku males kok! bisik hati Didi yang memang memasukkan nomor itu ke
"Mama, tadi seharusnya Aku juga menyimpan nomor teleponnya, kenapa hanya Dia yang menyimpan nomor teleponku?"Baru juga Reiko menutup pintu apartemennya, Dia sudah mendengar Reti protes pada Rika di belakangnya."Aku cuma takut aja, Didi lupa ngubungin Aku jadinya Dia tidak jadi telepon. Aku, maksudku nanti gimana kalau Dia malu-malu hubungin Akunya?"Reti gelisah. Ini masalah besar baginya dan Dia tidak mau kalau sampai Didi tidak menelepon balik padanya."Sebagai wanita, tunggu saja dulu, Dia yang menghubungimu. Dan Dia pasti akan menghubungimu nanti. Dia sudah katakan, Dia akan menghubungimu. Lagi pula, Dia tahu siapa dirimu dan Dia
"Bukan Mama. Aku sama sekali tidak pernah melakukan yang begitu dengannya dan Aku sangat setia dengan Brigita,"Tanya yang membuat Reiko menggelengkan kepalanya dari arah dapur. Dia juga menatap ke Rika."Aku nanya soalnya kan Aku mesti ngebantuin Rukma, Ma."Mata Rika langsung mengarah pada Rukma di saat Reiko juga melanjutkan bicara…."Dia kan nggak mungkin jalan dengan kondisi kayak gitu. Aku pasti ngegendong Dia dong ke parkiran.""Oh iya iya!"Rika tersenyum simpul
"Kalau Rukma tinggal di apartemen Mas Reiko, Aku juga mau tinggal sama Mas Reiko!"Pasti Rukma sengaja pengen tinggal di sini, supaya Dia bisa deket sama Didi! Itu kan yang direncanain? Biar pas Didi dateng ada Dia.Reti yang memang kesal dan sudah menduga-duga langsung nyeletuk sedetik setelah Rukma bicara."Dih, jumlah kamar di apartemen Mas Reiko cuma cukup untuk menampungku saja!""Si wanita kampung itu kan bisa ditempatin di kamar pembantu, jadi pas ada dua kamar," Reti berkelit."HEI, SUDAH DIAM! TAK ADA YANG TINGGAL BERSAMAKU!"
Apa-apaan tadi Dia menggendongku di depan keluarganya?Sesampainya di dalam kamar, ketika Aida baru saja mengunci kamarnya, Dia mengingat lagi kejadian tadi. Untuk mencegah Aida menginjak beling, Pria berstatus suaminya itu mengangkatnya dan ini membuat Aida mencebik."Apa maunya Dia, sih?"Tanya Aida pada dirinya sendiri sambil membuka kerudungnya sembarang saja, melempar di tempat tidur. Namun karena gerakan Aida yang cukup kencang membuka kerudung, membuat bagian wajahnya terasa sakit."Ssssh, pipiku!"Aida bersungut sambil menatap ke a
"Ah, merepotkan saja! Sssh, ini karena tadi Saya kecapean jadi Saya langsung tidur dan lupa, Pak!"Aida kembali bersungut lemas. Sudah terbayang bagaimana lelahnya harus mencuci sprei yang berat itu.Aida lupa kalau tadi hanya memakai pembalut day use sedangkan Aida sudah lebih dari enam jam belum ganti. Posisinya juga tiduran. Tentu saja mengalir ke belakang cairannya. Apalagi Dia tidur cukup lama dari sejak Reiko menyuruhnya masuk ke dalam kamar sampai Pria itu datang membawakan makanan untuknya ini sudah hampir lima jam, belum tadi Dia di dapur. Jelas saja cairan merah itu sudah tak tertampung lagi dan mengotori sprei. Apalagi ini adalah hari pertamanya dan ini pas lagi banyak-banyaknya Aida dapat haid."Sudah-su